Ibu Desmi tinggal di Luhung Jorong, Tanjung Nagari Pandai
Sikek, Padang Panjang, Sumatera Barat. Sudah 10 tahun Ibu Desmi dan ibu-ibu
lainnya yang tinggal di Nagari Pandai Sikek, selain mengurus anak dan suami
mereka menenun kain songket. Lihatlah uang lima ribu rupiah bangga menampilkan
sosok seorang ibu yang sedang menenun kain songket, di Desa Pandai Sikek.
Kain songket ini ditenun dari benang biasa yang dicampur
dengan benang emas. Ibu Desmi butuh waktu satu bulan untuk membuat selembar
kain songket nan rancak. Keterampilan menenun kain songket ini diperoleh Ibu
Desmi secara turun-temurun, sejak kecil Ibu Desmi rajin membantu ibundanya
dalam menenun kain songket. Sebagian besar orang Dusun Pandai Sikek, kaum perempuannya mewarisi
keterampilan menenun songket. Dahulu keterampilan ini juga diajarkan disekolah
kepada anak-anak perempuan, tapi kini anak-anak kurang tertarik untuk menenun
kain songket.
Kain songket ini bentuknya tak sekedar kain tenun sebagai
bahan baju, dari songket ini bisa juga dibuat sebagai hiasan dinding, sepatu,
tas, dan lain sebagainya. Harga kain songket itu beragam tergantung jenis
kainnya. Kain songket yang kasar harganya Rp 1,5 juta, sedangkan kain songket
yang halus harganya Rp 2,5 juta, dan kain songket termahal namanya kain
balapak, harganya bisa mencapai Rp 5 juta. Hal yang membedakan kain songket
adalah jenis benangnya, ada benang tembaga dan benang emas yang membuat
perbedaan harga kain songket.
Toko souvenir, kata Ibu Desmi mendatangi langsung ke Desa
Pandai Sikek untuk mendapatkan kain songket untuk dipamerkan dijual di
toko-toko souvenir mereka. Kain songket ini selain dijual ke Padang, dan
Bukittinggi, juga diekspor ke Malaysia. Selain kain tenun songket di Desa
Pandai Sikek, kain tenun dan songket asal Payakumbuh tak kalah rancaknya. Kain
tenun asal Payakumbuh ini pernah mengikuti ajang Jakarta Fashion Week (JFW)
pada tahun 2015. Ketua Dewan Kerajinan Daerah Payakumbuh, Henny Riza Falepi mengakui
kain tenun dan songket asal Balai Panjang, Kecamatan Payakumbuh Selatan itu
banyak dilirik pengusaha nasional, dan internasional.
Tenunan dan sogket ternyata tidak kalah bagus dengan bahan
dan pabrikan lain, ujar Henny. Kain tenun dan songket asal Balai Panjang ini
semkin terkenal sejak diberikan kepada Ibu Ani Yudoyono, saat Presiden RI ke 6
tersebut berkunjung ke Sumatera Barat, tahun 2012 yang lalu. Sejak saat itu,
kain tenun dan songket banyak diminati kaum wanita dan pria ekskutif.
Penghasilan dari menenun kain songket ini minimal Rp 3 juta,
namun keterampilan kain songket ini sayangnya kurang diminati anak-anak muda.
Orang tua mereka lebih senang jika anak-anak mereka belajar dan sekolah yang
tinggi demi kehidupan yang lebih baik. Sesekali menenun kain songket jika ada
waktu luang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar