12 Desember 2014

Di Balik Buku Kambing Jantan



Dengan semangat 45, saya membalik halaman copyright buku Raditya Dika yang judulnya Kambing Jantan di tumpukan rak best seller TB Gramedia. Tertulis : cetak ulang yang ke 41, wah keren.
Buku ini adalah  kisah Dika yang direkam di blog dan dibukukan, Dika ngeblog  tahun 1998-2001. John Badger melahirkan blogspot Desember 1997, mungkin ia satu RT ama John Bagder.  Dika benar-benar pelopor blog.

Awalnya saya tidak tertarik membaca, tetapi akhirnya saya tergona untuk membaca buku tersebut sampai khatam. Isinya ringan, dan enak dibaca. Cerita tentang Dika yang kehabisan oksigen karena menahan nafas akibat bau kentut(sendiri) di lift yang macet, tentang kamarnya yang berantakan dan dihuni tikus muda yang katanya terlahir dari kolor Dika yang terombang-ambing (teori Louis Pasteur), tentang kolor ayah Dika yang manjur untuk obat jerawat, tentang tulisan sarkasme : DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI KECUALI ANJING, dan sebagainya.  

Buku kedua yang saya baca, Jalan Editor Seorang Mula Harahap, ceritanya serius, tapi asyik dibaca juga, buku ini setebal bantal, dari Tangga Pustaka. Buku Bang Mula (almarhum) belum selaris buku Kambing Jantannya Dika. Dua buku blog ini sejenis namun berbeda dalam target segmentasi pembaca. Cara penulisannya pun berbeda, Bang Mula serius tapi santai, Dika menulis secara super kocak.

Jurus marketing di gagas media tempat buku Kambing Jantan ini dilahirkan emang keren. Kreatif. Mereka membuat kuis berhadiah buku, memberikan hadiah pre-order berupa t-shirt bagi 1.000 pembeli pertama buku Koala Kumal (buku keempatnya Dika),  atau sarapan bareng Dika (boleh nambah dan bungkus  sarapan buat emak di rumah). Dika juga rajin nge-tweet untuk eksistensi dan promosi buku-buku terbarunya di Twiter.  Di balik kesuksesan Kambing Jantan, pada awalnya buku ini juga ditolak editor.  Ketika Dika menawarkan buku ini, editornya bilang: “Mas, kalau nerbitin buku ternak bukan di sini.:) Saya menahan tawa membaca sebaris tulisan tersebut. 

Buku-buku best seller ditulis dengan semangat yang mengebu dan pasti bagus juga tak terhindar dari penolakan. Seperti abang-abangnya dahulu.  Seperti : Gone With The Wind, Twightlight, Harry Potter, dll.  Chief editornya pasti menyesal sampai ke dasar empang setelah menolak buku tersebut, tetapi buku yang tertolak itu laris manis. Beruntunglah editor gagas media telah kembali ke jalan yang benar (menerbitkan bukunya Dika).

Baiklah, tanpa banyak cerita lagi, silahkan berburu buku-buku Raditya Dika berikutnya. Saran saya jangan membaca buku Dika di tengah di dekat tempat ramai, nanti Anda dituduh orang gila, karena ketawa-ketiwi tanpa teman. 

Sumber gambar :
http://www.2lucu.com/raditya-dika-lucu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar