Seorang teroris merekam video terakhirnya, meninggalkan pesan kepada anak istrinya. " Nak, ketika kamu dan ibumu melihat video ini, ayah sudah berada di surga."
Lewat "bom bunuh diri" ia membeli tiket ke surga.
Tak peduli apakah anaknya setelah ia mati bisa makan sehari tiga kali, bisa minum susu botol, bisa sekolah seperti teman-teman yang lain. Tak peduli bagaimana nasib "istrinya". Apa yang akan dilakukan istrinya untuk menyambung hidup demi memberi makan dan menyekolahkan anak-anaknya.
Dengan enteng pada penutupan videonya ia berujar : "Allah akan memberi makan kalian."
Rabindranath Tagore memiliki pendapat lain tentang cara mencari tuhan, menemukan tuhan (dalam diri anak dan istri) atau cara bodoh dalam meninggalkan tuhan. Setelah membaca syair ini Semoga Tuhan meluaskan dan menjernihkan pandangan mata kita, sehingga siapapun yang kita tatap selalu mengingatkan kita akan wajah-Nya. Silahkan menyimak syair indah ini.
Pada tengah malam orang yang menamakan diri pertapa itu memaklumkan :
"Tibalah saatnya kini meninggalkan rumahku dan mencari Tuhan. Akh, siapakah yang telah menahanku demikian lama dalam kesesatan di sini ini?"
Tuhan berbisik, "Aku," tetapi telinga orang itu tersumbat.
Dengan seorang bayi nyenyak dekat dadanya terbaringlah istrinya di sisi sebelah balai-balai itu. Orang itu berkata, "Siapa kalian berdua ini yang telah mempermainkan aku demikian lama?"
Suara Tuhan bersabda lagi, "Mereka itu tuhan," tetapi orang itu tidak mendengar.
Si bayi berteriak-teriak mengigau sambil merapat kepada ibunya.
Tuhan bertitah, "Tutup mulut pandir, jangan tinggalkan rumahmu!" tetapi orang itu tetap juga tak mendengar. Tuhan mengeluh dan berkesah, "Mengapa hamba-Ku mencari Daku, meninggalkan Daku?"
Rabindranath Tagore
Tukang Kebun, Syair No. 75, halaman 116
Penerbit Pustaka Jaya, cetakan pertama tahun 1976
Penerjemah : Amal Hamzah (adik Amir Hamzah)
Kedai Baca, Tegal Gundil Bogor (dekat Mesjid Ar-Rahman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar