18 Januari 2011

Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Mayantara

KOMPAS.com - Harapan terbesar dari netizen Indonesia berdasarkan riset kami adalah untuk mencari informasi dan pengetahuan terutama untuk kota-kota besar, seperti Jabodetabek dan Surabaya. Dulu, ada pepatah yang mengatakan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.” Di zaman teknologi internet seperti sekarang ini, pepatah ini boleh juga diganti dengan “Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Mayantara.”

Mayantara sepadan dengan dunia maya alias internet. Maklum saja, internet merupakan gudangnya informasi dari seluruh belahan dunia. Kita dapat menemukan apa saja di internet tanpa harus meninggalkan PC, laptop, maupun ponsel pintar kita.

Sekarang, anak sekolah dengan gampang mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Mereka bisa mencari data-data dari internet. Informasi pendukung apa saja ada di sana. Dulu, orang bilang bahwa TV merupakan jendela dunia. Sekarang, internet adalah jendela yang sesungguhnya—jendela yang membuat orang bisa terkonek apa saja dan siapa saja di belahan bumi manapun. Persis seperti pintu ajaibnya Doraemon.

MIT (Massachusetts Institute of Technology)—salah satu universitas terkenal di Amerika—bahkan dengan sukarela memberikan material-material kelas mereka di internet secara gratis. MIT terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar mengakses internet. Dengan gampang, mereka bisa mengunduh materi-materi kelas pilihan mereka. Tujuan MIT adalah memberikan kesempatan kepada semua orang di dunia untuk belajar dan memberikan sumbangsih yang positif terhadap lingkungan di mana pun mereka berada.

Departemen yang menyediakan materi-materinya pun sangat beragam—mulai dari Aeronautics and Astronautics sampai Writing and Humanistic Studies. Bentuk-bentuk materinya juga beragam, seperti lecture notes, project and examples, image galleries, assignments and solutions, exams and solutions, online textbooks dan multimedia content.

Jadi, bagi siapa saja yang ingin belajar di luar negeri sepertinya tidak perlu susah-susah dan membayar mahal. Mereka dapat dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah murid dari MIT open courses. Walaupun pada kenyataannya mereka tidak pernah meninggalkan Indonesia.

Selain universitas terbuka seperti MIT, blog-blog pun dapat menyajikan informasi yang bisa berguna bagi orang-orang yang ingin belajar di Internet. Banyak blog yang dapat diakses oleh semua orang yang menyediakan informasi-informasi yang diinginkan. Contohnya, blog www.the-marketeers.com di mana para kontributornya adalah orang-orang yang berkecimpung di dunia marketing. Mereka dengan sukarela berbagi ilmu, tips dan trik, analisis, dan pengetahuan tentang dunia marketing.

Ingin menjadi seorang MBA? Well, mungkin tidak benar-benar MBA, tapi mempunyai pengetahuan sama atau bahkan lebih dari seseorang yang sudah lulus tingkat S2. Ada sebuah situs web www.personalmba.com yang menyediakan kursus dalam bentuk buku-buku yang dapat Anda beli di toko buku dan melalui buku-buku tersebut Anda bisa saja belajar sendiri sesuai dengan ritme Anda di rumah. Setelah membaca semua buku dari daftar yang diberikan, Anda sudah memiliki pengetahuan yang selevel dengan orang yang sudah lulus S2.

Selain Universitas dan blog, banyak situs-situs web yang memberikan informasi dan pengetahuan. Ketika teman saya sakit, saya dapat dengan mudah mengakses internet dan mengetahui dengan jelas penyakit apa yang dia derita, penyebabnya, cara pencegahannya, dan cara mengobatinya. Bahkan, tidak sedikit dokter-dokter yang juga mencari informasi tambahan di internet mengenai penyakit yang diderita oleh seseorang. Ini dilakukan terutama bila penyakit tersebut tergolong sebagai penyakit langka.

Seperti di tulisan yang sebelumnya saya tulis bahwa internet adalah pedang bermata dua. Selain menyajikan hal-hal positif, internet juga tidak sedikit menyediakan konten-konten yang berpotensi negatif. Yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakannya. Informasi yang ada di internet akan terus berkembang dan mengikuti zaman. Sungguh beruntung netizen di zaman sekarang yang tidak perlu mengeluarkan ongkos ke “Negeri China” untuk belajar. Hanya perlu kurang dari Rp 100 ribu, netizen pun bisa belajar apa pun di “Negeri China” yang baru—sebuah mayapada tanpa batas yang menyediakan apa pun yang kita perlukan.

--------
Artikel ini ditulis berdasarkan analisis hasil riset sindikasi terhadap 1.500 responden di delapan kota besar di Indonesia, usia 15-64 tahun. Riset ini dilakukan oleh MarkPlus Insight bekerjasama dengan Komunitas Marketeers

Sumber : kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar