Ibunya Rafi, Shinta, dengan sket pertama kali Rafi. |
Setiap anak terlahir dengan kelebihan dan keistimewaannya masing – masing.
Percayalah, tidak ada yang sia –sia dalam penciptaan-Nya. Dalam edisi Melawan
Belenggu Keterbatasan kali ini mengambil tema Goresan dalam Kesunyian.
Kalimat itu ditulis Rafi di halaman depan blognya: rafiaridwan.multiply.com danDengan goresan aku ada; melalui goresan aku hidup; dengan goresan aku membaca; melalui goresan aku dibaca; dengan goresan aku mengetahui; melalui goresan aku diketahui; dengan goresan aku menghargai; melalui goresan aku dihargai; dengan goresan aku berubah; melalui goresan aku mengubah; dengan goresan aku bersaudara; melalui goresan aku menjadi diriku sendiri...
“I
am deaf since birth (tunarungu). Art is my life. I had hopes and dreams for my future. My future dreams is to become the first deaf fashion designer. I want to
go around the world, meet and learn with the people from fashion industri. Wish
that someday I will have my own label in Paris Milan. Amin.
Siapakah Rafi?
Rafi yang sedang konsentrasi menyelesaikan desainnya. |
Ya…Rafi Abdurrahman Ridwan adalah bocah terlahir tunarungu, yang
saat ini telah menjadi desainer termuda di dunia. Namun, siapa yang
menyangka bahwa ia bisa memiliki talenta dan prestasi yang luar biasa itu
mengingat kondisinya yang tidak normal sejak dilahirkan?
Bayangkan… Sang Khalik telah menetapkan dia terlahir sebagai bayi yang tuna
rungu (profoundly deaf). Tidak hanya itu, pada awal fase kehidupannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengizinkan Rafi untuk dapat melihat
dengan sempurna. Baru sekitar usia 4 bulan penglihatan Rafi mulai bekerja
sedikit-sedikit. Dan. alhamdulillah pada usia 8 bulan Rafi dinyatakan sehat
untuk kondisi matanya.
Segala penyakitnya berawal ketika Rafi masih dalam kandungan ibunya, Shinta
Ayu Handayani terserang Virus Rubela (rubella kongenitalis). Rafi
betul-betul berjuang untuk bisa tumbuh sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang
sempurna. Dari mulai perjuangan untuk bisa berjalan dengan baik, melewati
pengobatan untuk saluran pencernaan, saluran pernapasan, sampai indra perasanya
pernah dia lalui. Perjuangan terberat dimulai sejak 0-3 tahun pertama
kehidupannya. Alhamdullillah semua telah Rafi lewati dengan baik.
Namun di penghujung 2009, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan Rafi
kembali kesempatan untuk menjadi hambanya yang selalu bersyukur, tabah dan kuat
dalam menjalani episode kehidupannya. Rafi saat itu didiagnosa memiliki
kelainan yang cukup langka, yaitu memiliki kelainan pada jaringan dan saluran
di organ vitalnya !. Alhamdulillah, operasi yang ditangani sebuah tim dokter di
Singapura itu berhasil menyembuhkannya.
Hal yang membanggakan, Rafi mampu mengalahkan belenggu keterbatasannya itu
dengan cara membuat hidupnya tetap penuh warna, yaitu dengan menggambar sketsa. Di usia lima tahun, Rafi pernah
bertanya tentang suara kepada ibunya.
Rafi : “Bu, suara itu seperti apa?”
Ibu : “Suara itu seperti warna, ada merah, ada hijau, ada biru”
Meski dengan susah payah menjawabnya, tampaknya sang ibu tidak ingin anaknya
kecewa.
Ibunya tidak menyangka bahwa penjelasannya itu berpengaruh besar bagi masa
depan Rafi. Ibunya bahkan tak mengira coretan sketsa busana Rafi tidak kalah
dengan karya para desainer. Hal itu dibuktikan Rafi dengan dua kali menggelar
show tunggal, yaitu ia berkolaborasi dengan desainer ternama Barli Asmara.
Kemudian Rafi berkolaborasi dengan desainer batik dan aksesori dalam event
bergengsi Jakarta Fashion Week (JFW) 2011 November lalu. Saat itu, Rafi adalah
satu-satunya desainer yang mendapat standing ovation dari penonton. Dalam
sejarah JFW, baru kali ini ada standing ovation. Wow…!!!
Inilah 24 desain karya Rafi yang dipakai dalam Jakarta Fashion Week 2011 |
Dari dua show tersebut, pamor Rafi langsung meroket. Dia menjadi bahan
perbincangan hangat di forum fashion Indonesia.
Bahkan ia masuk daftar lima
desainer nasional paling fenomenal pada 2011 versi Tabloid
Bintang, di usianya yang masih 9 tahun.
Kesuksesan Rafi jelas tidak diraih dengan mudah. Mari kita simak bagaimana
perjuangan ibunya yang membesarkan Rafi dalam kondisi keterbatasannya dan pada
awalnya tidak mengira bahwa Rafi memiliki talenta besar di bidang desain
busana.
5 menit sebelum Rafi dilahirkan…
Ibunya menulis sebuah komitmen dalam menjaga amanah-Nya, beliau menulis:
Buat Rafi Anakku,
Sebelum kau diciptakan...aku menginginkanmu.
Sebelum kau dilahirkan...aku mencintaimu.
Dan kini, 5 menit sebelum kelahiranmu…….
Sebelum kau diciptakan...aku menginginkanmu.
Sebelum kau dilahirkan...aku mencintaimu.
Dan kini, 5 menit sebelum kelahiranmu…….
AKU RELA MATI UNTUKMU
Pondok Gede, 20 July 2002
Rafi di usia 2 tahun…
Di usia tersebut, Rafi mulai diperkenalkan menggambar, hingga kemudian
menjadi kegemarannya. Dunia bawah laut adalah karya gambar pertama kalinya. Ia
mengambar baju untuk Princes Ariel, si putri duyung yang hanya mengenakan bra.
Rafi di usia 4 tahun…
Menginjak usia empat tahun, Rafi mulai mampu menggambar bentuk. Dia suka
menggambar putri duyung yang dalam dunia dongeng dikenal dengan Little Mermaid.
Goresannya itu bisa dilihat di album fotonya: http://rafiaridwan.multiply.com/photos/album/39/Skinny_Mermaid
Pada usia tersebut, ia sudah diperkenalkan dengan segala sesuatu yang pantas
dan tidak pantas. Karena itu, Rafi mulai mempertanyakan mengapa putri duyung
digambarkan tidak memakai baju. Ibunya jelas kebingungan menjawab pertanyaan
Rafi, hehehe, lha jelas sulit kalo dijelaskan secara abstrak. Akhirnya, ibunya
yang berjilbab itu meminta Rafi membuatkan baju untuk putri duyungnya, agar ia
bisa menjelaskan secara visual.
Dari situ, Rafi mulai menggambar baju, dan hasil-hasil gambar baju Rafi
tidak sekadar corat-coret tak berbentuk. Meski secara simetris bentuknya belum
sempurna, busana gambaran Rafi cukup detail dan variatif. Sebagai contoh, untuk
putri duyung dia menggambar sebuah bra bermotif yang dipadu dengan vest
bercorak. Anda pasti penasaran dengan goresannya yang ini. Baiklah, silakan
lihat gambarnya di: http://rafiaridwan.multiply.com/photos/album/34/Kreatifitas_seorang_Rafi
Melihat hasil gambar putranya tersebut, ibunya menyadari bahwa Rafi punya
talenta besar di bidang fashion. Setiap berkunjung ke toko buku, Rafi selalu
mengunjungi bagian fashion, karena ia sangat suka melihat berbagai model baju
yang dimuat dalam majalah dan buku fashion.
Sampai suatu ketika, ibunya mencoba mendatangkan guru privat menggambar
untuk Rafi. Namun, upayanya tersebut ternyata tidak mudah. Sebab, tidak banyak
guru menggambar yang memiliki pengalama
n mengajar anak tunarungu. Akhirnya ibunya terpaksa mencari alternatif dengan
membeli banyak buku tutorial menggambar, dan kemudian Rafi belajar secara
otodidak dengan didampingi ibunya.
Rafi di usia 7 tahun…
Pada usia tujuh tahun, kemampuan menggambar Rafi semakin terasah. Hasil
gambarnya mendekati bentuk asli. Ibunya selalu menyimpan semua hasil karya
putranya, agar terarsip dengan baik,
Rafi mulai menemukan passion-nya dalam dunia fashion. Ini terlihat
dengan antusiasnya Rafi untuk selalu hadir dan melihat setiap ajang fashion
show yang digelar untuk umum. Alhamdulillah, kedua orangtuanya selalu mendukung
dan mendampinginya.
Rafi di usia 9 tahun…
Pada Mei 2011, ibunya mengajak Rafi ke sebuah acara festival fashion
bergengsi, Jakarta Fashion and Food Festival. Rafi begitu girang karena bisa
bertemu dengan desainer-desainer favoritnya. Dia minta foto sama Barli Asmara,
Sebastian Gunawan, dll. Ibunya sebenarnya tidak hafal nama-nama desainer, tapi
demi Rafi ibunya berusaha menghafalnya. Ibunya memperlihatkan hasil karya Rafi
kepada Barli, dan sekaligus meminta izin membawa Rafi mengunjungi butik Barli.
Rafi suka banget menggambar baju. Tapi, Rafi nggak tahu kalau dari gambar
itu bisa diwujudkan menjadi sebuah baju. Ibunya cuma menginginkan Rafi melihat
bahwa baju yang kita pakai sehari-hari itu juga dari gambar seperti gambar
Rafi.
Suatu ketika, saat hendak berulang tahun, Rafi menulis secarik kertas berisi
tiga permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Pertama, Rafi ingin bisa
mendengar.
Kedua, Rafi ingin membuat fashion show.
Ketiga, Rafi ingin menggelar fashion show di Milan, London, dan New York.
Kedua, Rafi ingin membuat fashion show.
Ketiga, Rafi ingin menggelar fashion show di Milan, London, dan New York.
Membaca wish list tersebut, Barli trenyuh. Dia tergerak untuk mewujudkan
permohonan Rafi yang kedua, yaitu membuat acara peragaan busana. Barli mengajak
Rafi berkolaborasi. Ada tujuh karya
Rafi yang dijadikan busana oleh Barli. Kali pertama menyaksikan gambarnya
diwujudkan menjadi busana, Rafi menangis. Acara itu digelar tepat pada hari
ulang tahun kesembilan Rafi, 20 Juli 2011, di Plaza Indonesia. Tema rancangan Rafi adalah Eastern Everland Show. Respons yang didapat cukup
luar biasa. Desainer-desainer top semacam Tex Xaverio hingga Nuniek Mawardi
hadir menyaksikan show Rafi tersebut. Orangtuanya sangat bersyukur, karena
mereka tidak keluar uang sepeser pun untuk mewujudkan impian Rafi yang kedua.
Show pertama tersebut menjadi jalan untuk mewujudkan permohonan Rafi yang
lain, yakni bisa mendengar. Rafi bertemu dengan seorang perempuan pengusaha
bernama Lia Chandra. Lia bersedia membiayai operasi cochlear implant
agar Rafi bisa mendengar. Rafi menjalani operasi Agustus lalu. Sebulan kemudian
dia bisa mendengar. Namun demikian Rafi masih banyak penyesuaian, karena
ngomongnya masih belum jelas, sehingga dia masih memakai bahasa isyarat.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba, kesempatan besar kembali
menghampiri Rafi. Yayasan Lia Chandra membiayai show tunggal Rafi di ajang
Jakarta Fashion Week 2011. Kali ini Rafi berkolaborasi dengan desainer batik
Nonita Respati dan desainer aksesori Ariani Pradjasaputra. Rafi menyuguhkan 24
desain karya. Hasilnya, peragaan busana bertema Echoes of Heritage tersebut
mendapat sambutan luar biasa
Terimakasih ibu Shinta Ayu Handayani, dengan kesabaran dan perjuangan ibu
mendidik Rafi itu telah menginspirasi banyak orang, terutama yang mengalami
nasib adanya keterbatasan pada putra / putrinya. Tidak ada sesuatu yang tidak
mungkin, karena setiap anak terlahir istimewa.
Postingan ini saya dedikasikan kepada almarhumah Nita Febri yang telah bersahabat baik
dengan desainer Rafi. Semoga sharing ini menginspirasi kita semua.
Sumber : Iwan Yulianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar