25 Mei 2009

Jangan Salah Didik Anak Ya!

Sedikitnya tujuh potensi kecerdasan utama pada manusia. Ada kecerdasan linguistik atau verbal, kecerdasan numeris atau logis, kecerdasan visual atau spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdesan interpersonal atau sosial, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.


Sayang, banyak orang tua bahkan guru salah dalam mendidik anak. Mereka kurang memahami perilaku anaknya, termasuk dalam cara mendidik anaknya agar tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas.

Seringkali anak yang hiperaktif, suka mengganggu teman, dicap sebagai anak bandel. Anak yang tidak suka membaca dikatakan anak malas belajar. Bahkan ada orang tua memaksa sedemikian rupa anaknya supaya rajin belajar tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Ini karena banyak orang tua belum menyadari berbagai aspek tentang hal-hal yang mempengaruhi kemampuan atau kecerdasan anak-anaknya.

Motivator Pendidikan, Yusef J. Hilmi pada seminar Cara cerdas menjadikan anak cerdas di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel menyebutkan ada banyak cara mengoptimalkan kecerdasan anak mulai dari asupan gizi, peranan musik untuk belajar dan menggunakan otak kanan dan kiri secara seimbang.

Otak kiri menunjukkan kemampuan yang berkaitan dengan analitik, seperti rasional, analisis, matematis, dan bahasa verbal. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan kemampuan kreatif seperti intuitif, lagu dan musik, bahasa gambar, simbol, dan imajinasi. Maka orang tua sebisa mungkin memberikan sebuah lingkungan yang merangsang aktivitas dan fungsi belahan otak kiri dan juga kanan, ujarnya.

Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun kecerdasan antara lain dengan memberikan anak sebuah kehidupan yang lebih nyaman dengan banyak memberi senyuman.

Biarkan anak menangis atau bersedih pada saat dirinya terluka secara emosional atau fisik, menyendiri ketika dia perlu mengerjakan sesuatu. Dan bersemangat serta membiarkannya ketika sedang sangat gembira, urainya.

Yusef menganjurkan agar komunikasi dengan anak sebaiknya dalam konteks membangun percaya diri anak. Anggaplah benar segala omongan anak. Tugas pendengar adalah membiarkan anak menyelesaikan pembicaraannya. Tugas pendengar adalah mengkondisikan agar keluar semua yang ingin dibicarakan.

Sumber : htpp://kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar