30 Desember 2014

Bai Fang Li, Menyumbang Tanpa Pamrih

Apakah dengan hidup pas-pasan seseorang bisa menyumbang uang dengan jumlah yang banyak? Sulit dipercaya, tetapi Bai Fang Li ternyata bisa. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak di Tianjin, Cina.
Meski uang dari membecak hanya cukup untuk membiayai hidup sendiri, ia berjuang menyisihkan uang keringat menarik becaknya itu untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang menampung 300-an anak-anak yang kurang beruntung.

Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu, ketika usianya sudah menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak berusia sekitar 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan tersebut, ia mendapat upah dari ibu yang menyuruhnya. Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah dan memakannya. Padahal ia bisa membeli makanan yang layak dari upah kuli angkut yang baru saja ia terima. 

Ketika Bai Fang Li menanyakan hal tersebut, anak itu bilang bahwa ia tak mau menganggu uang hasil jerih payahnya, karena kedua adiknya lebih membutuhkan uang ini untuk membeli makanan. Anak itu tinggal di sebuah gubuk bersama kedua adiknya yang berumur 3 dan 4 tahun. Mereka bertiga hidup sebagai pemulung dan kedua orangtuanya telah pergi meninggalkan mereka. 

Bai Fang Li tersentuh. Ia lalu membawa ketiga anak itu ke sebuah yayasan yatim piatu, di mana di sana terdapat ratusan anak yang diasuh. Bai Fang Li pun berjanji akan berusaha menyumbangkan uang hasil membecaknya untuk yayasan yatim piatu tersebut. 

Bai Fang Li mulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa pun dari yayasan tersebut. Ia pun tak tahu siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 saat usianya mencapai 91 tahun, tak terasa ia telah rutin menyumbang selama 15 tahun. Bai Fang Li datang memberikan sumbangan terakhirnya sebesar 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000. Kepada pengelola yayasan ia berkata tak bisa lagi menyumbang karena sudah tak kuat menarik becak lagi. 

Ketika pengelola yayasan menghitung berapa banyak sumbangan yang telah diberikan bapak tua penarik becak itu, tercatat sebesar 350.000 yuan atau sekitar Rp 472.500.000. Saat itu, anak Bai Fang Li yang bernama Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya adalah donator tetap yayasan yatim piatu tersebut.
Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal dunia karena terserang penyakit kanker paru-paru. Kisah Bai ini merupakan bukti bahwa cinta yang diwujudkan dengan kepedulian bisa dilakukan siapa saja, termasuk mereka yang tak berpunya, tidak perlu menunggu sampai kaya raya.

Sumber :
Majalah Motivasi LUAR BIASA No. 2 Tahun III, Februari 2011, halaman 25.
http://lol8.blogspot.com/2012/07/bai-fang-li-trishaw-peddler-unsung.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar