"Kadang juga capek, sudah tua kok sekolah, buat apa?" kata Tarlan, usai mengikuti ujian kejar paket A atau setara SD.
Ujian dilangsungkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Jalan Galur Jaya 16, Jakarta Pusat, Jumat, (20/11/2009).
Meski demikian, kakek dengan 29 cucu ini mengaku tidak pernah merasa putus asa. Menurut dia, proses pencarian ilmu itu dari lahir hingga liang lahat. Terlebih, dia mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya.
"Kadang ditanya, sudah tua buat apa sekolah. Saya jawab, kalau mencari ilmu hingga liang lahat," tambah kakek yang mengenakan kemeja lengan putih panjang ini.
Tarlan telah 3 kali menikah. Perkawinan pertama pada 1949 dengan Kasminah, ia dikaruniani 4 orang anak. Selang beberapa tahun kemudian lelaki asal Cirebon tersebut bercerai, lalu mengawini seorang wanita bernama Wiwi hingga mempunyai 8 anak.
Setelah itu, ia juga menikah lagi dengan Ani, dan mendapatkan anak 1 anak. "Sekarang saya punya buyut 5, cucu 29, anak 13," ceritanya dengan suara lantang.
Setiap hari Tarlan bekerja sebagai cleaning service di Masjid Istiqlal. Sebelum mengabdi di Masjid Istiqlal 19 tahun lalu, dia bekerja sebagai kuli bangunan dari satu proyek bangunan ke bangunan lainnya.
"Sekarang pun masih tetap kerja keras merawat Istiqlal. Kata anak-anak saya, saya disuruh istirahat. Lalu saya bilang, saya tidak bekerja, tapi olahraga," tambah lelaki yang menginjakkan kaki di Jakarta tahun 1948 ini.
Akibat terbiasa kerja sebagai kuli bangunan, otaknya sudah terbiasa berhitung. Mulai dari mengukur meteran, campuran semen hingga perkalian bata dan materiil. Dia mengaku hanya terkendala pada pelajaran Bahasa Inggris. "Karena saya sudah ompong jadi ngomongnya susah," candanya.
Ditanya apakah akan melanjutkan ke kejar paket B (setara dengan SLTP), dia menjawab singkat. "Tidak. Saya ingin tafakur di Masjid Istiqlal," pungkasnya.
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar