Dengan semangat 45, saya membalik halaman copyright buku Raditya Dika yang judulnya Kambing Jantan di tumpukan rak best seller TB Gramedia. Tertulis : cetak ulang yang ke 41, wah keren.
Buku ini adalah kisah Dika yang direkam di blog dan dibukukan, Dika ngeblog tahun 1998-2001. John Badger melahirkan blogspot Desember 1997, mungkin ia satu RT ama John Bagder. Dika benar-benar pelopor blog.
Awalnya saya tidak tertarik
membaca, tetapi akhirnya saya tergona untuk membaca buku tersebut sampai
khatam. Isinya ringan, dan enak dibaca. Cerita tentang Dika yang kehabisan
oksigen karena menahan nafas akibat bau kentut(sendiri) di lift yang macet,
tentang kamarnya yang berantakan dan dihuni tikus muda yang katanya terlahir
dari kolor Dika yang terombang-ambing (teori Louis Pasteur), tentang kolor ayah
Dika yang manjur untuk obat jerawat, tentang tulisan sarkasme : DILARANG BUANG
SAMPAH DI SINI KECUALI ANJING, dan sebagainya.
Buku kedua yang saya baca, Jalan
Editor Seorang Mula Harahap,
ceritanya serius, tapi asyik dibaca juga, buku ini setebal bantal, dari Tangga
Pustaka. Buku Bang Mula (almarhum) belum selaris buku Kambing Jantannya Dika.
Dua buku blog ini sejenis namun berbeda dalam target segmentasi pembaca. Cara
penulisannya pun berbeda, Bang Mula serius tapi santai, Dika menulis secara
super kocak.
Jurus marketing di gagas media tempat buku Kambing Jantan ini dilahirkan
emang keren. Kreatif. Mereka membuat kuis berhadiah buku, memberikan hadiah
pre-order berupa t-shirt bagi 1.000 pembeli pertama buku Koala Kumal (buku
keempatnya Dika), atau sarapan bareng
Dika (boleh nambah dan bungkus sarapan
buat emak di rumah). Dika juga rajin nge-tweet untuk eksistensi dan promosi
buku-buku terbarunya di Twiter. Di balik
kesuksesan Kambing Jantan, pada awalnya buku ini juga ditolak editor. Ketika Dika menawarkan buku ini, editornya
bilang: “Mas, kalau nerbitin buku ternak bukan di sini.:) Saya menahan tawa
membaca sebaris tulisan tersebut.
Buku-buku best seller ditulis dengan semangat yang mengebu dan pasti bagus
juga tak terhindar dari penolakan. Seperti abang-abangnya dahulu. Seperti : Gone With The Wind, Twightlight, Harry
Potter, dll. Chief editornya pasti
menyesal sampai ke dasar empang setelah menolak buku tersebut, tetapi buku yang
tertolak itu laris manis. Beruntunglah editor gagas media telah kembali ke
jalan yang benar (menerbitkan bukunya Dika).
Baiklah, tanpa banyak cerita lagi, silahkan berburu buku-buku Raditya
Dika berikutnya. Saran saya jangan membaca buku Dika di tengah di dekat tempat
ramai, nanti Anda dituduh orang gila, karena ketawa-ketiwi tanpa teman.
Sumber gambar :
http://www.2lucu.com/raditya-dika-lucu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar