10 Februari 2011

Sajak PSK Tua untuk Tuhannya

Tuhan, doa-doaku memang belum terjawab. Dan komat-kamit ini bukan inginku untuk bertanya mengapa, meratapi atau mengesah. Aku hanya mau berbagi duka.

Suamiku gila, dia mati, kemudian aku tertatih sendiri mencari rejeki. Empat anakku begitu malang nasibnya. Yang sulung diperkosa, putri kedua putus sekolah, ketiga mati muda, putra bungsuku baru saja masuk penjara jadi pengedar narkoba.

Kemarin, aku dikejar petugas, pukulan pentungan mereka membentur tulang bokongku. Aku masih dapat menghitung tiga kali datang ke pelatihan, di sana aku ditertawai, lalu aku pulang, dan mengeraskan hati kembali ke pilihan ini. Sebab jika tidak begitu, mesti kemanakah aku membawa hidupku...?

Kalau gelap datang aku berdandan seadanya. Menebahkan tubuhku di gang remang-remang ini . Berharap ada pelanggan datang, dan kami mulai menawar harga.

Sering aku kalah dan memang aku mesti mengalah Aku tahu ini hanya untuk sementara.
Semua sirna setelah aku kembali mengubur semua yang fana.

Tetapi aku tidak mau mati dengan dosa. Maka malam ini, ditengah menanti tubuhku laku terjamah. Dalam hati aku masih menggumam nama-Mu Bersua dengan-Mu dalam rupa angin, kecamuk hati, penolakan dan penyesalan.


Aku berdosa Tuhan, tetapi lebih berdosa jika aku harus mencuri, lebih berdosa bila mencekik mati orang, dan menjarah hartanya, lebih berdosa bila aku memaki-maki ,bahwa Kau tidak adil , lebih berdosa jika karena beban ini ,lalu aku menjual iman, bertukar keyakinan dan mengabaikan kerahiman-Mu, lebih berdosa jika karena aib-aibku orang lain ikut berdosa .Paling berdosa jika aku harus mengakhiri hidupku, mati dengan bunuh diri.

Aku berdosa Tuhan, tetapi jika aku kaya aku akan menilai dunia dengan angkuh. Jika aku berpangkat aku akan menjaga wibawa. Kemudian aku lupa, Kau yang memberi dengan cuma-cuma akan datang waktu, semua terambil lenyap. Hanya sebentar, hanya Kau yang mengerti arti murni pertobatan, tetapi penghabisan tidak akan menyadarkan kami semua sama adanya.

Kasihanilah anak-anakku Tuhan, ampunilah kami, pegang jiwa mereka dengan erat, aku sudah tua, sudah letih bersiur syur menjilat malam hingga pekik ayam membatasi geliat .Tetapi sampai mati, mungkin aku tidak akan berhenti... sebab jika tidak begitu, kemanakah lagi aku membawa hidup ini...?

Willy Maribata
JOGJA, 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar