15 Desember 2014

Tantri Abeng, Manager Satu Milyar

Tantri Abeng adalah seorang manager hebat di Indonesia. Pada masanya ia dijuluki sebagai Manager Satu Miliar, yang menunjukkan jumlah nilai transfer dari Multi Bintang Indonesia (MBI) ke Bakrie Group.
Beliau sukses memimpin kedua perusahan tersebut. Salah satu resepnya adalah keberanian mengambil tantangan dan risiko. Setelah mencapai puncak karir sebagai CEO, ia pun dipercaya menjabat sebagai Mentri Negara Pemberdayaan BUMN dalam Kabinet Pembangunan IV, dan cabinet Reformasi.

Tantri Abeng ini lahir di pelosok Desa Selayar, Sulawesi Selatan, pada 7 maret 1942, di sebuah keluarga miskin. Sejak kecil ia telah memperlihatkan keuletan dan kerja keras. Ia rajib belajar sambil bekerja mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia member les, serta menstensil catatan-catatan sekolah untuk dijual. Kesungguhan Tantri Abeng dalam belajat membuatnya terpilih sebagai peserta program pertukaran pelajar Amerika Field Service. Ketika di Amerika ia pun menemukan orang tua asuh, yakni keluarga Gibson. 

Selepas itu, ia kembali ke tanah air dan melanjutkan kuliah kie Universitas Hasanuddin. Semasa kuliah, ia bekerja paruh waktu di sebuah perusahan eksportir dan mengajar bahasa Inggris pada sebuah SMA. Selanjutnya, tantric Abeng memperoleh beasiswa untuk mengambil Master of Busines Administration dari State Univrsity, New York. Ketika ia berumur 29 tahun, ia sudah menjadi direktur keuangan pada prusahaan Union Carbide. 

Pada tahun 1979, tantric Abeng resmi pindah menjadi CEO (Chief Executive Officer) di Multi Bintang. Tangan dinginnya berhasil mengangkat perusahaan multinasional itu menjadi bintang pasar minuman di Indonesia.  Saat mencapai keberhasilan puncak di MBI pada tahun 1991, tantric Abeng mendapat tantangan baru menjadi CEO di Bakrie Brother. Tantangan ini diambilnya dengan nilai transfer satu milyar rupiah. Sejak saat itu ia digelari sebagai manager satu milyar. 

Lantas ketika pemerintah berniat melakukan privatisasi BUMN , Tantri Abeng pun dinilai sebagai orang yang paling berkompeten untuk hal itu. Ia pun diangkat sebagai Mentri Negara Pendayagunaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Kabinet Pembangunan VII, cabinet terakhir pemerintahan Soeharto (1998). Di sini ia memimpin 164 BUMN dengan 1.300 anak perusahaan yang bergerak d berbagai bidang dengan nilai total mencapai kisaran 500 triliun. Ketika itu ia merasa enjoy sekaligus tertantang. 

Setelah Presiden Soeharto lengser, dan digatikan oleh B.J Habibie, Tantri Abeng pun tetap dipercaya pada posisi yang sama dalam kabinet Reformasi (25 Mei – 13 Oktober 1999). Tantri Abeng diisukan meraup rupiah dari pundi-pundi Bank Bali, akibatnya ia sibuk berurusan dengan aparat penegak hukum dan DPR.
Kini, Tantri Abeng lebih banyak mencurahkan waktunya untuk pengembangan pemikiran dan pendidikan manajemen. Pada tahun 2000, ia melunjurkan buku Dari Meja Tantri Abeng, Managing atau Chaos.
 
Referensi :
Miskin Tapi Sukses Sekolah / Kuliah, Nisrina Lubis, Diva Press, Juni 2010.
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/04/13/tanri-abeng-beberkan-kebiasaan-unik-soeharto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar