Setiap kali bohong, hidung Pinokio bertambah panjang Polos dan ceplas ceplos, itu idealnya anak-anak. Juga tak ragu mengutarakan isi hati. Jika yang terjadi sebaliknya yaitu berdiam diri atau malah berbohong, patut diwaspadai. Mungkin saja ada masalah. Bisa pada anak, orang tua, atau orang sekitar.
Seringkali orang
tua mencegah seorang anak berkata jujur. Misalnya : Marsha secara terus terang
bilang bahwa dia benci adiknya. Emaknya langsung sewot keluar jurus cubitan di
paha.
Bila orang tua
menghendaki anak-anaknya berkata jujur, maka orang tua harus bersedia mendengar
kebenaran yang manis maupun yang pahit, baik maupun buruk yang diungkap seorang
anak. Jangan pernah membuat anak takut untuk mengungkapkan isi hatinya.
Perilaku
berbohong bisa digolongkan menjadi tiga, yaitu
1. Membalikkan
Kebenaran
Misalnya,
anak mengaku sudah bikin PR padahal belum, anak mengaku membaca buku pelajaran
padahal membaca komik, anak mengaku sakit padahal males ketemu guru galak di
sekolah atau takut dibullying, anak mengaku beli buku padahal buat traktir
teman beli bakso, dan sebagainya.
2. Direncanakan
atau Dibuat-buat
Misalnya
anak mengaku bisa terbang ke surga padahal naik pohon aja keder. Kita sering
mendongeng kucing bisa ngomong : Hello Kitty. Mereka belum bisa membedakan mana
khayalan dan mana kenyataan. Guru saya di SMP
pernah bilang : “Kalau bohong alasannya yang masuk akal…yang cakepan dikit
gitu.
3. Melemparkan
Tuduhan
Anak
menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia buat. Misalnya dia cemburu pada
adiknya, lalu ketika gelas pecah tuduhan ia lempar kepada adiknya. Ini terjadi
lantaran ia benci dinomorduakan.
Selidiki dan Ajak Diskusi
Jika mendapati anak berbohong sebaiknya orang tua tidak langsung marah. “Tindakan awalnya adalah tumbuhkan pemakluman dalam diri orang tua", kata Eli Prasetyo Mpsi, psikolog perkembangan anak.
Maklum karena
itu dilakukan anak-anak yang juga memiliki keinginan pribadi . Juga maklum pada
tindakannya yang masih dalam batas wajar. Dengan pandangan maklum orang tua
akan lebih mudah menjalin komunikasi. Ajak anak berbicara dari hati ke hati.
Apa keinginannya, apa yang dia alami sehari-hari.
Tanyakan perlahan alasan dia
melakukannya (berbohong). Biarkan anak mengutarakan semuanya dengan gamblang,
tak perlu memotong dengan pendapat setuju atau tidak.
Setelah anak mengutarakan
isi hati, ajak dia bernegosiasi. Motivasi dia agar memahami mengapa ada
keinginan yang belum boleh dilakukan, dan evaluasi diri terhadap batasan dan
larangan yang diberikan orang tua. Lalu orang tua
bisa mengajak anak menjalin kesepakatan.
“ Jika dia masuk pada usia mengenal keinginan , itu saatnya orang tua mengajak dia membuat kesepakatan.
Dengan
begitu anak merasa dihargai, karena telah diberi kepercayaan. Orang tua bisa
memberikan batasan tetapi tidak mengekang tanpa penjelasan. Kepercayaan akan mendukung anak mematuhi
kesepakatan dan tidak perlu berbohong lagi.
Sumber : Koran Radar Bogor, Kamis 18 Oktober 2012, rubrik Parenting
ia bener
BalasHapuskadang ORTU yg mengajarkan kebohongan :D
Betul Kang...
BalasHapus