Sudah 3 hari Queency demam. Suhu tubuhnya turun naik, 36, 38 bahkan sampai 38,9 derajat Celcius, sejak hari Jumat sore (6 Agustus 2010). Hari ini kami memutuskan untuk membawanya ke dokter.
Pukul 6 pagi kami sudah sampai di depan pagar dr. XXXX, rumah dokter langganan Queency yang letak rumahnya di jalan XXXX. Bel sudah berulang kali ditekan, tidak ada jawaban. Saya lalu menekan tuts di ponsel untuk menghubungi dr. XXXX, belum juga dijawab. Lalu saya kirimkan pesan pendek ke ponselnya :” Bu, ini Bobby, ayahnya Queency, kami sudah ada di depan pagar ibu. Queency demam. “ SMS ini juga tak berhasil membangunkan beliau.
Dengan sedikit kesal Mona, istri saya bilang : “Sudahlah cari dokter yang lain saja.” Lalu saya balas : “Jangan bun, kita sudah terlanjur sampai di sini.” Akhirnya Mona mengedor-gedor pintu pagar dan berharap dr. XXXX keluar.
Cukup lama kami bertiga berdiri di luar menunggu dr. XXXX. Seharusnya kalau ia enggan praktik pagi hari, jangan cantumkan dijadwal bahwa ia praktik pukul 6 pagi.
Setelah 3 menit mengedor-gedor pintu pagar, akhirnya ada seseorang yang keluar. Dia memunculkan kepalanya sedikit : Masuk bu, tanpa basa-basi meminta maaf karena kami terlalu lama menunggu di luar.
Setelah 3 menit mengedor-gedor pintu pagar, akhirnya ada seseorang yang keluar. Dia memunculkan kepalanya sedikit : Masuk bu, tanpa basa-basi meminta maaf karena kami terlalu lama menunggu di luar.
Pasien dr. XXXX hari itu, cuma kami. Queency menunggu sambil main kuda-kudaan di teras rumah bu dokter tersebut. Beberapa menit kemudian dr. XXXX membukakan pintu.
Hari itu agak berbeda dari hari lainnya. dr. XXXX bersikap tidak ramah, mungkin karena tidurnya terganggu.
Mona : "Dok, anak saya demam. Suhu tubuhnya turun naik."
dr. XXXX : "Sudah dikasih obat ?"
Mona : "Sudah, saya kasih XXXXX"
Quency pun diperiksa, setelah itu dr. XXXX menuliskan sesuatu.
Dr. XXXX : "Bu, anaknya harus dicek darah dan urinenya."
Mona : "Ada obat yang harus saya tebus?"
Dr. XXXX : "Nggak ada, teruskan saja XXXXX"
Sementara ibu dokter, Mona dan saya tahu persis XXXXXX tersebut tidak berhasil menyembuhkan demam Queency, lalu untuk apa sepagi yang belum terang tanah ini kami repot-repot datang ke sini, jika jawabannya hanya itu?
Hari itu agak berbeda dari hari lainnya. dr. XXXX bersikap tidak ramah, mungkin karena tidurnya terganggu.
Mona : "Dok, anak saya demam. Suhu tubuhnya turun naik."
dr. XXXX : "Sudah dikasih obat ?"
Mona : "Sudah, saya kasih XXXXX"
Quency pun diperiksa, setelah itu dr. XXXX menuliskan sesuatu.
Dr. XXXX : "Bu, anaknya harus dicek darah dan urinenya."
Mona : "Ada obat yang harus saya tebus?"
Dr. XXXX : "Nggak ada, teruskan saja XXXXX"
Sementara ibu dokter, Mona dan saya tahu persis XXXXXX tersebut tidak berhasil menyembuhkan demam Queency, lalu untuk apa sepagi yang belum terang tanah ini kami repot-repot datang ke sini, jika jawabannya hanya itu?
Surat dari dr. XXXX kami abaikan. Bersandarkan atas ketidakpuasan, kami mencari pendapat dokter lainnya. RS. Azra adalah pilihan kami, di sana pasti ada dokter yang lebih ramah.
Pukul 6.30 kami sampai di RS.Azra, Queency mendaftarkan diri di spesialis dokter anak. Dr. Agus, namanya. Beliau adalah dokter spesialis anak yang sangat ramah. Pandai mencuri hati anak-anak.
Setelah tiba giliran kami, sejenak kami berbincang tentang sakit yang diderita Queency. Hasil akhirnya sama: Queency harus di cek darah dan di ronsen. Dr. Agus curiga ada flek di paru-paru Queency.
Lengan kecil Queency ditusuk jarum untuk diambil darahnya....ia tidak menangis. Queency juga dipotret sinar x (ronsen) sambil bergaya dan pasang muka cantik. Kami membujuknya : Queency kalau difoto ama tante bajunya dibuka, pake singlet aja, tetapi tetap pasang muka cantik ya. Dia setuju tanpa perlawanan. Inilah yang membuat kami bersemangat.
Rabu, 11 Agustus 2010
Tibalah saat yang menegangkan itu. Foto ronsen dan hasil tes darah Queency diperiksa untuk memastikan apakah benar ada flek di paru-paru Queency.
Dr. Agus bilang : Flek di paru-paru itu bukan penyakit turunan. Penyakit turunan cuma 2 yaitu diabetes dan asma. Flek ditularkan lewat (udara) dari virus orang dewasa yang dekat dengan Queency. Bapak, ibu dan oma mungkin terinfeksi tetapi tidak sampai terjangkit penyakit karena daya tahan tubuhnya kuat. Queency terkena flek karena daya tahan tubuhnya lemah. Flek tidak disebabkan karena rumah yang lembab, bau cat atau bau spidol.
Queency harus rajin minum obat, efek obatnya akan memperberat kerja liver. Queency akan muntah-muntah jika livernya terganggu. Selama 6 bulan sampai 1 tahun Queency harus rajin minum obat dan periksa ke dokter, sampai benar-benar sembuh. Ayo berjuang ya bu, pak. Jangan menyerah penyakit ini bisa disembuhkan.
Saat ayah, bunda dan Queency saling berpegangan tangan, inilah waktu terbaik untuk mengalahkan dunia. Tetap jadi anak yang tangguh ya nak…
Dari ayah yang selalu mencintaimu
Bobby Prabawa
dicoba pake habbats pak. insyaAllah bisa menyembuhkan segala mcm penyakit
BalasHapusMakasih Mba Elly...:)
BalasHapuscoba di teliti lagi om,kira2 queency dapet flek dari mana ? krn biasa nya flek (TBC)penularan nya secara kontak langsung kerabat dekat / teman queency mkn.
BalasHapusSupaya queency tdk tertular lagi.
cepet sembuh ya queency....jgn lupa rajin minum obatnya.
makasih saran dan doanya mas...:)
BalasHapus