Pada film The Wolf of
Wall Street, karakter Jordan Belford
(diperankan oleh Leonardo DiCaprio),
sebagai pelatih dan motivator penjualan memberikan penanya kepada seseorang dan
menyuruh orang itu untuk menjual pena tersebut kepadanya,”Jual pena ini pada
saya.”
Orang tersebut lalu segera mulai dengan menjelaskan fitur-fitur dari
pena itu. Hasilnya tidak mengesankan. Gagal!
Jordan mengoper pena itu ke orang lain, lalu berkata,”Jual
pena ini pada saya.”Lalu orang yang kedua mengulangi menjelaskan fitur-fitur
dan kelebihan pena tersebut. Tak mengesankan, dan gagal juga. Jordan mengoper
pena ke orang ketigadan menyuruhnya,”Jual pena ini pada saya.” Sekali lagi,
orang tersebut tersebut mengulangi penjelasan orang pertama dan kedua, serta
menekankan pentingnya memiliki pena berkualitas tinggi. Tak mengesankan. Gagal
juga.
Bertahun-tahun sebelum menjadi pelatih dan motivator
penjualan, Jordan melakukan hal yang sama sepada temannya, . Malam itu, Jordan
dan teman-temannya (termasuk ) sedang berada di pub untuk minum-minum. Jordan
memberitahu pada teman-temannya walaupun
bukan seseorang yang berpendidikan tinggi dan bahkan terlihat seperti
preman.
Tapi adalah seorang
penjual yang andal dan mampu menjual apa pun, kepada siapa pun, dan kapan pun.
Lalu untuk membuktikan kepada teman-temannya bahwa Brad bisa melakukan hal tersebut,
Jordan berkata pada ,” Brad, jual pena ini pada saya.”seraya mengoper pena pada
Brad yang duduk di sisi ujung meja.
mengambil pena
tersebut dan menyuruh Jordan,”Tuliskan namamu di selembar kertas yang ada di
hadapanmu.” Jordan hendak menuliskan namanya, tapi ia sedang tidak memiliki
pena. Kemudian ia melihat kea rah Brad. Brad lalu memberikan pena itu kembali
pada Jordan, dan berkata,”Terjual.”
Itu adalah scenario sangat sederhana dan adegan yang tak
lebih dari satu menit. Sekarang mari kita bandingkan cara Brad menjual pena
tersebut pada Jordan dan cara orang-orang lain yang sebelumnya gagal.
Kebanyakan orang selalu membicarakan soal pena. Fokus mereka hanya pada pena
itu, seperti kelebihan fitur, keuntungan, dan lain-lain. Tetapi pembeli
potensial (Jordan) tidak merasa “terhubung” karena sesuatu di dalam pikirannya
adalah,”saya tidak perlu pena.”
Jadi mengapa pula penjual harus mengoceh nonstop tentang
betapa bagusnya pena itu ? Pembeli sedang tidak butuh pena. Mereka sudah
membuang-buang waktu si pembeli. Pembeli malah menganggap si penjual sebagai
masalah dan ingin menyingkirkan masalah tersebut secepat mungkin.
Brad sama sekali tidak
membicarakan soal pena. Ia meminta Jordan untuk menuliskan namanya pada
selembar kertas. Jordan lalu menyadari bahwa ia tidak punya pena untuk menulis.
Ia jadi membutuhkan pena. Ketika itu juga
menawarkan solusinya, yaitu pena. Jadi, sebelum menjual pena ke Jordan, Brad
menciptakan kebutuhan terlebih dahulu. Ia menciptakan situasi
di mana Jordan akhirnya membutuhkan pena. Setelah Jordan menyaari dirinya
membutuhkan pena, barulah Brad menawarkan solusi. Jadi dalam kasus ini, Brad
bisa menjadi solusi, bukan masalah (seperti yang dilakukan penjual lain pada
umumnya).
Sebaliknya, tidak ada penjual lainnya yang menciptakan
kebutuhan akan pena. Sebelum Jordan merasa membutuhkan pena, mereka sudah
duluan memintanya untuk membeli pena. Lalu untuk apa Jordan mengeluarkan uang
demi membeli sesuatu yang tidak ia butuhkan? Kebanyakan orang juga tidak akan
mau membeli.
Berikut adalah kenyataan pahitnya, sekitar 90% penjual
mencoba menjual produk dan jasa mereka kepada calon pembeli tanpa:
- Mencari tahu terlebih dulu, apakah si calon pembeli membutuhkan produk yang ditawarkan?
- Terlebih dahulu menciptakan kebutuhan akan suatu produk.
Dalam contoh Brad, sebenarnya Jordan tidak membutuhkan
sebuah pena. Ia sedang berada di bar dan minum-minum bersama teman-teman.
Bagaimana mungkin ia butuh sebuah pena? Tetapi seorang , mampu menciptakan
kebutuhan tersebut dengan meminta Jordan menuliskan namanya pada selembar
kertas yang kebetulan ada di hadapannya.
Bagaimana dengan Anda?
Apa yang biasanya Anda lakukan untuk mencari tahu apakah
calon pembeli Anda membutuhkan produk yang Anda jual? Pertanyaan apa yang Anda
ajukan pada mereka? Apa yang harus Anda perhatikan di sekitar rumah atau kantor
mereka untuk mencari tahu kebutuhan
mereka terkait dengan produk Anda?
Jika calon pembeli tidak membutuhkan produk Anda, apa yang
harus Anda perbuat untuk menyadarkan bahwa sebenarnya mereka membutuhkan produk
yang Anda jual? Apakah Anda menciptakan kebutuhan dengan mengajukan pertanyaan?
Dengan melakukan demontrasi produk secara sederhana? Menunjukkan presentasi
sederhana dengan Macbook?Atau dengan memperlihatkan kenyataan sebenarnya?
Hanya jika calon pembeli merasa bahwa mereka membutuhkan
produk Anda, mereka baru mau merogoh saku, membuka dompet untuk membeli produk
tersebut. Dengan demikian tugas Anda adalah mengungkapkan atau menunjukkan
kebutuhan si calon pembeli, atau menciptakan sendiri kebutuhan tersebut.
Lalu, jika Anda mampu melakukannya, barulah Anda bisa
menjadi kaya raya seperti Jordan Belford, dalam film The Wolf of Wall Street.
Sumber :
- The Wolf of Wall Street
- http://jamesgwee.com
- Majalah Marketing No. 3, edisi Maret 2014
- http://majalahmarketing.com
- bhmpict.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar