15 Januari 2013

Melawan Belenggu Keterbatasan #3: Duniaku Tidak Lagi Sunyi


Ibunya Rafi, Shinta, dengan sket pertama kali Rafi.
Setiap anak terlahir dengan kelebihan dan keistimewaannya masing – masing. Percayalah, tidak ada yang sia –sia dalam penciptaan-Nya. Dalam edisi Melawan Belenggu Keterbatasan kali ini mengambil tema Goresan dalam Kesunyian

Dengan goresan aku ada; melalui goresan aku hidup; dengan goresan aku membaca; melalui goresan aku dibaca; dengan goresan aku mengetahui; melalui goresan aku diketahui; dengan goresan aku menghargai; melalui goresan aku dihargai; dengan goresan aku berubah; melalui goresan aku mengubah; dengan goresan aku bersaudara; melalui goresan aku menjadi diriku sendiri...
Kalimat itu ditulis Rafi di halaman depan blognya: rafiaridwan.multiply.com dan


“I am deaf since birth (tunarungu). Art is my life. I had hopes and dreams for my future. My future dreams is to become the first deaf fashion designer. I want to go around the world, meet and learn with the people from fashion industri. Wish that someday I will have my own label in Paris Milan. Amin.
Kalimat di atas ditulis Rafi dalam profile-nya di facebook. Kini, di usianya yang masih dini itu, Rafi sedang dalam proses menikmati impiannya itu.

Siapakah Rafi?
Rafi yang sedang konsentrasi menyelesaikan desainnya.


Ya…Rafi Abdurrahman Ridwan adalah bocah terlahir tunarungu, yang saat ini telah menjadi desainer termuda di dunia. Namun, siapa yang menyangka bahwa ia bisa memiliki talenta dan prestasi yang luar biasa itu mengingat kondisinya yang tidak normal sejak dilahirkan? 

Bayangkan… Sang Khalik telah menetapkan dia terlahir sebagai bayi yang tuna rungu (profoundly deaf). Tidak hanya itu, pada awal fase kehidupannya Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengizinkan Rafi untuk dapat melihat dengan sempurna. Baru sekitar usia 4 bulan penglihatan Rafi mulai bekerja sedikit-sedikit. Dan. alhamdulillah pada usia 8 bulan Rafi dinyatakan sehat untuk kondisi matanya.

Segala penyakitnya berawal ketika Rafi masih dalam kandungan ibunya, Shinta Ayu Handayani terserang Virus Rubela (rubella kongenitalis). Rafi betul-betul berjuang untuk bisa tumbuh sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Dari mulai perjuangan untuk bisa berjalan dengan baik, melewati pengobatan untuk saluran pencernaan, saluran pernapasan, sampai indra perasanya pernah dia lalui. Perjuangan terberat dimulai sejak 0-3 tahun pertama kehidupannya. Alhamdullillah semua telah Rafi lewati dengan baik.

Namun di penghujung 2009, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan Rafi kembali kesempatan untuk menjadi hambanya yang selalu bersyukur, tabah dan kuat dalam menjalani episode kehidupannya. Rafi saat itu didiagnosa memiliki kelainan yang cukup langka, yaitu memiliki kelainan pada jaringan dan saluran di organ vitalnya !. Alhamdulillah, operasi yang ditangani sebuah tim dokter di Singapura itu berhasil menyembuhkannya.

Hal yang membanggakan, Rafi mampu mengalahkan belenggu keterbatasannya itu dengan cara membuat hidupnya tetap penuh warna, yaitu dengan menggambar sketsa. Di usia lima tahun, Rafi pernah bertanya tentang suara kepada ibunya.

Rafi : “Bu, suara itu seperti apa?”
Ibu : “Suara itu seperti warna, ada merah, ada hijau, ada biru”
Meski dengan susah payah menjawabnya, tampaknya sang ibu tidak ingin anaknya kecewa.

Ibunya tidak menyangka bahwa penjelasannya itu berpengaruh besar bagi masa depan Rafi. Ibunya bahkan tak mengira coretan sketsa busana Rafi tidak kalah dengan karya para desainer. Hal itu dibuktikan Rafi dengan dua kali menggelar show tunggal, yaitu ia berkolaborasi dengan desainer ternama Barli Asmara. Kemudian Rafi berkolaborasi dengan desainer batik dan aksesori dalam event bergengsi Jakarta Fashion Week (JFW) 2011 November lalu. Saat itu, Rafi adalah satu-satunya desainer yang mendapat standing ovation dari penonton. Dalam sejarah JFW, baru kali ini ada standing ovation. Wow…!!!

Inilah 24 desain karya Rafi yang dipakai dalam Jakarta Fashion Week 2011
Dari dua show tersebut, pamor Rafi langsung meroket. Dia menjadi bahan perbincangan hangat di forum fashion Indonesia. Bahkan ia masuk daftar lima desainer nasional paling fenomenal pada 2011 versi Tabloid Bintang, di usianya yang masih 9 tahun.

Kesuksesan Rafi jelas tidak diraih dengan mudah. Mari kita simak bagaimana perjuangan ibunya yang membesarkan Rafi dalam kondisi keterbatasannya dan pada awalnya tidak mengira bahwa Rafi memiliki talenta besar di bidang desain busana.

5 menit sebelum Rafi dilahirkan…

Ibunya menulis sebuah komitmen dalam menjaga amanah-Nya, beliau menulis:
Buat Rafi Anakku,
Sebelum kau diciptakan...aku menginginkanmu.
Sebelum kau dilahirkan...aku mencintaimu.
Dan kini, 5 menit sebelum kelahiranmu…….
AKU RELA MATI UNTUKMU

Pondok Gede, 20 July 2002

Rafi di usia 2 tahun…

Di usia tersebut, Rafi mulai diperkenalkan menggambar, hingga kemudian menjadi kegemarannya. Dunia bawah laut adalah karya gambar pertama kalinya. Ia mengambar baju untuk Princes Ariel, si putri duyung yang hanya mengenakan bra.

Rafi di usia 4 tahun…

Menginjak usia empat tahun, Rafi mulai mampu menggambar bentuk. Dia suka menggambar putri duyung yang dalam dunia dongeng dikenal dengan Little Mermaid. Goresannya itu bisa dilihat di album fotonya: http://rafiaridwan.multiply.com/photos/album/39/Skinny_Mermaid

Pada usia tersebut, ia sudah diperkenalkan dengan segala sesuatu yang pantas dan tidak pantas. Karena itu, Rafi mulai mempertanyakan mengapa putri duyung digambarkan tidak memakai baju. Ibunya jelas kebingungan menjawab pertanyaan Rafi, hehehe, lha jelas sulit kalo dijelaskan secara abstrak. Akhirnya, ibunya yang berjilbab itu meminta Rafi membuatkan baju untuk putri duyungnya, agar ia bisa menjelaskan secara visual.

Dari situ, Rafi mulai menggambar baju, dan hasil-hasil gambar baju Rafi tidak sekadar corat-coret tak berbentuk. Meski secara simetris bentuknya belum sempurna, busana gambaran Rafi cukup detail dan variatif. Sebagai contoh, untuk putri duyung dia menggambar sebuah bra bermotif yang dipadu dengan vest bercorak. Anda pasti penasaran dengan goresannya yang ini. Baiklah, silakan lihat gambarnya di: http://rafiaridwan.multiply.com/photos/album/34/Kreatifitas_seorang_Rafi

Melihat hasil gambar putranya tersebut, ibunya menyadari bahwa Rafi punya talenta besar di bidang fashion. Setiap berkunjung ke toko buku, Rafi selalu mengunjungi bagian fashion, karena ia sangat suka melihat berbagai model baju yang dimuat dalam majalah dan buku fashion.

Sampai suatu ketika, ibunya mencoba mendatangkan guru privat menggambar untuk Rafi. Namun, upayanya tersebut ternyata tidak mudah. Sebab, tidak banyak guru menggambar yang memiliki pengalama
n mengajar anak tunarungu. Akhirnya ibunya terpaksa mencari alternatif dengan membeli banyak buku tutorial menggambar, dan kemudian Rafi belajar secara otodidak dengan didampingi ibunya.

Rafi di usia 7 tahun…

Pada usia tujuh tahun, kemampuan menggambar Rafi semakin terasah. Hasil gambarnya mendekati bentuk asli. Ibunya selalu menyimpan semua hasil karya putranya, agar terarsip dengan baik,
Rafi mulai menemukan passion-nya dalam dunia fashion. Ini terlihat dengan antusiasnya Rafi untuk selalu hadir dan melihat setiap ajang fashion show yang digelar untuk umum. Alhamdulillah, kedua orangtuanya selalu mendukung dan mendampinginya.

Rafi di usia 9 tahun…

Pada Mei 2011, ibunya mengajak Rafi ke sebuah acara festival fashion bergengsi, Jakarta Fashion and Food Festival. Rafi begitu girang karena bisa bertemu dengan desainer-desainer favoritnya. Dia minta foto sama Barli Asmara, Sebastian Gunawan, dll. Ibunya sebenarnya tidak hafal nama-nama desainer, tapi demi Rafi ibunya berusaha menghafalnya. Ibunya memperlihatkan hasil karya Rafi kepada Barli, dan sekaligus meminta izin membawa Rafi mengunjungi butik Barli.

Rafi suka banget menggambar baju. Tapi, Rafi nggak tahu kalau dari gambar itu bisa diwujudkan menjadi sebuah baju. Ibunya cuma menginginkan Rafi melihat bahwa baju yang kita pakai sehari-hari itu juga dari gambar seperti gambar Rafi.

Suatu ketika, saat hendak berulang tahun, Rafi menulis secarik kertas berisi tiga permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Pertama, Rafi ingin bisa mendengar.
Kedua, Rafi ingin membuat fashion show.
Ketiga, Rafi ingin menggelar fashion show di Milan, London, dan
New York.

Membaca wish list tersebut, Barli trenyuh. Dia tergerak untuk mewujudkan permohonan Rafi yang kedua, yaitu membuat acara peragaan busana. Barli mengajak Rafi berkolaborasi. Ada tujuh karya Rafi yang dijadikan busana oleh Barli. Kali pertama menyaksikan gambarnya diwujudkan menjadi busana, Rafi menangis. Acara itu digelar tepat pada hari ulang tahun kesembilan Rafi, 20 Juli 2011, di Plaza Indonesia. Tema rancangan Rafi adalah Eastern Everland Show. Respons yang didapat cukup luar biasa. Desainer-desainer top semacam Tex Xaverio hingga Nuniek Mawardi hadir menyaksikan show Rafi tersebut. Orangtuanya sangat bersyukur, karena mereka tidak keluar uang sepeser pun untuk mewujudkan impian Rafi yang kedua.

Show pertama tersebut menjadi jalan untuk mewujudkan permohonan Rafi yang lain, yakni bisa mendengar. Rafi bertemu dengan seorang perempuan pengusaha bernama Lia Chandra. Lia bersedia membiayai operasi cochlear implant agar Rafi bisa mendengar. Rafi menjalani operasi Agustus lalu. Sebulan kemudian dia bisa mendengar. Namun demikian Rafi masih banyak penyesuaian, karena ngomongnya masih belum jelas, sehingga dia masih memakai bahasa isyarat.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba, kesempatan besar kembali menghampiri Rafi. Yayasan Lia Chandra membiayai show tunggal Rafi di ajang Jakarta Fashion Week 2011. Kali ini Rafi berkolaborasi dengan desainer batik Nonita Respati dan desainer aksesori Ariani Pradjasaputra. Rafi menyuguhkan 24 desain karya. Hasilnya, peragaan busana bertema Echoes of Heritage tersebut mendapat sambutan luar biasa  

Terimakasih ibu Shinta Ayu Handayani, dengan kesabaran dan perjuangan ibu mendidik Rafi itu telah menginspirasi banyak orang, terutama yang mengalami nasib adanya keterbatasan pada putra / putrinya. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, karena setiap anak terlahir istimewa.

Postingan ini saya dedikasikan kepada almarhumah Nita Febri yang telah bersahabat baik dengan desainer Rafi. Semoga sharing ini menginspirasi kita semua.

Sumber : Iwan Yulianto 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar