Pempek |
Di Indonesia (bahkan di dunia)
camilan cina berbaur dengan budaya
setempat. Pempek, misalnya. Makanan khas Palembang ini muncul sekitar abad
ke-16, ketika orang perantauan Cina bermukim di Palembang.
Konon, ada seorang
perempuan tua (dipanggil Mpek) yang membuat camilan daging ikan dicampur tepung
tapioka. Makanan ini dijajakan dengan sepeda keliling kota. Karena yang
menjajakan si Mpek, makanan ini diberina mpek-mpek, atau Pempek,sampai hari ini
camilan cina ini menjadi makanan favorit di Palembang.
Camilan cina memang tidak hanya
lezat, namun menyimpan kisah menarik di balik kemunculannya. Beberapa camilan
tersebut antara lain.
Dim Sum
Dim sum |
Awalnya dibuat oleh orang Shanghai,
lalu terkenal di seluruh Cina. Orang Shanghai tidak suka makan banyak, karena
iru mereka membuat makanan dalam ukuran kecil-kecil, namanya dim sum. Hanya
kaisar pada jaman Dinasti Chin (200 SM) yang berhak makan dim sum.
Kemudian dim
sum semakin berkembang lebih dari 2000 varian. Dim sum ada yang dikukus atau
digoreng. Dim sum kukus biasanya disajukan dalam wadah bambu berukuran kecil
yang khas. Dim sum merupakan istilah daerah Canton yang berarti menyentuh hati.
Biasanya dim sum
disantap pagi hari bersama keluarga atau teman. Dim sum selalu dihidangkan
bersama teh di kedai teh Cina. Di Indonesia dim sum juga populer. Nama
variannya hakau, tieh, somai, dan roti kukus (bapau).
Moon Cake dan Fortune Cookies
Kisah tentang kue bulan (moon
cake) muncul pada abad ke 13, ketika Cina dijajah Bangsa Mongol. Pada waktu itu
moon cake dijadikan oleh para pejuang untuk berkirim pesan rahasia di antara
mereka dalam melawan penjajah. Perjuangan mereka berhasil, dan muncullah
Dinasti Miing. Fortune Cookies (kue keberuntungan) muncul karena terinspirasi
kisah ini.
Di dalam kue diselipkan kertas berisi ramalan.
Bacang
Pada jaman itu Cina dipimpin oleh
kaisar yang kejam. Kala itu ada seorang pujangga bernama Qun Yuan. Ia membuat tulisan
yang isinya menghimbau kaisar agar lebih memikirkan rakyatnya, kemakmuran dan
kesejahteraan negeri. Sang kaisar merasa tersinggung, dan memerintahkan para
pengawal untuk memburu dan membunuh Qun Yuan.
Sang Pujangga melarikan diri
dengan terjun ke Sungai Mi Luo (sekarang di Propinsi Hunan), sehingga ia mati
dan tenggelam di sungai tersebut. Rakyat merasa sangat sedih, dan agar jenasah
sang pujangga tidak dimangsa oleh ikan-ikan pemakan daging, mereka membuat
bacang, kemudian membuangnya ke sungai.
Tradisi membuat dan melemparkan bacang masih berlanjung hingga kini di setiap
bulan Juni, pada Festival Perahu Naga. Bacang awalnya dibuat dari ketan,
dibentuk piramid, dan dibungkus daun bambu. Kemudian berkembang dengan diberi
isi daging, bahan utamanya bia beras ketan atau beras biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar