22 Oktober 2017

Sejarah Sumatera Barat


Sumatera Barat muncul untuk pertama kali dalam catatan sejarah pada abad ke 14, ketika seorang raja keturunan Jawa Sumatera bernama Adityawarman, membuat tulisan di atas batu (bertulis) di sekitar Tanah Datar. Namun sejarah tidak banyak mencatat mengenai kehidupan dan kekuasaan Adityawarman, begitu pula mengenai pengganti Raja Adityarman.
Perkenalan masyarakat Minangkabau dimulai pada abad 14 bersamaan dengan kedatangan pedagang dari Gujarat, India, untuk jual beli emas, dan juga pengaruh dari Aceh. Pada abad 16 emas dalam jumlah besar diekspor dari Sumatera Barat. Pedagang Gujarat selain tertarik jual beli emas, mereka ke Pariaman untuk menukarkan hasil tekstil yang mereka bawa dengan emas. Sumatera Barat juga merupakan penghasil tanaman rempah-rempah (cengkeh, pala, kayu manis, dll). Inilah yang menjadi magnet pedagang dari India, Cina, Portugal, Belanda, dan Inggris. Belanda juga tertarik dan ikut berdagang, secara bertahap mereka (Belanda) menanamkan pengaruhnya di Sumatera Barat dan kemudian menguasai Padang.

Pada akhir abad ke 18 di Sumatera Barat, muncul pergerakan pembaharuan Islam. Pelopornya adalah kaum Paderi, mereka merupakan kelompok guru-guru agama Islam. Mereka memberantas penyakit sosial yang merajarela di masyarakat seperti madat (menghisap ganja), sambung ayam, judi, dan mabuk-mabukan. Tahun 1803 terjadi kerusuhan di Desa Pandai Sike, Agam. Kaum Paderi membakar tempat pertemuan dewan desa yang dianggap bertanggung jawab atas mewabahnya penyakit sosial masyarakat. Gerakan ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. 

Gerakan Paderi mendapat perlawanan sengit dari Kerajaan Pagaruyung di Tanahdatar, keluarga kerajaan bersekutu dengan Belanda pada tahun 1821 dalam upaya mengalahkan Kaum Paderi. Akhirnya pada tahun 1837 Kota Bonjol yang merupakan markas Kaum Paderi berhasil dikuasai Belanda, sehingga terhentilah perlawanan Kaum Paderi. 

Setelah pecah Perang Dunia ke 2, Padang menjadi lahan pertempuran antara pasukan Ingris dan pemuda pejuang Indonesia yang gigih merebut kemerdekaan. Bahkan Bukittingi pernah menjadi Ibukota Indonesia, dan akhirnya pada tangal 1 Januari 1950, Sumatera Barat diresmikan sebagai salah satu Propinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Referensi
Informasi Pariwisata Nusantara, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar