28 April 2011

Puisi Anak

Barangkali lebih mudah menunjukkan “ini sebuah puisi” daripada “menerangkan apa itu puisi?

Jika kita mendengar orang membaca puisi, secara cepat kita bisa bilang : “Nak, itu puisi.” Kalau si kecil bertanya : “Ayah, puisi itu apaan sih? Saya dan Anda pasti tergagap.

“Puisi bukan sekuntum mawar, tetapi ia memancarkan semerbak wangi bunga mawar. Puisi bukan lautan, tetapi memperdengarkan gemuruh suara laut” (Eleanor Parton)


Puisi hadir kepada anak terutama dibacakan (jika anak belum pandai membaca). Ini contohnya :

Adakah Kicau Burung Gereja Itu di Pagi Ini

Adakah kicau burung gereja itu
Di pagi ini, mama?
Sehari kemarin ia berhenti
Menyanyi
Barangkali kehausan, paruhnya
memerah seakan terbakar

Adakah burung itu menyanyi
Kembali pagi ini, mama?
Karena kemarin paruhnya terluka
Dan kakinya patah
Setelah dilempar anak-anak nakal
Terkapar di tanah

Kasihan mama, kemarin ia ditinggal
Teman-temannya lalu kuobati
Adakah sekarang ia terbang
Bersama kembali ?

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981:18)

Doa Yatim Piatu

Tuhan
Beri aku mama

Tuhan
Beri aku papa

Amin…!
(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981:38)

***
Seorang anak mengigau dalam tidur
Karena boneka plastik mainannya
Pecah dibanting papa

Akh, jangan papa, jangan!
Sebenarnya boneka plastik itu tidak bersalah
Taty yang menyimpannya di atas meja papa
Menumpahkan tinta.

Akh, jangan papa, jangan!
Akh…!
Boneka plastik milikku satu-satunya, kini
Telah patah dan kepalanya pecah
Karena papa telah membantingnya di lantai,
padahal Taty hanya menyimpannya di atas meja
Sehingga menumpahkan tinta

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981: 8)

Bulan

Bulan, sahabatku, mengapa engkau kelihatan muram?
Adakah keresahan dalam dadamu yang datangnya tiba-tiba.
Katakanlah, barangkali aku dapat menolongmu.

Bulan sahabatku, mungkin engkau marah
Karena pagi tadi di sekolah nilai ulanganku
Mendapat angka lima
Kalau begitu maafkan aku,
Itu memang kesalahanku.

Bulan sahabatku, lihatlah mataku berkaca-kaca!
Karena dari tadi engkau cemberut saja.
Baiklah, aku berjanji belajar lebih giat lagi,
Karena ingin melihat engkau
Tersenyum kembali

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981:11)

Anak Ayamku

Anak ayamku
Bulumu sekuning
Matahari di langit biru
Mencicit-cicit di pangkuanku

Anak ayamku
Kau kuberi nama TITI
Yang artinya adik laki-laki
Karena kau sudah kuanggap adikku sendiri

Anak ayamku
Sekarang kau pasti melihat
Dari pangkuan Yang Maha Kuasa
Aku sedang menulis puisi
Yang kupersembahkan
Khusus untukmu

(Jane Yang, 9 tahun, SD Regina –Pacis, Bogor)

Mama, Ada Orang Minta-Minta di Pintu Pagar

Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar
Kasihan sekali. Matanya buta jalannya meraba-raba
Sherly hanya dapat memberinya sepotong coklat dan gula-gula
Karena sisa uang jajanku hari ini habis untuk membeli buku

Mama, ada orang minta-minta di pintu pagar
Kasihan sekali. Tampaknya lapar dan belum makan dari pagi.
Barangkali uang belanja masih tersisa
Sebagian dapat diberikan padanya
Untuk membeli sebungkus nasi atau makanan

Mama, orang minta-minta itu telah meninggalkan pintu pagar
Dengan uang yang dua puluh lima rupiah
Wajahnya kelihatan cerah

Ia kembali berjalan tersaruk-saruk
Dituntun oleh tongkatnya
Menuju rumah tetangga.

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981:16)


Nah, kalau kamu sudah hapal huruf, nanti ayah ajarkan cara membuat puisi.
Dari bulan, bintang, tanaman cabe di pot oma, dan angin sepoi-sepoi yang selalu jadi teman mainmu nak…






Tidak ada komentar:

Posting Komentar