Kamu pernah makan siang di RM
Sederhana? Nah, pada
kesempatan ini saya akan bercerita tentang kisah di balik RM Sederhana.
Ketika itu ada sebuah peristiwa
yang melibatkan perseteruan antara etnis Minang dan preman setempat di Matraman, sekitar tahun 1975. Ini membuat
Bustaman lari menyelamatkan diri bersama keluarganya ke wilayah Pejompongan.
“Pokoknya akibat peristiwa tersebut, kami suku Minang terancam keselamatannya,”
ujar pria yang berasal dari Lubuk Jantan, Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Di Pejompongan, Bustaman membuka
warung rokok yang buka 24 jam, dengan penghasilan harian sebesar Rp 2.000.
Padahal sebelumnya penghasilan saya bisa Rp 8.000 di Matraman, tambah pria lulusan kelas 2 Sekolah Rakyat (setara SD). Kondisi tersebut memaksa Bustaman
untuk mencari solusi dengan berjualan nasi padang. Ia lalu mencari lahan di
pinggir jalan di daerah Bendungan Hilir. Saya menyewa lapak seluas 1 m x 1 m di
pinggir jalan seharga Rp 3.000, lanjut Bustaman.
Masalahnya adalah saya tidak bisa
memasak, tetapi berbekal pengalaman pernah bekerja di rumah makan, saya belajar
memasak. Pada hari pertama, dagangannya laku Rp 425 dari modal awal sebesar Rp
13.000. Saya juga mengutang beras, minyak sayur, kelapa, cabe keriting, dan
beberapa kebutuhan lain kepada tetangga. “ tutur Bustaman. Malangnya, hasil dagangan itu
amblas dibawa lari pembantu baru kami.
Peristiwa itu tidak lekas membuat Bustaman putus asa. Ia tetap
menjalankan usaha warung kecilnya. Satu minggu kemudian ia berkenalan
dengan pedagang masakan lain asal Solok, Sumatra, yang membuka warung di
Bendungan Hilir. “Saya coba masakannya ternyata enak,” tutur Bustaman.
“Saya lalu memberanikan diri berkenalan dengan pemasaknya dan meminta resep masakan.”Dengan menu baru tersebut, warung kecil Bustaman semakin kedatangan banyak pelanggan. “Cobaan datang kembali saat terjadi penertiban pedagang kaki lima oleh Satpol PP,” cerita Bustaman. “Gerobak dagangan saya diangkut.”
Bustaman kemudian membuka kembali warung di lahan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Jakarta. “Harga beli lapaknya sebesar Rp750 per lapak,” kata Bustaman. “Saya beli dua lapak di lahan yang saya inginkan.”Karena satu orang hanya boleh memiliki satu lapak, maka Bustaman meminjam nama pamannya untuk membeli lapak di sebelahnya.
Warung Bustaman terus ramai didatangi pelanggan. Sedang asyik menikmati untung, cobaan datang lagi. “Kali ini masalah datang dari tante saya karena masalah utang piutang,” ujar Bustaman. “Awal membuka lapak baru saya memang meminjam uang sebesar Rp15.000 kepada tante, tetapi itu sudah saya bayar,” tutur Bustaman. Urusan sengketa ini bahkan melibatkan kepolisian. “Rupanya Tante ingin memiliki lapak saya karena dilihatnya laris,” lanjutnya.
Bustaman akhirnya mengalah melepas lapak tersebut dan membeli lapak baru tepat di seberang lapak lama. Tuhan memang Maha Adil, warung barunya tetap lebih laris daripada warung tantenya. “Baru sebentar menikmati rezeki, musibah datang kembali,” kata Bustaman.
“Saya lalu memberanikan diri berkenalan dengan pemasaknya dan meminta resep masakan.”Dengan menu baru tersebut, warung kecil Bustaman semakin kedatangan banyak pelanggan. “Cobaan datang kembali saat terjadi penertiban pedagang kaki lima oleh Satpol PP,” cerita Bustaman. “Gerobak dagangan saya diangkut.”
Bustaman kemudian membuka kembali warung di lahan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Jakarta. “Harga beli lapaknya sebesar Rp750 per lapak,” kata Bustaman. “Saya beli dua lapak di lahan yang saya inginkan.”Karena satu orang hanya boleh memiliki satu lapak, maka Bustaman meminjam nama pamannya untuk membeli lapak di sebelahnya.
Warung Bustaman terus ramai didatangi pelanggan. Sedang asyik menikmati untung, cobaan datang lagi. “Kali ini masalah datang dari tante saya karena masalah utang piutang,” ujar Bustaman. “Awal membuka lapak baru saya memang meminjam uang sebesar Rp15.000 kepada tante, tetapi itu sudah saya bayar,” tutur Bustaman. Urusan sengketa ini bahkan melibatkan kepolisian. “Rupanya Tante ingin memiliki lapak saya karena dilihatnya laris,” lanjutnya.
Bustaman akhirnya mengalah melepas lapak tersebut dan membeli lapak baru tepat di seberang lapak lama. Tuhan memang Maha Adil, warung barunya tetap lebih laris daripada warung tantenya. “Baru sebentar menikmati rezeki, musibah datang kembali,” kata Bustaman.
“Tempat tinggal saya di Pejompongan kebakaran. ”Yang bisa diselamatkan Bustaman hanya istri, anak dan gerobak dagangnya.“Saya lalu tinggal di rumah salah satu suplier bahan masakan saya,” tutur Bustaman. Ia mulai menyewa kios ketika Pasar Bendungan Hilir dibangun pada 1974 dengan harga sewa Rp15.000. “Tahun 1975 saya membuka cabang di Roxy mas,” katanya.
Namun kini Bustaman sudah bisa hasil
jerih payahnya. RM Sederhana miliknya sudah tersebar lebih dari 100 gerai hampir di seluruh wilayah
Indonesia, hingga Malaysia, kecuali Papua, baik atas nama sendiri maupun atas nama investor
melalui sistem franchise. Ada cerita unik di balik RM Sederhana yang menjadi merek dagang
Bustaman. “Nama itu diambil dari restoran di Jambi tempat saya dahulu bekerja
sebagai tukang cuci piring. Istri saya, Fatimah yang menyarankan nama tersebut, karena
namanya memang mudah diingat.”tutur Bustaman.
Sekarang ini, banyak restoran
padang yang mengatasnamakan RM Sederhana, perlu kamu ketahui bahwa RM Sederhana
yang asli milik Bustaman adalah rumah makan yang memiliki logo Rumah Gadang
dengan tulisan SA, menu di RM Sederhana ini enak semua, kalau kamu ngeyel,
nekad melipir... program dietmu pasti amburadul...hehehe.
Sebagai gambarannya, tugas
seorang juru masak di sini adalah memilih bahan makanan terbaik, mengolahnya
menjadi makanan yang lezat, kemudian mengamati piring-piring pelanggan, apakah
ludes sampai licin atau bersisa, jika bersisa juru masak akan kena tegur
pemilik restoran. Juru masak senior di RM sederhana, bertugas keliling cabang-cabang
RM Sederhana di kota tersebut atau di propinsi lainnya, jika rasanya diangap
kurang pas. Juru masak mengurangi rasa pedas agar rasanya sesuai dengan lidah orang kebanyakan. Ia mengajari cara memasak masakan padang kepada juru
masak di cabang-cabang tersebut supaya standar mutu RM Sederhana terjaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar