Berapa usia si kecil Anda saat ini? Apakah ia sudah memasuki usia 1-3 tahun? Usia yang kita sebut sedang ‘lucu-lucunya’, karena ia mulai dapat berjalan, mulai bereksplorasi dan mulai juga dapat berbicara.
Banyak anak juga yang mulai bersekolah pada usia ini. Kedua anak saya pun, mulai bersekolah pada waktu mereka berusia 1 tahun. Apakah ia memang perlu bersekolah? Bersekolahnya sendiri sebenarnya tidak apa-apa, tergantung dari apa yang dipelajari di sekolah tersebut. Bila sekolah lebih menekankan pada kemampuan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, menyanyi, menari, tentu akan membantu perkembangan anak.
Anak kita, yang sudah berusia 1-3 tahun memang mulai ingin mengerjakan semuanya sendiri. Mungkin ia bahkan sekarang sedang belajar untuk memakai sepatu sendiri. Parasnya tampak amat senang saat ia berhasil memasukkan sepatu ke dua kaki kecilnya.
Menurut Erik Erikson, di usia ini, tugas anak yang paling penting adalah membina kemandiriannya. Ia sedang mengalami masa Autonomy VS Shame or Doubt. Ia memang ingin belajar mengenali kemampuan dirinya sendiri melalui hal-hal yang dapat ia kerjakan sendiri. Bila berhasil, anak akan tumbuh menjadi anak yang mempunyai rasa self esteem yang baik. Dan ini adalah dasar-dasar dari rasa percaya diri.
Banyak orang tua yang mengikutkan anak pada berbagai lomba, untuk meningkatkan percaya diri anak. Namun pernahkah anda perhatikan, ada berapa orang yang mengikuti lomba tersebut dan berapa besar kesempatannya untuk menang? Rasa percaya diri terpupuk dari pengalaman keberhasilan yang kecil-kecil, dan yang terpenting adalah pujian kita saat anak berhasil melakukan sesuatu sendiri.
Bila masa ini gagal, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang pemalu atau ragu-ragu. Ia akan selalu bertanya-tanya, apakah ia mampu melakukan sesuatu. Ini yang belakangan sering saya temui pada klien saya. Mereka anak-anak SD atau SMP yang pandai, ber IQ tinggi, tapi sangat tidak PD dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mau berusaha.
Ini terjadi karena mereka tidak pernah diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu di rumah. Mereka tidak diperbolehkan melakukan sesuatu yang kecil, dengan kemungkinan keberhasilan yang besar, seperti makan sendiri, mandi sendiri, membereskan permainan sendiri, dll, namun dituntut untuk melakukan hal yang besar, seperti bisa membaca, menulis, berhitung, tampil di depan umum dan melakukan hal-hal ‘hebat’ lainnya.
Apakah kemandirian bisa membuat kita menjadi melupakan orang lain dan menganggap kita bisa melakukan segala sesuatunya sendiri? Sama sekali tidak. Seseorang yang mandiri dan mempunyai self esteem yang baik, biasanya justru tahu, apa yang bisa ia kerjakan sendiri dan kapan ia harus minta bantuan orang lain. Selalu ada saat yang tepat untuk belajar, dan untuk usia ini, kemandirian adalah fokus belajarnya.
Sumber : ROSDIANA SETYANINGRUM
Banyak anak juga yang mulai bersekolah pada usia ini. Kedua anak saya pun, mulai bersekolah pada waktu mereka berusia 1 tahun. Apakah ia memang perlu bersekolah? Bersekolahnya sendiri sebenarnya tidak apa-apa, tergantung dari apa yang dipelajari di sekolah tersebut. Bila sekolah lebih menekankan pada kemampuan motorik kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, menyanyi, menari, tentu akan membantu perkembangan anak.
Namun sebenarnya, ada hal yang jauh lebih penting pada masa ini, yang harus diselesaikan oleh anak-anak. Cobalah anda alami, si kecil kita, yang berusia 1.5 tahun, biasanya ingin sekali makan sendiri. Mungkin ia senang duduk dipangkuan kita dan mengambil makanan sendiri dari piringnya. Bila keinginan ini dilarang terus menerus, keinginannya untuk makan sendiri akan hilang dan akhirnya sampai SD pun ia masih harus disuapi agar mau makan.
Anak kita, yang sudah berusia 1-3 tahun memang mulai ingin mengerjakan semuanya sendiri. Mungkin ia bahkan sekarang sedang belajar untuk memakai sepatu sendiri. Parasnya tampak amat senang saat ia berhasil memasukkan sepatu ke dua kaki kecilnya.
Menurut Erik Erikson, di usia ini, tugas anak yang paling penting adalah membina kemandiriannya. Ia sedang mengalami masa Autonomy VS Shame or Doubt. Ia memang ingin belajar mengenali kemampuan dirinya sendiri melalui hal-hal yang dapat ia kerjakan sendiri. Bila berhasil, anak akan tumbuh menjadi anak yang mempunyai rasa self esteem yang baik. Dan ini adalah dasar-dasar dari rasa percaya diri.
Banyak orang tua yang mengikutkan anak pada berbagai lomba, untuk meningkatkan percaya diri anak. Namun pernahkah anda perhatikan, ada berapa orang yang mengikuti lomba tersebut dan berapa besar kesempatannya untuk menang? Rasa percaya diri terpupuk dari pengalaman keberhasilan yang kecil-kecil, dan yang terpenting adalah pujian kita saat anak berhasil melakukan sesuatu sendiri.
Bila masa ini gagal, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang pemalu atau ragu-ragu. Ia akan selalu bertanya-tanya, apakah ia mampu melakukan sesuatu. Ini yang belakangan sering saya temui pada klien saya. Mereka anak-anak SD atau SMP yang pandai, ber IQ tinggi, tapi sangat tidak PD dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mau berusaha.
Ini terjadi karena mereka tidak pernah diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu di rumah. Mereka tidak diperbolehkan melakukan sesuatu yang kecil, dengan kemungkinan keberhasilan yang besar, seperti makan sendiri, mandi sendiri, membereskan permainan sendiri, dll, namun dituntut untuk melakukan hal yang besar, seperti bisa membaca, menulis, berhitung, tampil di depan umum dan melakukan hal-hal ‘hebat’ lainnya.
Apakah kemandirian bisa membuat kita menjadi melupakan orang lain dan menganggap kita bisa melakukan segala sesuatunya sendiri? Sama sekali tidak. Seseorang yang mandiri dan mempunyai self esteem yang baik, biasanya justru tahu, apa yang bisa ia kerjakan sendiri dan kapan ia harus minta bantuan orang lain. Selalu ada saat yang tepat untuk belajar, dan untuk usia ini, kemandirian adalah fokus belajarnya.
Sumber : ROSDIANA SETYANINGRUM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar