sebuah topi mahal jatuh di jalan raya
pada suatu sore sesudah hujan lebat
tak dipungut kembali oleh pemiliknya
akasia di tepi jalan
dengan buliran air di pucuk-pucuk daunnya
akan bercerita dengan jujur
apa kiranya yang membuat pipinya tersipu-sipu malu
pipi akasia
pipi kotamu pula
tadi seorang gelandangan menyebrangi jalan ini
lalu lintas ramai, hingga agak lama dia berada
di sebrang jalan sana
agak lama dia mengendong anak bayinya
agak lama hujan tercurah memandikan mereka berdua
agak lama bayinya menangis dalam curah hujan
tapi tak ada topi di kepala mereka
dan orang-orang yang punya payung
bersiul-siul memuji kebesaran alam ciptaan Tuhan
topi mahal itu jatuh di jalan itu juga
tapi hujan sudah reda lama
topi mahal itu tak dipungut kembali oleh pemiliknya
bukankah harganya tak seberapa?
Wiji Thukul
13 Desember 1983 24.00
Dari Buku Kumpulan Puisi : Aku Ingin Jadi Peluru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar