10 Maret 2011

Katak di Atas Tempurung

Beberapa hari yang lalu, seorang teman curhat. Pusing dengan rencana perusahaan untuk mem-PHK-kan karyawannya. Tidak tanggung-tanggung, 300 orang. Kenapa pusing? Yah karena perusahaan tempat dia bekerja pasti akan menghadapi masalah yang cukup rumit, sehingga jauh-jauh hari sebelum PHK dilakukan, mereka sudah mencari lawyer untuk mengurus semua proses.


Dua hari sebelumnya juga seorang teman menjerit, karena seorang karyawan di kantornya, tiba-tiba dipecat, hanya karena kesalahan yang menurut dia sepele, yaitu menitipkan kunci kantor di warung depan perkantoran. Hmm kesannya kesalahan yang sepele yah, tetapi itu memang suatu keteledoran. Kasihan yah, keluarga di Bandung, menanti kepulangannya di hari lebaran, tetapi harus membawa berita buruk.


Seorang teman yang lain bercerita, ketika sore-sore naik angkot, seorang laki-laki yang duduk di depan mengeluh pada pak supir, dia baru saja di PHK, padahal sudah dekat lebaran. Mungkin banyak sekali keadaan seperti ini di sekitar kita, atau mungkin menimpa kita sendiri. Yang lebih menyedihkan lagi, kebanyakan dari kita dibentuk menjadi pekerja, sehingga selalu berharap mendapatkan pekerjaan. Sesuatu yang semakin hari semakin susah.

Lihat saja sekarang, tidak ada lagi perusahaan yang mengangkat karyawan tetap. Semua dengan dengan sistem kontrak. Walau akhirnya bekerja bertahu-tahun, tetap saja statusnya karyawan kontrak yang harus renew kontrak setiap tahun. Kalau sudah begini, mau menyalahkan siapa. Perusahaan yang tidak menerima lamaran kerja Anda, perusahaan yang memecat anda? Seharusnya kita mulai merubah cara berpikir.

Ketika berdoa, jangan berdoa untuk mendapatkan pekerjaan. Berdoalah untuk mendapat kesuksesan dalam setiap usaha kita. Mudah-mudahan, sukses datang untuk anda. PHK bukan berarti kiamat, Allah sebaik-baiknya pemberi rejeki.
Rezeki telah dihamparkan di muka bumi. Cicak yang nemplok di dinding, nyamuk yang setiap kali mencari makan terancam ditepuk sampai mati pun dijamin rejekinya oleh Allah. Gaji Anda hanya sepuluh persen dari rezeki yang digariskan, sementara 90 persen yang lain harus dicari.

Inilah sebabnya seorang pengusaha bisa lebih kaya dari seorang pegawai. Karena ia selalu mencari yang 90 persen miliknya. Banyak peluang di sekitar kita, tetapi mata kita buta untuk melihat. Yang dipikirkan hanya gedung-gedung megah perkantoran, outfit kantor yang keren, jam kerja yang teratur. Kita tidak melihat, di sekitar kita tersebar 90 persen peluang meraih rezeki.


Saya ingat, seorang adik kelas sewaktu kuliah, cerdas, gigih dan bersemangat untuk belajar. Kuliah di perguruan tinggi favorit yang terkenal dengan biaya kuliah yang cukup tinggi dan mahasiswa dari kalangan berada. Saya tidak pernah tahu kehidupannya, hingga dia mengundang saya dalam pernikahan sederhananya.
Mobil saya parkir di pinggir rel kereta api seperti petunjuk di undangannya. Melangkah kaki dengan bingung, karena memasuki wilayah pemulung di pinggiran rel. Setengah tidak percaya, tapi di situ tempat acara berlangsung. Saya temui sang pengantin yang berbahagia dengan sedikit kebingungan. Dan luar biasaaaaa, membuat mata saya terbuka,
Betapa ayahnya berawal dari pemulung hingga menjadi pengumpul limbah khusus botol kaca. Memiliki cita-cita tinggi, sehingga mampu menyekolahkan anak-anaknya di perguruan tinggi yang terkenal mahal, malah seorang kakaknya kuliah di fakultas kedokteran. Benar-benar, kita harus berkaca dengan kesuksesannya. Tidak bergelimang kemewahan, tetapi memiliki banyak harta untuk mencapai impian. Dan semua dimulai dari kepedulian terhadap lingkungan sekitar ... mengumpulkan limbah.

Jadi kalau kita masih terdaftar sebagai karyawan, persiapkan diri untuk mencari peluang menjadi mandiri. Tidak ada bos, tidak ada PHK, tidak ada tekanan. Yang ada adalah diri kita dan seberapa keras usaha kita meraih sukses. Jangan berfikir semua harus ada modal dana, karena diri kita adalah modal utama.

Sumber : kolom kita







Tidak ada komentar:

Posting Komentar