11 Oktober 2017

Monsieur Ibrahim : Persahabatan Momo dan Tuan Ibrahim



Adegan pertama film ini, Momo memecahkan celengan untuk berkencan dengan PSK. Momo tinggal di pinggiran Kota Perancis yang bertebaran PSK.Momo adalah bocah 16 tahun yang kurang perhatian dari ayahnya, ia penasaran ingin berkencan dengan PSK.


Saya menonton film ini 13 tahun yang lalu (Des 2004) di Utan Kayu, Rawamangun, bolos kerja demi menonton film ini. Judulnya Monsieur Ibrahim, diproduksi oleh Sony Picture Classics (USA) pada tahun 2003. Film Monsieur Ibrahim merupakan film yang diadaptasi dari novel dan naskah panggung karya Éric-Emmanuel Schmitt yang dalam bahasa Perancis berjudul “Monsieur Ibrahim et les fleurs du Coran” dan dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Tuan Ibrahim dan Bunga-bunga dalam Al Qur’an.”

Berlatar belakang tahun 1960-an di salah satu daerah miskin di pinggiran kota Perancis, film Monsieur Ibrahim menceritakan tentang kisah persahabatan seorang remaja keturunan Yahudi bernama Moses (Momo) yang berusia 16 tahun dengan Tuan Ibrahim, seorang Muslim (Sufi) pemilik toko grosir di jalan Rue Bleue. Moses yang sejak kecil hidup hanya dengan ayahnya seringkali mengurusi dirinya sendiri karena ayahnya sibuk bekerja, sedangkan Ibunya telah lama pergi meninggalkan mereka entah ke mana.

Persahabatan Moses dengan Tuan Ibrahim dimulai ketika Momo sering berbelanja di toko Tuan Ibrahim, karena ayahnya tidak memiliki waktu untuk mengurus Momo. Kehidupan yang dijalani oleh Momo sangatlah tidak layak, karena ia tinggal di daerah miskin yang penuh dengan PSK pinggir jalan, dan tidak hanya itu saja Momo kerap mencuri di toko kelontong Tuan Ibrahim agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Perbuatan mencuri yang dilakukan oleh Momo sebenarnya diketahui oleh Tuan Ibrahim, namun Tuan Ibrahim tidak memarahi Momo, melainkan Tuan Ibrahim memberikan petuah kebajikan kepada Momo dengan berkata

 “Apa yang kau beri, Momo, akan menjadi milikmu selamanya, sedangkan  apa yang kau terima, akan hilang entah ke mana.” 

Pesan yang disampaikan Tuan Ibrahim berkaitan dengan filosofi hidup dan bagaimana cara menjalani kehidupan yang baik. Persahabatan yang terjalin antara Momo dan Tuan Ibrahim berubah menjadi ikatan keluarga yang begitu erat, ketika ayah Momo bunuh diri tepat pada hari ulang tahun Momo yang ke 17, ayahnya di rumahkan, atau di PHK secara mendadak. Momo sedih, kecewa, gundah dan berkeluh kesah kepada Tuan Ibrahim, akhirnya Momo diadopsi oleh Tuan Ibrahim.

Momo dan Tuan Ibrahim banyak menghabiskan waktu bersama dengan melalukan perjalanan ke Turki, ke kampung halaman Tuan Ibrahim. Perjalan yang mereka lakukan bersama menjadi titik balik bagi hidup Momo dan Tuan Ibrahim. Tuan Ibrahim banyak menunjukkan hal-hal baik kepada Momo, seperti memperkenalkan Momo dengan beberapa agama dan bagaimana cara mereka beribadah kepada Tuhan, serta menjelaskan tentang keindahan dan kedamaian akan karunia Tuhan, tanpa mempersoalkan agama apa yang mereka anut.

Kisah persahabatan antara ayah angkat dan anaknya berakhir ketika Tuan Ibrahim meninggal dunia saat melakukan perjalanan ke Turki. Kepergian Tuan Ibrahim untuk selamanya membuat hati Momo sedih, namun Tuan Ibrahim meninggal dengan perasaan damai, karena apa yang dicari telah ia temukan dalam Al Qur’an.

Film Monsieur Ibrahim bukan sekedar film tentang Islam-Yahudi, bukan sekedar film yang menceritakan hubungan antara dua agama atau pun toleransi, bukan film propaganda agama, melainkan hubungan antara dua manusia yang berbeda usia, latar belakang, budaya, dan pemikiran dengan cara yang menyentuh.

Hubungan antara film Monsieur Ibrahim dengan sufi atau sufisme dapat terlihat pada sikap yang ditunjukkan oleh Tuan Ibrahim kepada Momo. Seorang sufi adalah mereka yang memiliki hati yang lembut dan hangat kepada orang lain (kata sufi dalam bahasa Arab memiliki arti “suci” dan “wol”). Seorang sufi juga tidak mengenakan atau berpenampilan tertentu, dan mereka menjalani hidup layaknya orang biasa, seperti menjadi petani, penulis, pedagang, dsb. Hidup yang dijalani seorang sufi untuk merenungi keindahan dunia, tetapi hati mereka tetap selalu dekat dengan Allah. Dalam film Monsiuer Ibrahim, Tuan Ibrahim ingin menjelaskan bahwa dalam keyakinannya terdapat kebenaran mendasar dari seluruh agama.

Melalui Tuan  Ibrahim, Momo belajar mengenai filosofi hidup, khususnya tentang hubungan dengan Tuhan, ia juga belajar mengatasi emosinya dan memasrahkan hidupnya kepada Tuhan, namun tetap berusaha semaksimal mungkin. Pesan yang dapat diambil dari film Monsieur Ibrahim adalah sekalipun berbeda keyakinan antara Tuan Ibrahim yang seorang Muslim-sufi dan Momo yang seorang Yahudi tidak menghalangi mereka untuk saling berbagi dan memberi satu sama lain.

Film ini bukan hanya menceritakan hubungan antara manusia, tetapi lebih universal, yaitu bagaimana suatu hubungan dapat mempengaruhi satu sama lain. Sebagai seorang Muslim-Sufi, Tuan Ibrahim tidak menggunakan ayat-ayat dalam Al Qur’an secara harfiah untuk menjelaskan tentang filosofi hidup kepada Momo, melainkan melalui senyum, kebersamaan, keindahan, dan cinta. Dengan cara seperti ini, Tuan Ibrahim memposisikan dirinya sebagai penganut agama yang menghayati agamanya, namun tetap dapat memberikan filosofi hidup kepada Momo dengan cara lain.

Kekurangan dari film Monsieur Ibrahim adalah bagi orang awam yang tidak paham tentang sufisme, apa yang ingin disampaikan oleh film ini sedikit sulit untuk dipahami. Banyak pula adegan dalam film yang kurang pantas karena latar belakang film di daerah miskin yang penuh dengan PSK pinggir jalan. Bagi remaja yang ingin menonton film Monsieur Ibrahim sebaiknya menonton bersama orang ayah atau ibu yang sudah lebih mengerti, sehingga ada penjelasan yang baik ketika Anda menonton film ini. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar