Orang tua yang enggan menjelaskan
tentang seks kepada anak akan mempengaruhi pemahaman serta kesadaran anak
tentang seks yang keliru. Perilaku
seseorang yang melakukan aktivitas seks secara tercela, akan menjungkirbalikkan
seluruh sendi kehidupannya. Bill Clinton dengan skandal seks bersama Monica
Lewinsky, Tiger Woods yang kecanduan seks, Chairil Anwar, penyair yang suka
jajan PSK, dll.
Ketakutan kita yang berlebihan
menduga keras bahwa informasi seks yang diberikan kepada anak akan membuat anak
terkontaminasi erotisme vulgar. Di depan anak kita mendeskreditkan seks sebagai
sesuatu yang kotor, padahal di belakang mereka kita tak mampu menyembunyikan
euphoria terhadap seks, lewat koleksi CD porno, majalah, obat kuat, dll. Kita
adalah bagian dari komunitas dunia yang menyukai seks diam-diam.
Sikap munafik ini lantas ditiru
anak. Mereka melakukan 3S (Simpan, Sembunyikan, Seks Semauku). Artinya, anak
jadi terbiasa untuk melakukan aktivitas seks di belakang orang tua. Sering kita
baca di koran, banyak anak-anak SMP atau SMA sudah aktif secara seksual tanpa
sepengetahuan orang tua.
Kasus anak SMA yang ketagihan
seks, dan ia menganggap itu seperti kebutuhan biologis bagi semua orang, kasus
pembunuhan anak mahasiswi oleh pacarnya karena konflik percintaan- pacarnya
membunuh karena menolak untuk bertanggung jawab, kasus anak-anak jalanan panti
asuhan yang tidak pernah tahu siapa ayah ibunya, dll.
Intinya, tidak boleh ada seorang
anak pun yang mati atau terlantar karena seks. Sebab seks seharusnya menjadi
bagian ritual kasih sayang bukan berujung pada tragedi yang memilukan. Anak-anak
yang mati-matian kita hindari dari terperangkap ke dalam penyalahgunaan seks,
malah terjerumus karena tidak adanya pengetahuan yang benar. Jika anak-anak
defisit pengetahuan seks, mereka akan mengimpor dari teman sebaya, majalah
porno, blue film, dan situs internet. Meskipun informasi tersebut banyak yang
amburadul.
Dr. Borba bilang :”Tidak
membicarakan tentang kekerasan seksual dengan anak-anak adalah kesalahan.
Anak-anak berhak tahu “skenario kalau-kalau” mereka juga perlu tahu apa itu
kekerasan seksual dan bagaimana cara melindungi dirinya. Anak-anak tidak akan
tahu, kecuali diberitahu.
Baiklah, sekarang saya akan
menjelaskan tentang Aturan Pakaian Dalam (underwearerule.org) :
- Ajari anak bahwa bagian tubuhnya yang tertutup pakaian dalam adalah bagian pribadi yang harus dilindungi dan dijaga. Tidak boleh disentuh siapa pun.
- Ajari anak untuk menolak siapa pun yang ingin memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya jika itu membuat dia merasa tidak nyaman takut dan cemas.
- Ajari anak untuk bisa memahami beragam jenis sentuhan.
- Sentuhan baik : sentuhan dan prilaku tertentu yang dilakukan untuk menunjukkan kasih sayang , tetapi tidak pernah dilakukan di bagian pribadi anak. Misalnya :ayah membelai kepala anak, ibu mencium pipinya, tante memeluk tubuh anak, dll.
- Sentuhan jahat : sentuhan yang membuat seseorang merasa tersakiti, misalnya dicubit, dicakar, dipukul, dll.
- Sentuhan penolong : sentuhan atau perlakuan orang dewasa pada anak atas izin dan pengawasan orang tua dalam rangka menolong anak. Misalnya : dokter yang memeriksa anak akan meminta anak membuka baju dan menyentuh dadanya, dll.
- Sentuhan seksual : sentuhan yang dilakukan pada bagian tubuh pribadi seseorang . Sentuhan ini tidak boleh dilakukan siapa pun pada anak, atau dilakukan anak kepada siapa pun.
Catatan :
- Ajari anak untuk tidak menyimpan rahasia.
- Ajari anak cara-cara tercepat untuk menyelamatkan diri saat menghadapi situasi yang berpotensi bahaya. Minimal anak harus dilatih untuk bilang tidak! Kepada siapa saja yang menyentuh dia secara tidak wajar, lalu bergegas pergi dari tempat dia berada, dan segera melaporkan kepada orang dewasa yang dia percaya.
- Tidak semua orang yang dikenal itu baik.
- Tidak semua orang yang tidak dikenal itu jahat.
- Cara mencari pertolongan dalam kondisi darurat, anak harus tahu nomor telepon siapa yang bisa dihubungi.
Dr. Borba
menyatakan anak-anak jarang sekali mengada-ada tentang kekerasan seksual yang
diceritakannya. Karena itu dengarkanlah cerita anak dengan saksama dan
percayailah, Jangan abaikan kata-kata anak tanpa melakukan penyelidikan lebih
lanjut.
Sumber :
Right from The
Start, Bunda Hana, Gramediana, Jakarta, Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar