15 Juni 2010

Antara Ayah, Ibu, dan Aku

Ayah : Anakku, sebisa-bisanya mencipta jejak walau samar, jangan lupa tandai sekalian biar angin tak keliru menyapunya.

Semampu-mampunya memilah warna hati
jangan lupa mendahulukan putih daripada hitam biar tetap terang jalanmu.

Seyakin-yakinnya mengejar bahagia
jangan lupa melewati derita biar kekal jua arti hidupmu



Ibu : Anakku, bila ada jejakmu terhapus angin segeralah menghitung bayangmu
agar tak terenggut tiaptiap asamu di hampa udara.

Bila hitam memaksa mendahului putih bergegaslah memandang birunya langit
agar tak tertutupi masingmasing niatmu di bentang cakrawala.

Bila keraguan selalu hadir jangan tunda lagi berlarilah pada senja
agar tak terhalangi segalagala cita cintamu di kegelapan angkasa.

Aku : Ayahku...ibuku...
bukankah angin menyayangiku
karena selalu kusediakan pasirpasir untuk dihembusnya
tidakkah hitam juga menyukaiku
karena selalu kusemangati dia untuk bisa hadir di lengkungan pelangi
dan sesungguhnya deritapun mencintaiku
karena kujanjikan tak akan pernah ada airmata bagi kehadirannya

Ayahku..ibuku..
untuk asa, niat dan cita cinta yang ingin kusemaikan
telah kuikhlaskan semuanya pada kejayaan alam
toh..itu jua yang kalian wariskan padaku

Arter Panther Olii
Gorontalo, 29062009
Kompas – Oase 29092009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar