Tantri Abeng adalah seorang
manager hebat di Indonesia. Pada masanya ia dijuluki sebagai Manager Satu
Miliar, yang menunjukkan jumlah nilai transfer dari Multi Bintang Indonesia
(MBI) ke Bakrie Group.
Beliau sukses memimpin kedua perusahan tersebut. Salah
satu resepnya adalah keberanian mengambil tantangan dan risiko. Setelah
mencapai puncak karir sebagai CEO, ia pun dipercaya menjabat sebagai Mentri
Negara Pemberdayaan BUMN dalam Kabinet Pembangunan IV, dan cabinet Reformasi.
Tantri Abeng ini lahir di pelosok Desa Selayar, Sulawesi Selatan, pada 7 maret 1942, di sebuah keluarga miskin.
Sejak kecil ia telah memperlihatkan keuletan dan kerja keras. Ia rajib belajar
sambil bekerja mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia
member les, serta menstensil catatan-catatan sekolah untuk dijual. Kesungguhan
Tantri Abeng dalam belajat membuatnya terpilih sebagai peserta program
pertukaran pelajar Amerika Field Service. Ketika di Amerika ia pun menemukan
orang tua asuh, yakni keluarga Gibson.
Selepas itu, ia kembali ke tanah
air dan melanjutkan kuliah kie Universitas Hasanuddin. Semasa kuliah, ia
bekerja paruh waktu di sebuah perusahan eksportir dan mengajar bahasa Inggris
pada sebuah SMA. Selanjutnya, tantric Abeng memperoleh beasiswa untuk mengambil
Master of Busines Administration dari State Univrsity, New York. Ketika ia
berumur 29 tahun, ia sudah menjadi direktur keuangan pada prusahaan Union
Carbide.
Pada tahun 1979, tantric Abeng
resmi pindah menjadi CEO (Chief Executive Officer) di Multi Bintang. Tangan
dinginnya berhasil mengangkat perusahaan multinasional itu menjadi bintang
pasar minuman di Indonesia. Saat
mencapai keberhasilan puncak di MBI pada tahun 1991, tantric Abeng mendapat
tantangan baru menjadi CEO di Bakrie Brother. Tantangan ini diambilnya dengan
nilai transfer satu milyar rupiah. Sejak saat itu ia digelari sebagai manager
satu milyar.
Lantas ketika pemerintah berniat
melakukan privatisasi BUMN , Tantri Abeng pun dinilai sebagai orang yang paling
berkompeten untuk hal itu. Ia pun diangkat sebagai Mentri Negara Pendayagunaan
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Kabinet Pembangunan VII, cabinet terakhir
pemerintahan Soeharto (1998). Di sini ia memimpin 164 BUMN dengan 1.300 anak
perusahaan yang bergerak d berbagai bidang dengan nilai total mencapai kisaran
500 triliun. Ketika itu ia merasa enjoy sekaligus tertantang.
Setelah Presiden Soeharto
lengser, dan digatikan oleh B.J Habibie, Tantri Abeng pun tetap dipercaya pada
posisi yang sama dalam kabinet Reformasi (25 Mei – 13 Oktober 1999). Tantri
Abeng diisukan meraup rupiah dari pundi-pundi Bank Bali, akibatnya ia sibuk
berurusan dengan aparat penegak hukum dan DPR.
Kini, Tantri Abeng lebih banyak
mencurahkan waktunya untuk pengembangan pemikiran dan pendidikan manajemen.
Pada tahun 2000, ia melunjurkan buku Dari
Meja Tantri Abeng, Managing atau Chaos.
Referensi :
Miskin Tapi Sukses Sekolah /
Kuliah, Nisrina Lubis, Diva Press, Juni 2010.
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/04/13/tanri-abeng-beberkan-kebiasaan-unik-soeharto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar