Menceritakan pengalaman penyair sebagai bocah pernah bermain panah-panahan, dan secara tak sengaja sebuah anak panah yang dilepaskan mengenai betis ayahnya yang sedang menuruni tangga. Tentu saja bocah itu gemetar ketakutan, tetapi sang ayah dengan tenang mencabut kembali anak panah itu dari betisnya.
Kenangan itu diceritakan dengan demikian lugu, tetapi dalam perasaan saya melahirkan makna tekstual yang kuat. Inilah Sajak kepada Ayahanda seutuhnya.
Dengan tenang engkau mencabut panah mainanku dari betismu yang berkucur darah dan mengembalikannya padaku. Dan engkau berkata :"Hati-hati nak, dengan panahmu," begitu saja. Lalu engkau pun berlalu. Seolah-olah itu adalah kejadian yang sangat biasa. Empat puluh tahun silam.
(Dari Sajak kepada Ayahanda, Mochtar Pabottinggi)
Dalam bayangan saya, nasihat ini tertuju kepada siapa saja untuk selalu berhati-hati dengan panahnya, meskipun anak panah itu dilepaskan sebagai mainan, karena dapat melukai orang yang tak harus dilukai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar