05 Januari 2015

Aturan Pakaian Dalam

Orang tua yang enggan menjelaskan tentang seks kepada anak akan mempengaruhi pemahaman serta kesadaran anak tentang seks yang keliru.  Perilaku seseorang yang melakukan aktivitas seks secara tercela, akan menjungkirbalikkan seluruh sendi kehidupannya. Bill Clinton dengan skandal seks bersama Monica Lewinsky, Tiger Woods yang kecanduan seks, Chairil Anwar, penyair yang suka jajan PSK, dll.
Ketakutan kita yang berlebihan menduga keras bahwa informasi seks yang diberikan kepada anak akan membuat anak terkontaminasi erotisme vulgar. Di depan anak kita mendeskreditkan seks sebagai sesuatu yang kotor, padahal di belakang mereka kita tak mampu menyembunyikan euphoria terhadap seks, lewat koleksi CD porno, majalah, obat kuat, dll. Kita adalah bagian dari komunitas dunia yang menyukai seks diam-diam. 

Sikap munafik ini lantas ditiru anak. Mereka melakukan 3S (Simpan, Sembunyikan, Seks Semauku). Artinya, anak jadi terbiasa untuk melakukan aktivitas seks di belakang orang tua. Sering kita baca di koran, banyak anak-anak SMP atau SMA sudah aktif secara seksual tanpa sepengetahuan orang tua.
Kasus anak SMA yang ketagihan seks, dan ia menganggap itu seperti kebutuhan biologis bagi semua orang, kasus pembunuhan anak mahasiswi oleh pacarnya karena konflik percintaan- pacarnya membunuh karena menolak untuk bertanggung jawab, kasus anak-anak jalanan panti asuhan yang tidak pernah tahu siapa ayah ibunya, dll. 

Intinya, tidak boleh ada seorang anak pun yang mati atau terlantar karena seks. Sebab seks seharusnya menjadi bagian ritual kasih sayang bukan berujung pada tragedi yang memilukan. Anak-anak yang mati-matian kita hindari dari terperangkap ke dalam penyalahgunaan seks, malah terjerumus karena tidak adanya pengetahuan yang benar. Jika anak-anak defisit pengetahuan seks, mereka akan mengimpor dari teman sebaya, majalah porno, blue film, dan situs internet. Meskipun informasi tersebut banyak yang amburadul. 

Dr. Borba bilang :”Tidak membicarakan tentang kekerasan seksual dengan anak-anak adalah kesalahan. Anak-anak berhak tahu “skenario kalau-kalau” mereka juga perlu tahu apa itu kekerasan seksual dan bagaimana cara melindungi dirinya. Anak-anak tidak akan tahu, kecuali diberitahu. 

Baiklah, sekarang saya akan menjelaskan tentang Aturan Pakaian Dalam (underwearerule.org) :
  1. Ajari anak bahwa bagian tubuhnya yang tertutup pakaian dalam adalah bagian pribadi yang harus dilindungi dan dijaga. Tidak boleh disentuh siapa pun.
  2. Ajari anak untuk menolak siapa pun yang ingin memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya jika itu membuat dia merasa tidak nyaman takut dan cemas.
  3. Ajari anak untuk bisa memahami beragam jenis sentuhan.         
  • Sentuhan baik : sentuhan dan prilaku tertentu yang dilakukan untuk menunjukkan kasih sayang , tetapi tidak pernah dilakukan di bagian pribadi anak. Misalnya :ayah membelai kepala anak, ibu mencium pipinya, tante memeluk tubuh anak, dll.
  • Sentuhan jahat : sentuhan yang membuat seseorang merasa tersakiti, misalnya dicubit, dicakar, dipukul, dll.
  • Sentuhan penolong : sentuhan atau perlakuan orang dewasa pada anak atas izin dan pengawasan orang tua dalam rangka menolong anak. Misalnya : dokter yang memeriksa anak akan meminta anak membuka baju dan menyentuh dadanya, dll.
  • Sentuhan seksual : sentuhan yang dilakukan pada bagian tubuh pribadi seseorang . Sentuhan ini tidak boleh dilakukan siapa pun pada anak, atau dilakukan anak kepada siapa pun.
Catatan :
  1. Ajari anak untuk tidak menyimpan rahasia.
  2. Ajari anak cara-cara tercepat untuk menyelamatkan diri saat menghadapi situasi yang berpotensi bahaya. Minimal anak harus dilatih untuk bilang tidak! Kepada siapa saja yang menyentuh dia secara tidak wajar, lalu bergegas pergi dari tempat dia berada, dan segera melaporkan kepada orang dewasa yang dia percaya.
  3. Tidak semua orang yang dikenal itu baik.
  4. Tidak semua orang yang tidak dikenal itu jahat.
  5. Cara mencari pertolongan dalam kondisi darurat, anak harus tahu nomor telepon siapa yang bisa dihubungi.
Dr. Borba menyatakan anak-anak jarang sekali mengada-ada tentang kekerasan seksual yang diceritakannya. Karena itu dengarkanlah cerita anak dengan saksama dan percayailah, Jangan abaikan kata-kata anak tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Sumber :

Right from The Start, Bunda Hana, Gramediana, Jakarta, Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar