Apa itu yang kau pakai di bibirmu? Lipstik?
Bukan, Ayah, bukan
Miriam yang kala itu masih dipanggil Maryanto, jadi ciut.
Apa-apaan kamu! Laki-laki pakai lipstik!
Tidak Ayah, tidak.
Ibunya datang terlambat, Miriam terlanjur ambruk, tersungkur ke dinginnya ubin.
Tamparan di wajah dan tendangan di perut telah lebih dulu singgah, meninggalkan ulu hati yang terasa nyeri.
Ada yang berkepak-kepak pergi. Barangkali cinta pada ayahnya, barangkali rasa sayang pada ayahnya, barangkali hormat pada ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar