Tampilkan postingan dengan label Buku Pilihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku Pilihan. Tampilkan semua postingan

13 Februari 2009

Tak Tik Blog

14 Feb 2009

Tak Tik Blog

Setiap matahari terbit kita dianugrahi ribuan kali kesempatan bersyukur kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. Kita bagun pagi, sarapan nasi uduk, dan berharap kita punya cukup uang untuk membayarnya.

Kita ini penting dan hidup kita penting, dan detail-detailnya pantas dicatat.

Sebuah nama yang diberikan orangtua kepada kita saat kita terlahir ke dunia adalah apa yang kita bawa sepanjang hidup. Dengan nama itu kita menjawab tegur sapa seorang teman, penyebutan di acara wisuda, atau menjawab SMS di tengah malam.

Untuk merekam jejak kenangan hidup secara asyik, kita bisa membuat blog.

Blog adalah diari elektronik yang sifatnya keren untuk berbagi kabar dengan orang-orang terdekat yang kita cintai.

Untuk bisa membuat blog keren, teman-teman perlu membaca buku: TAK TIK BLOG, goresan pikiran Agel dan Ollie. Setelah membaca dan mempraktikannya, dijamin blog kalian “keren”, terbebas dari kategori garing, dan tidak menarik. Saya sudah membaca dan mempraktikannya sendiri. Selamat menjadi hebat.

09 Februari 2009

Ma Yan

10 Feb 2009

Ma Yan

Lahir di sebuah desa terpencil di Zhangjiashu, Ma Yan adalah seorang gadis perempuan yang unik. Di desa yang sebagian perempuannya menikah muda, serta kesempatan besar untuk bersekolah hanyalah hak istimewa anak laki-laki, tidak membuat surut semangat Ma Yan untuk sekolah. Namun, betapa hancur hati Ma Yan ketika suatu sore ibunya berbicara dengan isak tangis bahwa sekuat apa pun sang ibu membiayai Ma Yan, tampaknya gurat nasib Ma Yan akan seperti yang digariskan untuk perempuan-perempuan miskin di desanya: tidak berpendidikan dan menikah muda.

Dengan hati pedih Ma Yan protes kepada ibunya.

“Ma, mengapa harus aku yang berhenti sekolah, Ma?”

“Mengapa kedua adik laki-lakiku bisa meneruskan sekolah sedangkan aku tidak?!”

Pedih hati Ma Yan. Lebih pedih lagi dia merasa mimpinya untuk meraih pendidikan akan segera menguap—dan satu-satunya hal yang menghalangi harapan dan kenyataan adalah keterbatasan biaya. Di daerah Zhangjiashu yang miskin dan terbelakang sebagian besar keluarga hanya memiliki pendapatan US$ 15 setahun. Dengan penghasilan seminimal ini, pendidikan adalah mimpi bagi sebagian besar penduduk.

Namun Ma Yan bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia rela berjalan 5 jam di tengah hantaman musim dingin menempuh jalan panjang ke sekolah. Kakinya bengkak, badannya letih, namun hatinya tetap hangat dengan harapan. Sekolah adalah api yang menyalakan mimpi-mimpinya. Pernah suatu ketika, Ma Yan harus menghapus jadwal makan siangnya selama 15 hari hanya untuk membeli sebuah pena. Betapa besar pengorbanan Ma Yan, tapi betapa kuat tekadnya untuk tidak dimangsa nasib yang setiap saat bisa menghempaskan fondasi ekonomi keluarganya yang rapuh.

Namun, setiap kali Ma Yan terjerembap dalam kesulitan, buku harianlah obat penawarnya. Dengan penuh perasaan, Ma Yan menulis.

“Pada waktu kami bersiap pulang usai makan siang, cuaca terasa sangat dingin. Ditambah lagi hujan turun. Anak-anak perempuan asrama pulang dengan menumpang traktor. Hanya aku dan adikku, serta satu orang teman akan berjalan kaki.”

“Pagi ini setelah pelajaran usai, aku pergi ke pasar di Yuwang bersama dua teman. Di sana kami melihat banyak orang yang jauh berbeda dengan kami. Satu orang hanya memiliki sebelah kaki, yang lain kehilangan salah satu telapak kakinya. Bahkan, ada yang buta.

“Aku sempat mengira takkan mampu bertahan di sekolah. Dan, hari ini aku berjumpa seorang laki-laki yang buta. Orang buta saja bisa tetap hidup, jadi kenapa aku tidak melakukan hal yang sama?

“Kemampuanku harus bertambah lebih baik dan lebih baik lagi, juga berada di depan semua siswa sekolah.”

“Ibu yang mendorong aku sehingga bisa kembali ke sekolah. Aku harus terus bersekolah agar bisa masuk ke universitas dan mendapatkan pekerjaan yang hebat. Kemudian, Ibu akan memiliki kehidupan yang bahagia. Aku ingin ibuku hidup bahagia di masa kedua kehidupannya.”

Novel ini diangkat dari kisah nyata Ma Yan yang jurnal hariannya pernah diterbitkan ke dalam bahasa Prancis. Dari bahan tulisan yang berserak dan berita-berita sekitar kehidupan Ma Yan, utamanya buku harian Ma Yan, Sanie B. Kuncoro, novelis dan pemenang beberapa sayembara novel, cerpen, dan novelet, menuliskannya kembali dengan apik dalam bentuk novel dengan penuh perasaan dan meremas emosi. Perasaan Anda akan meleleh membaca paragraf demi paragrafnya. Akan tetapi jauh di dalam, hati anda terasa hangat dan merasakan berkah besar hidup yang selama ini sering kali diabaikan.

No One’s Perfect

9 Feb 2009

No One’s Perfect

Ayah dan ibu, kalian adalah orangtua yang penuh cinta. Dari aku lahir, kalian tak pernah merasa mempunyai anak yang tak lengkap, dan sampai sekarang aku pun tak pernah merasa aku ini orang cacat.

Karena itu, aku ingin hidup dengan perasaan bangga pada diriku yang apa adanya, sehingga bisa ikut mewujudkan sebuah dunia yang penduduknya benar-benar memiliki hati yang terbuka.

Tuhan sungguh indah rancangan hidup yang Kau berikan padaku. Aku tak meminta lepas dari penderitaan ini, hanya kuminta keberanian dan daya tahan.

Sahabat, saya ingin membagikan mutiara-mutiara yang saya temukan setelah membaca buku ini. Selamat menikmati.

  • Sekarang kita dapat saja memanjakannya sekehendak kita, tapi suatu saat dia harus menghadapi semuanya sendiri.
  • Oto ikut lomba lari!
  • Oto ikut lomba renang!
  • Mereka membesarkanku menjadi anak yang kuat. Apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak akan membesarkan seorang anak yang lari dari masalah, dengan menggunakan kekurangan sebagai alasan.

07 Februari 2009

Sang Teroris Mental, Putu Wijaya

9 Feb 2009
Sang Teroris Mental, Putu Wijaya

Buku ini sudah lama saya beli, tepatnya tanggal 22/06/2004 yang lalu, waktu ada pameran buku di Istora Senayan Jakarta. Saya cuma ingin berbagi kata-kata berjiwa yang saya temukan dalam buku ini. Selamat menyelami hasil pinjaman mata saya...:)
  • Apakah sebuah pilihan sudah disertai pengetahuan yang cukup?
  • Pencurian kesempatan yang hanya berlangsung sepersekian detik dalam penantian seratus tahun.
  • Sebaris kalimat dalam sebuah sajak mampu menggantikan ribuan kalimat, karena ia sudah merupakan padatan yang memiliki tenaga dalam.
  • Berbeda bukan berarti bermusuhan, tetapi memiliki perjalanan yang tidak sama perkembangannya.
  • Segala caci-maki tidak selalu berakibat pada kematian, dia justru melejit setelah digebuki dengan semena-mena.
  • Buku-buku adalah gunung lautan pengetahuan.
  • Pengetahuan itu harus diamalkan . Pengetahuan itu jangan disimpan di dalam museum atau dimumikan.
  • Buku-buku kalau dipuja akan menjadi berhala , padahal seharusnya ia harus selalu mengalir dari tangan ke tangan untuk menyebarluaskan isinya, menmyirami kepala setiap orang.

04 Februari 2009

Rindu Ibu adalah Rinduku

5 Feb 2009

Rindu Ibu adalah Rinduku

Imam Khomeini bilang: “Jangan remehkan pekerjaan rumah. Membesarkan anak bukan pekerjaan kecil. Jika seseorang bisa membesarkan anak dengan baik, ia telah mempersembahkan pengabdian yang teramat besar bagi masyarakat.”

Novel karya Motinggo Busye yang dibuat tahun 1979 ini menceritakan perjuangan seorang ibu dalam membesarkan keenam anaknya, setelah suaminya berpulang. Ibu Lisdani bekerja keras membanting tulang sampai anak-anaknya menjadi orang semua.

Setelah anak-anaknya dewasa dan "menjadi orang" beliau ditinggal sendiri sebatang kara. Ibu yang malang ini memasang iklan di surat kabar agar anak-anaknya menemuinya.

Motinggo Busye adalah sastrawan yang hebat. Beliau pandai menyelipkan pesan-pesan moral tanpa kesan mengurui. Adapun kutipan yang petik dari novel ini adalah.

  • Tidak ada capek dalam kasih ibu, tidak ada nestapa dalam kasih bapak.
  • Mungkin semua suami di dunia senantiasa menunggu pujian istrinya, asalkan pujiannya jujur.
  • Jika aku berkabung tanpa batas , berarti aku berdosa. Aku telah berburuk sangka pada Tuhan.
  • Siapa yang tidak sayang pada bapak dan pada ibu tidak akan menghuni surga.
  • Yang paling mengharukan adalah sambutan anak-anakku ketika aku pulang . 8 jam mereka rasakan setiap hari sebagai perpisahan yang lama.
  • Aku bahagia, sebagai ibu aku dicintai anakku. Ini semua melebihi gaji dan hadiah apapun atau simpati yang manapun.
  • Betapa enaknya jeruk, betapa enaknya apel bukannya karena sudah lama tidak memakannya tetapi terutama karena itu hadiah dari anak yang kukandung 9 bulan 10 hari dalam perutku ini.
  • Selagi kita menjalin hubungan dengan Tuhan hidup ini selamat.
  • Ibu pernah pesan: “Musibah tak usah dibesar-besarkan pada orang lain, tapi karunia boleh, betul kan?
  • Hidup hanya punya dua horizon. Satu horizon untuk bersyukur dan satu horizon lagi untuk bersabar.
  • Puasa yang baik adalah puasa yang mengingatkan kita pada anak-anak yatim piatu dan kemiskinan hidup.