Tampilkan postingan dengan label Cerita Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Inspiratif. Tampilkan semua postingan

07 Desember 2009

Sekepal Hati Ayah untuk Sang Bayi

Cambridgeshire, Seorang ayah mengambil keputusan berisiko dengan memberikan seperempat hatinya untuk sang bayi tercinta yang menderita penyakit biliary atresia. Risiko kegagalan transplantasi hati sangat tinggi dibandingkan transplantasi ginjal yakni si pemberi donor bisa meninggal jika hatinya tak mampu regnerasi.

Edward Green (42 tahun) mengambil risiko dengan memberikan sebagian hatinya untuk sang putri Amelia yang menderita gangguan liver langka dan harus segera mendapatkan transplantasi hati untuk membantunya bertahan hidup.

Seketika itu juga Green langsung menanyakan ke dokter apakah dirinya bisa mengambil risiko hidupnya sendiri dengan melakukan transplantasi hatinya untuk Amelia.

"Saya tidak pernah ragu untuk melakukan itu. Bagaimana saya bisa melihat putri saya menderita di tempat tidur untuk berjuang hidup. Lalu pikiran bahwa saya harus menguburkannya dalam waktu beberapa bulan jika ia tidak mendapatkan transplantasi, segera menghapuskan segala ketakutan saya untuk segera melakukan transplantasi," ujar Green, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (7/12/2009).

Pada September 2008, diusianya yang baru tujuh minggu Amelia didagnosa menderita penyakit biliary atresia. Yaitu suatu kondisi yang bisa mengancam kehidupannya, karena saluran empedu yang rusak menyebabkan empedu tersebut merusak hati. Penyakit ini terjadi kira-kira 1 dari 10.000 bayi.

Amelia sempat menjalani operasi untuk mencoba mengarahkan saluran empedunya tidak melewati hati, tapi ada kemungkinan terjadi lebih banyak kerusakan di sana. Akhirnya Amelia terpaksa dimasukkan dalam daftar transplantasi bersama dengan anak lainnya di Wisbech, Cambridgeshire. Tapi penderitaan yang harus dihadapi oleh Amelia tidak bisa membuatnya menunggu lama.

Hingga akhirnya Green menawarkan diri untuk melakukan transplantasi terhadap putrinya. Pemeriksaan dilakukan pada bulan Januari 2009 dan saat pertengahan Februari 2009 didapatkan bahwa hasilnya cocok. Transplantasi tersebut dilakukan pada Maret 2009 di King's College Hospital, London dan membutuhkan waktu operasi selama 11 jam. Hati Amelia seluruhnya dikeluarkan dan menggantinya dengan sebagian hati dari Green.

"Ed, pergi ke ruang operasi untuk mengucapkan selamat tinggal pada saya dan Amelia. Karena jika ada sesuatu yang tdiak beres terjadi, itu bisa jadi pertemuan terakhir saya dan dirinya," ujar Roberta (37 tahun) ibu dari Amelia.

Meskipun operasi ini memiliki risiko 30 kali lebih besar dibandingkan dengan transplantasi ginjal, tapi jika berhasil liver mampu melakukan regenerasi dalam waktu enam minggu. Dalam hal ini Edward membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama dibanding Amelia yang hanya memerlukan waktu tiga bulan.

Tapi kini keduanya telah benar-benar memiliki ikatan yang kuat dan sudah dapat berkumpul kembali. Pada saatnya nanti, Amelia bisa mengetahui bagaimana beraninya sang ayah menyelamatkan hidupnya.

Seperti dikutip dari Medlineplus, Senin (7/12/2009), billiary atresia adalah penyumbatan pada saluran yang membawa cairan empedu dari hati ke kandung empedu, kondisi ini biasanya terjadi sejak lahir. Penyumbatan ini bisa terjadi jika saluran empedu di dalam atau di luar hati tidak berkembang secara normal. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apa penyebabnya.

Akibat penyumbatan ini, aliran cairan dari hati ke kandung empedu terhambat yang bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis (hatinya mengecil). Jika tidak segera diobati bisa mengakibatkan kematian. Pengobatan yang dilakukan biasanya disebut dengan prosedur Kasai, yaitu menghubungkan hati dengan usus halus. Proses ini bisa berhasil jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu, tapi transplantasi hati tetap diperlukan nantinya.

Sumber : detikhealth.com




30 November 2009

Wow, Pria Ini Setahun Hidup Tanpa Uang Sepeser Pun

Mark Boyle (30) selama setahun ini melakoni hidup tanpa membelanjakan uang sepeser pun. Ia mengatakan, itu merupakan momen paling bahagia dalam hidupnya dan dia akan melanjutkan gaya hidup tersebut.

Boyle selama 12 bulan terakhir menjadi seorang freeccomist. Ia menjalani gaya hidup mandiri di sebuah caravan di Timsbury, dekat Bath, Inggris, dengan menanam bahan makanannya sendiri dan menggunakan kembali sampah-sampah yang dibuang orang lain. Dia mengatakan, dengan tidak membelanjakan uang sepeser pun, ia jadi lebih bahagia, dan kini berikrar untuk melanjutkan cara hidup tanpa uang itu.

Dia bisa mendaur di mana saja. Teleponnya hanya untuk menerima panggilan. Shower-nya menggunakan tenaga matahari. Dia mendapatkan pakaian bekas atau dari website daur ulang.

Boyle, seorang sarjana ekonomi kelahiran Irlandia dan matan pengusaha, punya blog yang berkisah tentang gaya hidupnya. Untuk menghidupkan laptop, dia menggunakan energi bertenaga matahari dan fasilitas internet gratis di sebuah perternakan lokal.

"Itu merupakan saat paling bahagia dalam hidup saya, dan saya akan meneruskannya. Saya tidak melihat alasan untuk kembali ke dunia yang berorientasi uang. Hidup tanpa uang sangat membebaskan. Tentu ada tantangan, tetapi saya tidak punya stres terkait rekening bank, tagihan, kemacetan, dan berlama-lama dalam sebuah pekerjaan yang tidak saya sukai."

"Bagian yang tersulit adalah sosialisasi dengan teman-teman, saya kehilangan aspek itu. Sebagai ganti pergi ke pub, saya membuat api unggun, bermain musik atau pergi jalan-jalan," katanya.

Dia pernah mencoba untuk berjalan kaki dari Bristol, Inggirs, menuju India dengan bergantung pada kebaikan dan keramahan orang lain. Namun, ia harus menghentikan upaya itu sebulan kemudian setelah mengalami kesulitan di Perancis.

Kata Boyle, "Dalam 20 tahun ke depan, orang akan mulai menentukan apa yang mereka gunakan dan bagaimana mereka harus hidup. Prioritas saya adalah menggunakan kembali hal-hal yang orang buang, lalu membangun sebuah infrastruktur berkelanjutan bagi masa depan. Faktanya, saya telah memutuskan untuk melanjutkan gaya hidup ini yang merupakan rekomendasi terbaik yang bisa dilakukan setiap orang."

Boyle seorang vegetarian. Sekarang dia berencana untuk mempromosikan gerakan freeconomy melalui blog-nya. Dia juga mengajari keterampilan bagaimana hidup secara sederhana.

Saat ini dia sedang merayakan akhir dari "perjalanannya" selama setahun dengan menjadi tuan rumah untuk Freegan Festival di Hamilton House, Bristol. Di situ dia memasak tiga menu makanan gratis untuk umum.

Sumber : Kompas, Senin, 30 November 2009



24 November 2009

Anjing Bunuh Diri Setelah Anak-anaknya Mati

BEIJING, KOMPAS.com — Ini cerita tentang seekor anjing yang diduga frustrasi. Beberapa hari setelah melahirkan dan menemukan anak-anaknya mati, seekor anjing betina dikabarkan bunuh diri dengan cara melompat dari gedung di kota Xinyi, Provinsi Guandong, China.

Bahkan, warga setempat juga mengetahui, semenjak anak-anaknya mati, anjing itu tidak doyan makan. Apa pun menunya, dia selalu menolak. Senin kemarin, anjing itu kemudian menaiki gedung berlantai tiga. Dan, saat malam sepi, anjing itu segera terjun dari bangunan tersebut. Tidak diperoleh kabar berapa ekor anak yang dilahirkan anjing itu, begitu juga dari ras apa anjing itu.

Sumber : Kompas, Selasa 24 Nov 2009




23 November 2009

Perempuan Termini Ingin Jadi Artis Bollywood


Tingginya cuma 33 cm, sehingga tampak kerdil dibandingkan bayi tetangganya. Jangan salah mengira, dengan ukuran sekecil itu Jyoti Amge ternyata sudah berusia 15 tahun.

Oleh karena itu Amge dinyatakan sebagai gadis terkecil di dunia berdasarkan Catatan Rekor India. Dalam kondisi cebol yang disebut achondroplasia itu, Amge terus tumbuh hingga mencapai kurang lebih 5 kg.
Hebatnya, Amge sama sekali tidak minder dengan tubuh mininya. Ia bahkan mengaku menikmati statusnya sebagai selebriti. "Saya amat senang dengan kondisi ini. Saya senang dengan perhatian yang saya dekat," katanya kepada Sunday Mirror, Kamis (10/4).

"Saya sama saja dengan orang lain. Saya makan seperti Anda, mimpi saya juga sama seperti Anda. I tidak merasa ada perbedaan," katanya.

Amge belajar di SMA umum di Nagpur India. Di situ ia belajar bersama-sama dengan pelajar lain seusianya. Meski di kelas itu ia duduk di kursi yang dibuat khusus.

Sang ibu, Ranjana (45) mengaku kelainan anaknya itu tampak sampai beberapa waktu setelah lahir. "Ketika lahir, Joyti tampak normal. Jyoti kecil tapi manis. Kami sangat mencintainya," kata Ranjana.

Seperti remaja pada umumnya, Amge sangat senang mendengarkan musik pop dan nonton DVD. Ia bahkan berharap bisa menjadi aktris Bollywood. Tampaknya ia sudah mulai merintis ke arah sana, setelah ia merekam lagu bersama penyanyi favorit India, Mika Singh.(AP)

Sumber : Kompas, Jumat 11 April 2008


20 November 2009

Tarlan: Mencari Ilmu Sampai Liang Lahat

Menjadi siswa SD di usia 81 tahun bukan perkara mudah. Dibutuhkan berbagai motivasi supaya tak lelah mengikuti pelajaran.

"Kadang juga capek, sudah tua kok sekolah, buat apa?" kata Tarlan, usai mengikuti ujian kejar paket A atau setara SD.

Ujian dilangsungkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Jalan Galur Jaya 16, Jakarta Pusat, Jumat, (20/11/2009).


Meski demikian, kakek dengan 29 cucu ini mengaku tidak pernah merasa putus asa. Menurut dia, proses pencarian ilmu itu dari lahir hingga liang lahat. Terlebih, dia mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya.


"Kadang ditanya, sudah tua buat apa sekolah. Saya jawab, kalau mencari ilmu hingga liang lahat," tambah kakek yang mengenakan kemeja lengan putih panjang ini.

Tarlan telah 3 kali menikah. Perkawinan pertama pada 1949 dengan Kasminah, ia dikaruniani 4 orang anak. Selang beberapa tahun kemudian lelaki asal Cirebon tersebut bercerai, lalu mengawini seorang wanita bernama Wiwi hingga mempunyai 8 anak.

Setelah itu, ia juga menikah lagi dengan Ani, dan mendapatkan anak 1 anak. "Sekarang saya punya buyut 5, cucu 29, anak 13," ceritanya dengan suara lantang.

Setiap hari Tarlan bekerja sebagai cleaning service di Masjid Istiqlal. Sebelum mengabdi di Masjid Istiqlal 19 tahun lalu, dia bekerja sebagai kuli bangunan dari satu proyek bangunan ke bangunan lainnya.

"Sekarang pun masih tetap kerja keras merawat Istiqlal. Kata anak-anak saya, saya disuruh istirahat. Lalu saya bilang, saya tidak bekerja, tapi olahraga," tambah lelaki yang menginjakkan kaki di Jakarta tahun 1948 ini.

Akibat terbiasa kerja sebagai kuli bangunan, otaknya sudah terbiasa berhitung. Mulai dari mengukur meteran, campuran semen hingga perkalian bata dan materiil. Dia mengaku hanya terkendala pada pelajaran Bahasa Inggris. "Karena saya sudah ompong jadi ngomongnya susah," candanya.

Ditanya apakah akan melanjutkan ke kejar paket B (setara dengan SLTP), dia menjawab singkat. "Tidak. Saya ingin tafakur di Masjid Istiqlal," pungkasnya.

Sumber : detik.com



17 November 2009

Peng Shuilin, Pria Bertubuh Separuh

SHENZEN, KOMPAS.com - Tragedi dan kecelakaan bisa terjadi kapanpun dan di manapun. Tak ada manusia yang bisa menduganya. Seperti halnya kecelakaan yang menimpa Peng Shuilin, 37. Hidup pebisnis asal Shenzen, wilayah selatan China ini seketika berubah 360 derajat, ketika sebuah truk menghantam mobil yang dikendarainya dalam sebuah kecelakaan lalu lintas, dua tahun silam


Ia pun langsung dilarikan ke rumah sakit. Nyatanya ia harus menerima kenyataan pahit. Bagian bawah tubuhnya harus diamputasi atau ia akan meninggal. Tim dokter yang memeriksanya mewajibkannya melakukan operasi tersebut, meskipun ia akan cacat untuk selamanya.

Operasi berlangsung rumit karena tim dokter harus membenahi pula jaringan tubuh dan organ-organ dalam tubuhnya yang tersisa. Selama dua tahun ia menjalani operasi demi operasi di Rumah Sakit Bujie di Shenzen, selatan China.

Tim dokter yang menanganinya berusaha keras memperbaiki lagi seluruh organ-organ utama dalam tubuhnya. Demikian juga dengan perbaikan sistem peredaran darahnya. Bukan perkara yang mudah. Butuh lebih dari 20 dokter ahli untuk menyelamatkan nyawanya. Ia menjalani pemindahan kulit dari kepala untuk menutup bagian perutnya yang terbuka akibat amputasi.

Beruntung, setelah dua tahun menjalani pengobatan, keajaiban muncul. Peng masih bisa bertahan hidup dan operasinya berjalan sempurna. Meski kini tubuhnya telah hilang 50 persen, namun semangatnya untuk hidup tetap membara. “Kami hanya mengharuskannya melakukan check up, mengingat ia sangat sehat dibanding pria-pria seumurannya. Ia sangat luar biasa dan merupakan satu-satunya pria yang bisa bertahan dengan keadaan separuh tubuh yang telah diamputasi,” puji Lin Liu, Wakil Direktur Rumah Sakit Bujie.

Menurut Lin Liu, Peng mendapatkan perawatan terbaik di rumah sakit. Namun satu-satunya rahasia yang bisa menyembuhkan dirinya adalah sifat riang gembira yang selalu menemani hari-harinya. “Tak ada hal apapun yang bisa mengecilkan hatinya. Rahasianya adalah sifat riang yang dimilikinya,” imbuh Liu.

Bahkan hal ini menjadikannya sebagai contoh model bagi pasien lain yang harus menjalani amputasi seperti dirinya. Biasanya ia menjadi pembicara untuk memberikan semangat pada pasien-pasien tersebut.

Kini, setelah diamputasi, tinggi badan Peng hanya sekitar 77,5 cm. Untuk bergerak, Peng harus dibantu dengan kursi roda. Ia juga mendapatkan pelajaran tambahan agar kekurangannya bisa teratasi. Salah satunya berjalan menggunakan kaki palsu yang telah dirancang khusus oleh tim dokter.

Tak hanya itu, Peng memulai lagi kesibukannya sebagai pebisnis. Ia membuka supermarket yang diberinya nama Half Man Half Price Store atau Toko Pria Separuh Badan dengan Harga Separuh. sun/das/tis

Sumber : kompas.com



12 November 2009

Anak Kecil di India Membuat Sekolah di Belakang Rumah






Di dunia, jutaan anak tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak karena keluarganya terlalu miskin. Di India, seorang anak baru gede (ABG) berusaha mengubah situasi ini.

NAMANYA Babar Ali, usianya baru 16 tahun. Sebagaimana anak-anak seumurannya, tiap pagi dia juga disibukkan aktivitas bersekolah. Begitu jam berbunyi pukul 06.00, Ali bergegas naik bajaj, menuju sekolahnya, Raj Govinda, yang berjarak sekitar 10 km dari rumah. Ali memang beruntung.


Dia mampu bersekolah ketika teman-teman sebayanya di Murshidabad, Bengal Barat, India, tidak bisa menikmati pelajaran dengan duduk di kelas yang bagus dan menyimak pelajaran dari guru-guru yang terlatih sebagaimana di Raj Govinda. Ali adalah anggota pertama di keluarganya yang mendapatkan pendidikan layak. “Nggak gampang ke sekolah karena saya tinggal jauh sekali,” ujarnya kepada BBC.

“Tapi guru-guru di sini baik dan saya suka belajar. Orang tua saya yakin saya harus mendapatkan pendidikan terbaik,makanya saya ada di sini.” Raj Govinda adalah sekolah milik pemerintah, jadi gratis.Tapi tetap saja keluarga Ali harus merogoh kocek 1.800 rupee (sekitar Rp365.300) per tahun untuk membayar seragam, buku, dan bajaj untuk mengantarkannya ke sekolah. Saat masih berusia sembilan tahun, Ali sering main sekolah-sekolahan dengan teman-teman sebayanya di dekat rumahnya.

Rupanya, anak-anak yang tidak pernah bersekolah itu sangat suka dan selalu ingin tahu apa yang diajarkan kepada Ali tiap kali dia pergi sekolah. “Awalnya saya cuma main-main, pura-pura mengajari teman-teman saya,” lanjut Ali, “tapi saya lalu sadar mereka tidak akan pernah belajar membaca dan menulis kalau mereka tidak punya pelajaran yang layak. Jadi sudah tugas saya mengajari mereka, membantu negara ini membangun masa depan yang lebih baik.

Maka, tiap siang, sepulang sekolah pada pukul 16.00, Ali bukannya pergi main. Dia menuju ke kebun belakang rumah dan menyapa 800 siswanya, semuanya dari keluarga miskin dan diajarkan berbagai pelajaran tanpa dipungut biaya. Sebelum memulai pelajaran, Ali memukul bel dan semua anak akan masuk “sekolah”. Mereka membanjiri “sekolah” itu melalui pintu menuju halaman belakang rumah Ali yang sudah disulap menjadi sekolah. Di sekolah tak resmi itulah Ali bertindak sebagai kepala sekolah sekaligus guru. Kini, di usianya yang masih 16 tahun Ali pastinya adalah kepala sekolah termuda di dunia.

Sebelum memulai pelajaran, para siswa berbaris dan menyanyikan lagu kebangsaan India. Berdiri di sebuah mimbar, Ali berpidato tentang kedisiplinan, lalu pelajaran dimulai. Ali memberikan pelajaran sebagaimana dia dengar dari para gurunya di Raj Govinda.Beberapa muridnya duduk di atas tanah, lainnya di bangku di bawah tenda. Di tiap pojok halaman itu terlihat para siswa sedang belajar. Termasuk Ali, kini ada 10 guru di sekolah itu. Semuanya, seperti dia, adalah siswa sekolah atau mahasiswa, yang secara suka rela mengajar.

Babar Ali tidak memungut biaya atas apa saja, bahkan buku atau makanan pun gratis, dananya dari sumbangan. Artinya, orang termiskin pun boleh datang. “Lingkungan kami ini secara ekonomi miskin, ”beber Ali,“ tanpa sekolah ini, banyak anak yang tidak akan mendapatkan pendidikan. Mereka bahkan tidak akan pernah melek huruf.” Sekolah itu kini diakui otoritas lokal, karena membantu mengurangi tingkat buta aksara di kawasan itu.

Ali mendapatkan banyak penghargaan atas apa yang dia lakukan itu. Muridnya yang paling muda berusia empat atau lima tahun. (BBC/andika hm)


25 Oktober 2009

Wanita Miskin Itu Rela Diperkosa demi Melindungi Anak Gadisnya

Demi menyelamatkan anak gadisnya yang akan diperkosa tiga pencuri yang menyatroni rumahnya, seorang ibu dengan terpaksa menyediakan diri sebagai pengganti.


Berkat perlindungan ibunya itu, anak gadisnya yang baru kelas I Madrasah Tsanawiyah atau MTs (setingkat SMP) selamat dari perbuatan bejat tiga penjahat tersebut.


Ibu malang itu adalah Wj (44), warga Desa Girimulyo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Peristiwa yang membuat Wj trauma ini terjadi pada Kamis (22/10) dini hari.

Sehabis memerkosa, pelaku merampas uang korban Rp 30.000 dan anting-anting anaknya senilai Rp 200.000. Para pelaku mudah beraksi karena suami Wj, yaitu Md (46), sedang tak berada di rumah.

Petani penggarap lahan (pesanggem) milik Perhutani ini sedang menunggui tanamannya di pinggir hutan. Md baru tahu kejadian yang menimpa istrinya itu sepulang dari hutan pada Kamis pagi.

Meski demikian, Md tak bisa berbuat apa-apa karena identitas para pelaku tak diketahui. Saat beraksi, ketiga pelaku memakai penutup wajah, termasuk ketika menggilir istrinya.

AKP M Gufron, Kapolsek Gedangan, membenarkan telah menerima pengaduan kasus itu. Namun, petugas masih mendalami kasus karena identitas pelaku tidak diketahui.

“Kami akan memeriksa korban dulu, sekalian melakukan olah TKP. Sebab, korban seperti ketakutan jika ditemui orang saat ini,” kata Gufron, Jumat (23/10).

Menurut informasi yang dihimpun Surya, meski kasus ini membuat Wj dan kedua anaknya trauma, keluarga petani miskin itu tampaknya tak mau memperpanjang urusan dengan pihak berwajib.

Ketika petugas menawari visum terhadap bekas perkosaan ke dokter, misalnya, Wj menolak. Alasannya, keluarga Wj tidak memiliki biaya.

Kehidupan keluarga Wj selama ini memang jauh dari cukup. Jangankan untuk biaya visum, untuk makan setiap hari saja harus kerja keras menjadi petani pesanggem, yang hasil panennya dibagi dengan Perhutani, pemilik lahan garapan.

Hasil penyelidikan petugas, pencurian yang terjadi di rumah Wj ini menunjukkan beberapa kejanggalan. Kecil kemungkinan bahwa niat pelaku hanyalah untuk mengincar harta benda korban.

Sebab, di rumah korban tak ada barang berharga yang bisa diambil. Karena itu, petugas menduga, anak gadis korban mungkin jadi sasaran utamanya, yakni sengaja akan diperkosa.

“Memang tidak mungkin kalau pelakunya hanya mengincar harta benda korban. Kondisi ekonomi keluarga korban pas-pasan. Semua tetangga tahu itu,” kata Suliadi, Kepala Desa (Kades) Giri Mulyo, Kecamatan Gedangan, Jumat.

Menurut Suliadi, berdasarkan cerita korban, para pelaku menyatroni rumah korban sekitar pukul 00.30 WIB. Mereka masuk rumah korban dengan cara mencongkel jendela, kemudian mendobrak pintu kamar korban.

Saat rumahnya didatangi tiga tamu tak diundang itu, Wj sedang terlelap tidur bersama dua anaknya, satu anaknya sedang menginjak remaja, dan satu lagi masih balita.

Melihat pelaku yang memakai penutup wajah dan menghunus senjata tajam di tangannya, Wj dan anaknya ketakutan. Saat itu, suaminya sedang tak ada di rumah.

Begitu Wj dan kedua anaknya bangun, pelaku langsung menodongkan senjata tajamnya. Wj dan anaknya diminta agar tak berteriak jika ingin selamat.

Sikap pelaku mendadak berubah ketika melihat anak gadis korban. Pelaku langsung memegangi tubuh anak gadis itu dan minta agar bersedia melayani nafsunya.

Permintaan pelaku itu membuat Wj dan anaknya langsung menangis ketakutan. Tubuh anak gadisnya langsung gemetaran.

Melihat anak gadisnya mengalami ketakutan luar biasa, Wj tidak tega. Dia minta kepada pelaku agar anak gadisnya tak diperkosa.

Sebagai penggantinya, Wj dengan terpaksa siap menuruti permintaan pelaku. Wj kemudian diperkosa di kamarnya dengan lampu dimatikan, sedangkan kedua anaknya disuruh ke luar.

“Informasinya, ya seperti itu. Namun, kami enggak enak sendiri mau bertanya terlalu rinci. Kami kasihan padanya,” ujar Suliadi.

Sumber : Kompas, Minggu 25 Oktober 2009





14 Oktober 2009

Cinta Amniotik

Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu.

Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.

Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda: terra firma. Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.

Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.

Entah bagaimana harus aku mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.

Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.

Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba amniotik di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.

Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.

Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi.
Sumber : http://dee-idea.blogspot.com/2009/10/cinta-amniotik.html


11 September 2009

2 Pria Berlomba Pecahkan Rekor Donor Darah

Melakukan donor darah untuk menyelamatkan nyawa seseorang adalah kegiatan mulia. Dua pria di AS tercatat sebagai pendonor darah terbesar yang telah menolong lebih dari 1.000 nyawa manusia di Amerika. Keduanya mengaku tak bisa menyumbang uang dan hanya bisa donor darah untuk membantu yang kesusahan.

Berdasarkan data petugas New York Blood Center, dua orang yang menjadi penyumbang darah terbesar di As adalah Maurice Wood yang telah berusia 83 tahun dan Al Fisher yang berusia 75 tahun.


Wood adalah seorang pensiunan inspektur kereta api dari St. Louis, sementara Fisher adalah seorang operator sebuah percetakan di Amerika Serikat. Fisher mengatakan bahwa dirinya dan Wood sedang terlibat dalam persaingan yang ramah dan sportif dalam menentukan siapa yang paling banyak mendonorkan darahnya. Dan terakhir kedua orang tersebut berbicara satu sama lain beberapa bulan yang lalu.

Al Fisher merupakan salah seorang pria New York yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 320 liter dalam minggu ini. Hal ini telah membuatnya menjadi salah satu dari dua orang di Amerika Serikat yang telah menyumbangkan darahnya kurang lebih sebanyak 40 galon selama hidupnya.

Lelaki asal dari kota Massapequa ini telah memecahkan rekornya pada Selasa 8 September 2009, setelah 58 tahun dirinya menjadi seorang pendoroh darah. Al Fisher telah mulai menyumbangkan darahnya sejak tahun 1951 saat dirinya masih berusia 17 tahun. Fisher selalu menyumbangkan darahnya 6 kali dalam setahun.

"Saya terlalu miskin untuk bisa membantu dengan uang, jadi saya berikan saja darah saya untuk bisa membantu orang lain," ujar Fisher sambil tertawa, seperti dikutip dari Newsday, Jumat (11/9/2009).

Direktur eksekutif Long Island Blood Services, Harvey Schaffler mengatakan bahwa selama Fisher menyumbangkan darahnya kurang lebih 58 tahun, beliau telah menyelamatkan hampir 1.000 nyawa manusia di Amerika.

Hal ini menunjukkan bahwa banyak cara yang bisa dilakukan seseorang untuk bisa membantu sesamanya, bukan hanya melalui sumbangan uang saja. Karena kadang bantuan darah lebih dibutuhkan dibandingkan dengan sejumlah uang.

Sumber : detik.com






18 Agustus 2009

Wanita Tunisia Mengandung 12 Bayi!

Mungkin sudah biasa jika seorang ibu mengandung kembar 3. Namun bagaimana jika sang ibu mengandung 12 bayi?
Peristiwa langka ini terjadi kepada seorang ibu berusia 30 tahun asal Tunisia. Setelah mengalami beberapa kali keguguran dari pernikahannya sejak tahun 2007, Tuhan pun mengaruniakan kehamilan kepadanya. Namun tidak hanya satu, 12 jabang bayi kini sudah berada di dalam rahim guru bahasa Arab tersebut.

"Pada awalnya, kami mengira kalau istri saya akan melahirkan bayi kembar, namun ternyata fetus baru ditemukan. Kebahagiaan kami bertambah dengan meningkatnya jumlah bayi yang akan lahir. Tim medis juga memberitahukan jika istri saya dapat melahirkan secara normal," ujar suami calon ibu beranak 12, Marwan, seperti dilansir guardian.co.uk, Selasa (18/8/2009).
Sementara sang calon ibu yang diprediksi akan melahirkan 6 bayi perempuan dan 6 bayi laki-laki itu pun turut menyatakan kebahagiaanya. "Apa yang ingin saya lakukan adalah memeluk seluruh bayi saya dan menunjukkan cinta saya kepada mereka," ujarnya di RS di kota Gafsa, Tunisia bagian selatan.
Akan tetapi, ahli kandungan dari Kampus Royal Obstetricians dan Gynaecologists Peter Bowen-Simpkins, memperingatkan risiko tinggi mengandung begitu banyak bayi. Menurutnya, dengan mengandung banyak bayi, akan memaksa sang ibu untuk melahirkan di usia kehamilan 20 minggu, sekitar setengah dari masa kehamilan normal, dan 4 minggu lebih dini dari peraturan Inggris untuk aborsi legal.
"Saya tidak ingin mengurangi antusiasme dia, namun peluang dia untuk melahirkan di usia kehamilan 20 minggu. Saya tidak akan mengizinkannya meskipun ada 1 dari 100 peluang untuk bertahan. Itu sangat menakutkan," ujar Peter.
Sebelumnya, seorang ibu (23) asal Yunani pada tahun 1996 pernah juga mengandung 11 bayi. Akan tetapi, 9 bayi terpaksa harus digugurkan untuk menyelamatkan 2 bayi lainnya.

Sumber: Selasa, 18 Agustus 2009, detik.com

31 Juli 2009

Rahma-Yunara Kayuh Impian dengan Sepeda

1 Agustus 2009

Menjadi penyandang tunarungu tak menjadi halangan bagi pasangan suami-istri, Yunara (33) dan Rahma Anggraeni Chibro (28), yang ingin mulai mewujudkan impian untuk keliling Indonesia. Dengan mengayuh sepeda yang terkadang mengeluarkan bunyi ngik-ngik-ngik, mereka mulai gowes dari Bandung, 30 Juni lalu.

Setelah tiga hari di Jakarta, keduanya datang ke Kompas, Kamis (30/7), dengan ditemani Alfa Febriyanto dari Komunitas Pekerja Bersepeda Indonesia, Bike 2 Work Indonesia. Mereka semangat bercerita ingin keliling Indonesia untuk membuktikan penyandang tunarungu pun memiliki kemampuan sama dengan orang normal untuk melakukan segala sesuatu yang luar biasa.

Melewati jalan ramai sepanjang Bandung-Cianjur-Puncak-Bogor-Cibinong-Depok-Jakarta, Rahma ngeri dengan truk, bus, dan sepeda motor yang melaju kencang dan ugal-ugalan. ”Rahma depan. Saya belakang. Truk, bus, angkot (angkutan kota), bemo, sepeda motor tidak bagus. Mobil pribadi bagus (tak ugal-ugalan),” kata Yunara dengan cara bicara kurang lancar.

Selama perjalanan, Rahma-Yunara sering berhenti melihat petunjuk jalan atau bertanya kepada polisi lalu lintas dan pedagang kaki lima untuk mengetahui arah tujuan. Jika tidak ada yang mengerti apa yang mereka tanyakan, Rahma siap dengan pena dan buku. Keduanya terus mengayuh sepeda tanpa sarapan. Jika tiba waktu makan siang, mereka hanya minum air putih dan roti. Makan nasi hanya pada malam hari. ”Kalau sudah gowes, lupa makan,” kata Yunara sambil tersenyum.

Padahal, ransel yang dibawa di pundak lumayan berat karena berisi pakaian, baju pramuka, kaus, sepatu, obat-obatan, vitamin, dan peralatan mandi. Segala macam dokumen penting, seperti ijazah, sertifikat, foto, dan permohonan dukungan moril dan materiil, juga dibawa.

Meski pasangan suami-istri kelahiran Bandung itu masih bisa sayup-sayup mendengar suara klakson, tetap saja tidak luput dari senggolan kendaraan lain. Rahma pernah tertabrak sepeda motor dan Yunara keserempet angkot. Tidak jarang pula keduanya dimaki-maki karena tidak juga minggir meski diklakson berkali-kali. ”Saya bilang maaf, maaf,” kata Rahma.

Rahma-Yunara singgah beberapa hari di Jakarta karena ingin bertemu pejabat. Sejauh ini mereka baru berhasil bertemu Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault.

Sulit cari kerja

Ide keliling Indonesia muncul awal tahun ini dan terbentur masalah dana karena baik Rahma maupun Yunara tidak bekerja. Keduanya sehari-hari aktif sebagai pramuka luar biasa tunarungu. Rahma menganggur sejak 6 tahun lalu, sementara Yunara di-PHK 15 tahun lalu.

Kedua mantan atlet nasional kejuaraan khusus penyandang cacat—Rahma atlet lompat jauh dan Yunara atlet lari jarak 100 meter—itu berkali-kali mencoba melamar di pabrik dan ”kerja kantoran”. Namun, mereka selalu ditolak karena perusahaan tidak mau menanggung risiko memiliki karyawan penyandang tunarungu. ”Takut kecelakaan. Tidak dengar,”
kata Yunara.

Rahma segera menambahkan, ”Tunanetra kerja bagus. Cacat fisik ada kerja. Tunarungu tidak ada kerja. Saya ingin kerja,” kata Rahma geregetan. Rahma dan Yunara berharap hasil dari keliling Indonesia ini bisa dipakai sebagai modal usaha menjahit.

Berbekal Rp 250.000, keduanya memulai perjalanan. Sebelum berangkat, mereka menitipkan anaknya, Fadhilah Dzulfiani (3), kepada saudara sekaligus pemilik rumah kontrakan mereka di Jalan Jati Menak C4-7 RT 03 RW 06, Margaasih, Bandung.

Jika kangen Zulfi, mereka tinggal mengetik SMS dan mengaktifkan video call di telepon genggam low end karena tidak bisa memanfaatkan fasilitas suara. Keduanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat melalui video call dengan teman sesama penyandang tunarungu yang ikut membantu menjaga anak mereka. ”Bisa lihat Zulfi,” kata Rahma yang kerap menuliskan kalimat yang sulit dipahami lawan bicara.

Selain pembuktian diri, Rahma juga ingin mencari ayahnya, Suvenir Chibro, yang tak diketahui kabarnya lagi sejak 2000. Rahma hanya tahu ayahnya kini bekerja di kantor kejaksaan tinggi di Papua. ”Dua puluh tahun ditinggal ayah, ketemu sekali tahun 2000,” tutur Rahma yang ditinggal ayahnya ketika ia berusia 2 tahun. Sepeninggal ayahnya, Rahma demam tinggi dan kehilangan pendengaran.

Rahma-Yunara berharap bisa selesai keliling 33 provinsi selama 1,5-2 tahun. Impian Rahma tak hanya berakhir di situ. Setelah keliling Indonesia, ia ingin mengayuh sepeda hingga ke luar negeri. ”Mau ketemu Obama (Presiden AS Barack Obama). Lama ya. Mungkin 7 tahun ya naik sepeda ke Amerika,” kata Rahma dengan tawa berderai.

Sumber: Kompas, Sabtu 1 Agustus 2009





27 Juli 2009

Bill Gates Menyerah Terhadap Facebook

Bill Gates, juragan perusahaan piranti lunak komputer Microsoft yang juga berstatus orang terkaya di dunia itu, ternyata menyerah terhadap Facebook. Pasalnya bagi para penggemar Facebook, menambah banyak teman di laman jejaring sosial itu merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan, tapi tidak demikian bagi Bill Gates.

Pada awalnya, Bill Gates begitu bersemangat untuk bergabung dalam Facebook sama seperti orang lain. Namun ketika permintaan orang yang ingin menjadi temannya begitu banyak, sampai lebih dari 10.000 friend request, Bill Gates pun menyerah dan tidak mau lagi mengaktifkan akunnya di Facebook, demikian curhat Bill gates dalam forum para pebisnis di New Delhi, India, Sabtu 25 Juli 2009 lalu seperti yang kami kutip dari vivanews,com. Bill Gates berada di India untuk menerima penghargaan atas perannya sebagai donatur lembaga amal.

Hal lain terungkap dalam curhatan Bill Gates kala itu. Ternyata juragan yang identik dengan kemajuan tekhnologi komputer itu tidak suka main SMS-an ataupun berlama-lama di depan layar komputer. Hal yang lebih disukainya adalah membaca buku dibandingkan dengan menggunakan tekhnologi selama 24 jam penuh. Sangat bertolak belakang dengan kehidupan masyarakat modern saat ini yang justru begitu mencintai tekhnologi dan menggunakannya hampir dalam segala aktivitas yang dilakukannya dalam 24 jam.


24 Juli 2009

Mulla, Sang Ratu Kecantikan Moral

Aya Ali al-Mulla dinobatkan sebagai Ratu Kecantikan Arab Saudi di Riyadh, Jumat (24/7). Dia mengalahkan 274 pesaing dan berhak atas hadiah uang, perhiasan, mahkota, dan perjalanan ke Malaysia.

Semuanya diperoleh tanpa memperlihatkan wajah yang terus tertutup cadar. Dengan baju hitam abaya yang menutupinya dari ujung rambut hingga ujung kaki, gadis berusia 18 tahun itu disebut sebagai ”Ratu Kecantikan Moral”.


Dalam kontes ini sama sekali tidak ada sesi memakai baju renang atau gaun malam seperti biasa dilakukan pada kontes kecantikan. Selain mendapatkan hadiah, pemenangnya juga harus menjalani ujian selama tiga bulan, harus membuktikan bakti kepada orangtua, keluarga, dan masyarakat.

Tidak jelas apa yang dilakukan Mulla hingga dia dapat mengalahkan pesaingnya. Akan tetapi, harian Al-Watan melaporkan, gadis lulusan SMA itu memiliki nilai bagus dan berharap dapat melanjutkan ke sekolah kedokteran. Kontes kecantikan yang fokus pada kecantikan fisik tidak pernah ada pada kebudayaan Arab. Penyelenggara Kontes Kecantikan Moral ini, Khadra al-Mubarak, menyatakan tetap fokus pada kecantikan dari dalam.

Sumber : Kompas, Sabtu, 25 Juli 2009


13 Juli 2009

2 Warga Malang Berangkat Haji dengan Genjot Becak dan Bersepeda

Keinginan dua warga Kota Malang untuk menunaikan ibadah haji ini berbeda dengan masyarakat lainnya. Kedua orang ini berniat pergi ke tanah suci Makkah dengan menempuh jalur darat. Keduanya lebih memilih berangkat dengan naik becak dan sepeda angin.


kedua warga Kota Apel yang mempunyai keinginan berangkat ke tanah suci sedikit aneh ini yakni, Kusnohadi (60), warga Janti Selatan dan M Choiron (45), warga Jalan Mayjen Sungkono, Kota Malang.

Sebelum berangkat menempuh perjalanan yang panjang, Kusnohadi terlebih dulu menghiasi becaknya dengan gambar Masjidil Haram di bagian depan, Selain itu juga diberi poster bertuliskan 'Ibadah Timur Tengah dari Malang Jawa Timur Indonesia'.

Kedua orang ini sebelum melakukan perjalanan terlebih dulu mampir ke Balaikota Malang untuk meminta izin kepada walikota. Perjalanan itu sendiri diperkirakan memakan waktu empat bulan.

Begitu juga dengan M Choiron, dia melengkapi sepeda anginya dengan bendera merah putih dan bendera bertuliskan Ibadah Timur Tengah.

Heri Santoso (30), anak pertama Kusnohadi yang mengantar ke Balaikota Malang kepada wartawan mengatakan, sudah lama orang tuanya mempunyai rencana ini. Bahkan persiapan pun sudah dilakukannya sejak lama, seperti buku-buku panduan, pakaian, serta uang saku.

Bahkan ujar Heri, pihak keluarga mereka tidak berani menghambat keinginan orangtuanya. Karena selain menyukai petualangan, setiap kali menginginkan sesuatu, maka harus terwujud.

"Kami tidak berani melarang, semua yang jadi keinginan bapak. Karena bapak selalu berambisi sesuatu harus terwujud," jelasnya.

Heri menambahkan, untuk mengayuh becak dengan jarak jauh, orang tuanya sudah sering kali melakukan bepergian jauh. Jarak tempuh terjauh yang pernah dilakoni Kusnohadi yakni keliling Indonesia pada tahun 1986 lalu. Kepergian dua lelaki masih bersaudara ini sempat membuat haru keluarga.

Bahkan, Mujiati (40), istri Imron sampai meneteskan air mata karena keinginan suaminya itu. "Saya kasihan mas. Tapi gimana lagi niatnya baik dan mulia," ujar ibu empat anak ini.

Tepat pukul 10.47 WIB, Senin (13/7/2009) keduanya bertolak dari Balaikota Malang. Rencannya keduanya akan menempuh rute Malang-Surabaya-Sumatera.



04 Juli 2009

Angelina Jolie Ingin Punya Banyak Anak

Angelina Jolie Pictures, Images and Photos

Sudah jadi rahasia umum kalau Angelina Jolie seorang pecinta anak dan berkeinginan untuk mengadopsi dari berbagai negara. Tak heran kalau memiliki tiga anak yang manis-manis belumlah cukup buat Jolie. Dan serupa dengan kekasihnya, Brad Pitt, bintang jelita ini mengungkapkan kalau ia ingin memiliki lebih banyak anak lagi.



"Aku sangat-sangat beruntung. Aku mencintai berbagai elemen berbeda dalam kehidupanku. Aku suka bekerja di luar negeri dan aku sangat menyukai bersama anak-anak, demikian juga aku sangat menyukai bersama Brad," ujar bintang berusia 31 tahun ini pada Jum'at saat konferensi pers film terbarunya THE GOOD SHEPHERD. "Aku akan dengan senang hati menambah anak dan lebih banyak rintangan serta lebih banyak hal dalam kehidupanku."

Selain itu, Jolie mengaku memilih film-filmnya dengan memikirkan Maddox (5), Zahara (23 bulan) serta Shiloh (6 bulan). "Aku tak berpikir kalau bisa syuting lebih dari tujuh minggu dalam sebuah film selama dua tahun," ujarnya. "Aku perlu memastikan punya waktu buat anak-anak."


18 Juni 2009

Kisah Anak PSK Bertemu Pusara Ibunya

Pencarian bertahun-tahun Kesih van Der Berg van De Jong terhadap ibu kandungnya, akhirnya membuahkan hasil. Kesih memang hanya mendapati pusara ibunya, karena Juli tahun lalu sang ibu, Martiningtias Condro Kesih, sudah meninggal.


Meski demikian, keingintahuan sudah terobati, setelah selama 28 tahun Kesih terpisah sejak dia dilahirkan Martiningtias, dan tak lama kemudian Kesih yang masih bayi diadopsi oleh seorang warga Belanda.

Mirip kisah dalam acara Termehek-mehek di televisi, tangis haru seketika pecah saat Kesih bertemu bibinya Ernawati (32) di salah satu ruangan di kantor pengacara Markus Sajogo di Surabaya, Kamis (18/6). Ernawati tidak menyangka bisa bertemu keponakannya, yang selama ini hanya diketahuinya dari cerita-cerita simpang siur di lingkungan keluarga dan kerabatnya.

Ernawati adalah adik kandung Martiningtias, ibunda Kesih. Selisih usia Kesih dengan bibinya hanya 4 tahun. Sebab, usia Martiningtias (yang bernama asli Tumi) dengan Ernawati terpaut 11 tahun.

Waktu melahirkan Kesih pada 9 Juli 1981, usia Tumi baru 16 tahun. Kesih adalah hasil hubungan antara Tumi dengan lelaki hidung belang tatkala Tumi masih menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial) di kawasan lokalisasi Kremil, Surabaya.

Kesih telah mulai berkeinganan menelusuri asal-usulnya 6 tahun lalu. Pasangan Petrus Johannes Maria Van Den Berg dan Ardina Elisabet Wilhelmina Ermers yang mengadopsi Kesih, memang sangat terbuka dalam mendidik. Semua informasi soal latar belakang Kesih sudah dijelaskan sejak anak itu masih kecil.

“Keluarga mereka memang sangat terbuka. Bahkan, sejak kecil Kesih sudah diberitahu apa itu adopsi dan diberi buku-buku soal adopsi,” jelas pengacara Markus Sajogo. Markus adalah pengacara yang mendampingi pasangan Petrus-Ardina saat keduanya mengadopsi Kesih 28 tahun lalu melalui Yayasan Anak Sejahtera yang berkantor di Jl Ngagel Jaya Selatan, Surabaya.

Untuk mempertemukan dua pihak yang sudah terpisah 28 tahun itu, Markus menugaskan stafnya Gregorius Yhofid (Goris) guna menelusuri keberadaan Tumi. Bak kisah detektif swasta di film-film Hollywood, Goris menyaru sebagai tamu, bertanya sana-sini dan mencatat kisah dari para saksi sampai akhirnya menemukan lokasi keluarga Tumi di sebuah kampung di Desa Kalipare, Kabupaten Malang (dekat kawasan Bendungan Karangkates) pada Februari 2009.

“Kami harus mencari-cari karena alamat Tumi yang kami ketahui sebelumnya hanyalah di lokalisasi Kremil Surabaya,” ucap Markus.

Markus lantas menceritakan bagaimana suasana saat Tumi memutuskan menitipkan Kesih yang baru dilahirkannya ke Yayasan Anak Sejahtera tahun 1981. Kala itu, cerita Markus, sulit bagi Tumi untuk dapat terus bekerja di lingkungan lokalisasi jika di saat bersamaan mengasuh bayi. Oleh sebab itu, Kesih dititipkan di yayasan yang bersedia menampung bayinya sebelum akhirnya sang bayi diadopsi oleh pasangan Petrus-Ardina yang tak dikaruniai anak.

Saat ditemui wartawan kemarin, Kesih mengaku tak pernah mempersoalkan latar belakang pekerjaan ibu kandungnya. Meski pada Agustus 2008 dia mendapat informasi bahwa sang ibu telah tiada, Kesih bersama suaminya tetap bertekad ke Indonesia.

Selain mengunjungi makam sang ibu, Kesih ingin sekali bertemu dengan keluarga besar ibunya yang masih ada di Kalipare, Kabupaten Malang.

”Sebenarnya sejak kecil saya sudah diberitahu oleh kedua orangtua saya bahwa saya adalah anak angkat. Namun, keinginan untuk mencari ibu kandung baru terbersit 6 tahun lalu, saat saya melahirkan putra pertama saya,” kata Kesih.

Sejak itu, sambung Kesih, dirinya bersama sang suami mengumpulkan uang untuk biaya pencarian sang ibu ke Indonesia. Dia pun makin intens berhubungan dengan kantor pengacara Markus Sajogo and Associates demi niatan berkunjung ke Surabaya. Ia mendapat informasi tentang kantor pengacara ini dari internet tahun lalu.

“Sebelumnya, saya sudah baca dokumen-dokumen adopsi diri saya yang dibawa orangtua angkat saya ke Belanda,” jelas Kesih dalam bahasa Inggris.

Kesih memang tidak bisa berbicara dalam Bahasa Indonesia karena sejak bayi (1,5 bulan) sudah diboyong ke Belanda dan kini menjadi warga negeri Kincir Angin itu. Kesih mengatakan, ia pernah mendapatkan semacam pertanda bahwa orangtua kandungnya meninggal tatkala dirinya berlibur ke Turki tahun lalu. Saat bertemu seorang pegawai hotel (tempatnya menginap) yang memiliki kemampuan supranatural, si pegawai menuturkan bahwa orangtuanya sedang sekarat.

“Tapi waktu itu saya cuma berpikir bahwa orangtua (angkat) saya sehat-sehat saja,” ucap Kesih.

Sementara itu Ernawati yang ditemani suaminya, Yunianto beserta kedua putra-putrinya, Agus Salim (10) dan Sintawati (2) tidak kuasa menahan air mata saat melihat keponakannya untuk pertama kali.

Dengan suara terbata-bata, Ernawati mencoba mengenang Tumi. Disebutkan bahwa Tumi jarang bercerita tentang anaknya. Namun bagi sebagian besar warga kampung yang tinggal di Kalipare, kisah soal Tumi yang memiliki anak di Belanda sudah jadi rahasia umum.

“Kami tahu dari tetangga kalau anak mbak Tumi sudah dibawa orang Belanda,” kata Ernawati dengan berderai airmata. Dalam sebuah kesempatan sebelum meninggal 22 Juli 2008 lalu, Tumi pernah curhat ke Ernawati. “Aku ingin melihat anakku, mungkin sekarang dia sudah menikah dan aku punya menantu,” kata Ernawati menirukan ucapan Tumi saat itu.

Sebelum dipertemukan dengan keluarganya usai tiba di Surabaya pada Rabu (17/6) lalu, Kesih yang datang bersama suaminya Glen van De Jong, sempat berkunjung ke Pulau Madura. Dalam perjalanan, dia melihat anak-anak kecil terlantar di jalanan.

Dia merasa sangat beruntung dengan kondisinya saat ini berkat adopsi dari keluarga Belanda. “Bisa jadi, jika dulu tidak diadopsi, saya adalah salah-satu dari anak-anak yang ada di jalanan itu,” kata Kesih.

Kesih beberapa kali mengungkapkan rasa syukur mendalam telah diadopsi oleh keluarga Belanda yang dengan tulus merawat dan membesarkannya. Tak hanya kebutuhan ekonominya terpenuhi, Kesih juga bisa menikmati pendidikan hingga jenjang tinggi layaknya anak-anak Belanda pada umumnya.

Kesih mendapat gelar sarjana setelah menamatkan kuliah di Inholland University mengambil jurusan ekonomi manajemen. Saat ini Kesih sudah memiliki seorang putra berusia enam tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan distribusi penjualan minyak di Belanda.

Meski berdarah asli Indonesia, penampilan fisik Kesih jauh dari kesan orang Indonesia kebanyakan kecuali wajah dan kulitnya. Tinggi badannya termasuk di atas rata-rata orang Indonesia, sekitar 169 cm. Badannya terlihat agak gemuk, kulitnya bersih terawat -menunjukkan tingkat kemakmuran hidupnya.

Hari ini, Jumat (19/6), Kesih bersama rombongan akan mengunjungi keluarga besar ibu kandungnya di Kalipare sekaligus ziarah ke makam Tumi. Setelah menemukan keluarga besar ibu kandungnya, Kesih memantapkan hati bakal sering berkunjung ke Indonesia.

Ketika ditanya apakah Kesih tidak ingin menelusuri pula bapak kandungnya, Markus Sajogo mengatakan hal itu hampir mustahil dilakukan. Selain ibunda Kesih sudah meninggal, sangat sulit juga untuk melacak sang bapak meskipun dengan menggunakan uji DNA (uji darah tentang keterkaitan asal-usul seseorang secara genetika). Sebab, sebagai PSK, kala itu tentu Tumi memiliki banyak pelanggan sehingga tidak mungkin untuk langsung menunjuk ke satu atau dua orang pria agar dites DNA-nya untuk dicocokkan dengan DNA Kesih.

“Lagi pula, kalau pencarian bapak kandung ini diumumkan, bisa jadi akan banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai bapaknya karena Kesih kan sudah hidup mapan di Belanda,” jelas Markus.

Sumber: Kompas, Jumat, 19 Juni 2009


19 Mei 2009

CEO Google: Matikan Komputermu dan Jadilah Manusia!

Makin banyak orang memakai komputer dan mengakses internet tentunya akan kian menguntungkan Google selaku raksasa bisnis internet. Namun demikian, CEO Google Eric Schmidt justru menyarankan pada para lulusan universitas untuk menjauhi komputer dan mematikan ponsel mereka.

Memang banyak kaum muda terpaku pada dunia virtual di internet dan seakan tak peduli untuk berelasi dengan orang lain. Itu sebabnya Schmidt menyarankan agar mereka sejenak berhenti melakukannya dan kembali pada 'habitatnya' sebagai makhluk sosial.


Dikutip detikINET dari PCAuthority, Rabu (20/5/2009), Schmidt mengungkapkan hal itu dalam sebuah pidato kelulusan 6000 wisudawan di University of Pennsylvania, Amerika Serikat.

Orang yang turut membesarkan Google ini menasehati para lulusan ini agar tidak melupakan kehidupan di luar layar komputer. Sebab manusia perlu terus berhubungan dengan dunia sekitarnya.

"Tidak ada yang bisa mengalahkan perasaan memegangi tangan cucumu saat dia berjalan untuk kali pertama," demikian Shmidt memberi contoh. "Matikan komputermu. Matikan juga ponselmu dan perhatikan manusia di sekelilingmu," pungkasnya.

Sumber:http://detik.com



16 Maret 2009

Asrama Yatim Piatu

17 Maret 2009

Asrama Yatim Piatu

Di atas tanah ini akan di bangun asrama anak yatim piatu. Jika dilihat saat ini tanah ini tak terurus, banyak tumpukan sampah. Semoga 5 tahun ke depan rencana ini terwujud, doakan ya...:)







2 hari yang lalu usai mendonorkan darah di PMI yang ke 19 kalinya, saya menemui Ust. Lutfi. Ini mengenai keputusan tentang jual beli tanah di Bantarjati atas. Akhirnya kami (saya, mami dan Ike) melepaskan tanah seluas 283 M2 kepada Ust. Lutfi dengan harga yang terjangkau.

Dengan pertimbangan, di atas tanah tersebut akan didirikan asrama anak yatim piatu. Tempat tinggal bagi mereka yang tidak memiliki orangtua dan juga tidak memiliki tempat untuk berteduh. Sedangkan area yang ditinggali Ust. Lutfi sekarang, dalam 20 tahun ke depan akan didirikan sekolah terpadu. TK,SD, SMP, SMA seperti Al-Azhar jika hendak digambarkan secara jelas.

Untuk saat ini baru TK-Annaba (TK favorit di Bantarjati) yang telah berdiri, karena dana dan sumber daya manusia untuk mengelolanya masih terbatas. Doakan kami agar berhasil mewujudkan mimpi-mimpi indah ini.




12 Februari 2009

Dua Pria Berusia Senja Berhasil Mendaki Gunung Everest

Berusia senja tidak menghalangi Bahadur Sherchan untuk menantang alam. Pada usia yang telah 76 tahun dan segera merayakan pertambahan usia yang ke-77, pria asal Nepal itu justru mencatatkan dirinya sebagai orang tertua di dunia yang pernah mencapai puncak Gunung Everest.

Sherchan berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia itu pada Minggu (25/5/2008) pagi dengan kondisi sehat dan berencana turun ke barak kemarin waktu setempat.

Sherchan, yang 25 hari lagi akan berulang tahun yang ke-77, telah mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh orang Jepang. Katsusuke Yanagisawa, 71 tahun, yang tahun lalu juga mendaki Everest.

Dalam sebuah pesannya di situs untuk manula yang berekspedisi ke Everest tahun ini, Sherchan, pendaki veteran ini, mengatakan ingin mengispirasi rekan-rekan sesama pensiunan asal Nepal untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

"Saya punya semangat dalam diri saya dan di dalam kehidupan filosofi saya. Saya memulai misi hebat dengan visi hebat di musim hebat (musim panas) untuk menaklukkan Gunung Everest dengan kekuatan niat dan energi bersih hati saya,” katanya.

Sherchan sekaligus menumbangkan ambisi Yuichiro Miura, 75 tahun, yang berhasrat ingin menjadi pendaki tertua Gunung Everest. Miura yang mendaki gunung itu dan bertemu Sherchan, mengaku tidak kecewa dengan kegagalannya dan memberi selamat pada Sherchan.

“Selamat pada pria berusia 76 tahun ini atas usaha besarnya. Sebagai seorang rekan, saya juga berhasil mendaki sampai puncak. Sekarang saya akan berusaha sekuat mungkin untuk yang terbaik,” kata Miura.

Miura sebenarnya berharap dapat mengklaim title sebagai orang tertua yang mendaki Gunung Everest pada 2003, ketika dia mendaki pada usia 70 tahun. Namun, rekor itu dikalahkan teman senegaranya sendiri tahun lalu. Miura lantas melakukan pendakian lagi tahun ini meskipun telah menjalani dua kali operasi jantung sejak pendakian pertamanya.

Sumber : Koran Tempo, 25/5/2008