Sumatera Barat muncul untuk
pertama kali dalam catatan sejarah pada abad ke 14, ketika seorang raja
keturunan Jawa Sumatera bernama Adityawarman, membuat tulisan di atas batu
(bertulis) di sekitar Tanah Datar. Namun sejarah tidak banyak mencatat mengenai
kehidupan dan kekuasaan Adityawarman, begitu pula mengenai pengganti Raja
Adityarman.
Perkenalan masyarakat Minangkabau
dimulai pada abad 14 bersamaan dengan kedatangan pedagang dari Gujarat, India,
untuk jual beli emas, dan juga pengaruh dari Aceh. Pada abad 16 emas dalam
jumlah besar diekspor dari Sumatera Barat. Pedagang Gujarat selain tertarik
jual beli emas, mereka ke Pariaman untuk menukarkan hasil tekstil yang mereka
bawa dengan emas. Sumatera Barat juga merupakan penghasil tanaman rempah-rempah
(cengkeh, pala, kayu manis, dll). Inilah yang menjadi magnet pedagang dari
India, Cina, Portugal, Belanda, dan Inggris. Belanda juga tertarik dan ikut
berdagang, secara bertahap mereka (Belanda) menanamkan pengaruhnya di Sumatera
Barat dan kemudian menguasai Padang.
Pada akhir abad ke 18 di Sumatera
Barat, muncul pergerakan pembaharuan Islam. Pelopornya adalah kaum Paderi,
mereka merupakan kelompok guru-guru agama Islam. Mereka memberantas penyakit
sosial yang merajarela di masyarakat seperti madat (menghisap ganja), sambung
ayam, judi, dan mabuk-mabukan. Tahun 1803 terjadi kerusuhan di Desa Pandai
Sike, Agam. Kaum Paderi membakar tempat pertemuan dewan desa yang dianggap
bertanggung jawab atas mewabahnya penyakit sosial masyarakat. Gerakan ini
dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
Gerakan Paderi mendapat
perlawanan sengit dari Kerajaan Pagaruyung di Tanahdatar, keluarga kerajaan
bersekutu dengan Belanda pada tahun 1821 dalam upaya mengalahkan Kaum Paderi.
Akhirnya pada tahun 1837 Kota Bonjol yang merupakan markas Kaum Paderi berhasil
dikuasai Belanda, sehingga terhentilah perlawanan Kaum Paderi.
Setelah pecah Perang Dunia ke 2,
Padang menjadi lahan pertempuran antara pasukan Ingris dan pemuda pejuang
Indonesia yang gigih merebut kemerdekaan. Bahkan Bukittingi pernah menjadi
Ibukota Indonesia, dan akhirnya pada tangal 1 Januari 1950, Sumatera Barat
diresmikan sebagai salah satu Propinsi dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Referensi
Informasi Pariwisata Nusantara,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar