Negeri Cina
pada masa lalu bukanlah negeri yang kaya seperti saat ini. Pada masa itu, masih
banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sepotong biskuit bagi
mereka bisa berarti sebuah nyawa.
Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang
putri kecil berumur 7 tahun. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri
kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup mereka berdua. Hidup penuh
kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain.
Suatu ketika di musim dingin, saat
selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei
menunggu di rumah, karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.Pulang dari membeli keranjang kue,
Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah.
Marahlah Siu Lan. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih
juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti
pesannya.
Siu Lan menyusun kue di
dalam keranjang, dan pergi ke luar rumah untuk menjajakannya. Dingin salju yang
memenuhi jalan tidak menyurutkan langkahnya untuk berjualan kue. Bagaimana
lagi? Mereka harus dapat uang untuk makan.
Sebagai hukuman bagi Lie Mei,
putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa masuk. Gadis
kecil itu harus diberi pelajaran, gumamnya geram. Lie Mei sudah berani kurang
ajar.
Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei , gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke dalam rumah.
Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei , gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke dalam rumah.
Siu Lan mengoncang-goncangkan tubuh
beku gadis kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah
bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia
membukanya. Isinya sepotong kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu
adalah tulisan Lie Mei yang berantakan, namun tetap terbaca.
Hi..hi..hi..mama pasti lupa Ini hari istimewa buat mama. Aku belikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar. Hi…hi..hi. Mama, selamat ulang tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar