Kalau nggak kotor....nggak belajar.Penelitian terbaru menunjukkan, menjauhkan anak dari hal-hal yang dianggap tercemar kuman atau virus, justru merampas kesempatan mereka untuk membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Slogan ini tentu telah lama dipopulerkan. Jadi siapa pun tak terkecuali wajib menjaga dan memerhatikan kebersihan, termasuk kebersihan diri sendiri. Begitu pula dengan anak, terlebih di usia prasekolah akhir anak diharapkan sudah mampu mandiri dengan melakukan aktivitas untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri.
Misalnya, bisa mandi sendiri dan membersihkan seluruh tubuhnya dengan sabun serta mencuci rambutnya dengan sampo. Sebenarnya wajar anak usia dini terlihat dekil. Karena sudah sifat dasar anak kecil untuk menyentuh apapun yang ada di lingkungannya, bahkan yang paling menjijikan sekalipun.
Orang tua tentu saja khawatir jika anak jorok maka akan memengaruhi kesehatannya. Setelah musim flu babi selama setahun lalu mulai berkurang intensitasnya, kini anak-anak secara intensif diajarkan mencuci tangan secara teratur dan menggunakan gel pembersih tangan untuk mencegah masuknya kuman atau virus.
Tidak berlebihan apabila orang tua harus mengkhawatirkan penyakit infeksi dan menular lainnya akan menyerang anak. Sebagian besar dari mereka padahal masih menggantungkan diri pada masyarakat sekitarnya saar melindungi anak dari kuman berbahaya. Tetapi apakah tepat menjauhkan anak-anak dari kegiatan yang dinilai kotor bagi kehidupannya kelak?
Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa membiarkan anak di bawah umur "berteman" dengan kuman dan virus ternyata lebih mampu memberikan perlindungan lebih besar dari terjangkit penyakit seperti alergi atau asma di masa mendatang.
Sebuah pemikiran yang disebut "hipotesis kebersihan" menyatakan bahwa paparan parasit, bakteri, dan virus pada awal kehidupan anak-anak, menjadikan kemungkinan menderita penyakit seperti alergi, asma, dan penyakit autoimun lainnya saat dewasa lebih besar. Hal itu belum tentu benar. Kenyataannya, anak yang memiliki kakak yang dibesarkan di sebuah peternakan atau sering dititipkan ke tempat penitipan anak justru memperlihatkan tingkat yang lebih rendah untuk mendapatkan alergi.
"Sama seperti otak bayi yang butuh stimulasi, rangsangan dan interaksi yang berkembang secara normal, sistem kekebalan tubuh anak ini harus "diperkuat" oleh paparan kuman sehari-hari sehingga dapat belajar, beradaptasi, dan mengatur dirinya sendiri," kata Thom McDade PhD, seorang profesor dan Direktur Laboratory for Human Biology Research at Northwestern University, Chicago, Amerika Serikat seperti dikutip laman WebMD.
Sebetulnya, efek dari paparan aksi kuman ini belum dikonfirmasi. Tetapi, penelitian baru telah memperlihatkan petunjuk. Tim peneliti yang dipimpin oleh McDade menemukan bahwa anak-anak yang sering terkena kotoran hewan dan mengalami diare sebelum usia 2 tahun, pada dewasa nanti akan jarang menderita peradangan pada tubuhnya. Peradangan tersebut dikaitkan dengan berbagai penyakit dewasa kronis seperti jantung, diabetes, dan alzheimer.
"Kami bergerak di luar ide ini bahwa sistem kekebalan hanya mempengaruhi penyakit alergi, penyakit autoimun dan asma terkait perannya dalam peradangan dan penyakit degeneratif lainnya," kata McDade. Paparan mikroba saat kecil mungkin penting untuk menjaga tidak terjadinya peradangan saat dewasa.
"Sebagian besar kuman tersebar di lingkungan yang hidup di tubuh kita tidak hanya berbahaya, tetapi mereka juga telah bersama kita selama ribuan tahun," ujar Martin Blaser MD, seorang profesor penyakit dalam di New York University, New York, Amerika Serikat.
Seperti juga perilaku manusia yang terus berubah selama setengah abad terakhir, kata Blaser, banyak mikroba, seperti beberapa jenis yang selama ini tinggal di usus, akan segera menghilang. "Bagi mikroba melakukan fungsi fisiologis penting tetapi akibat kehidupan modern, mereka berubah dan ada pula yang menghilang," ungkapnya. "Saat proses penghilangan akan terjadi konsekuensi, bisa baik atau buruk," tandasnya.
Ketika kita secara berlebihan menjaga kebersihan anak untuk melindungi mereka dari paparan penyakit, kita justru merampas kesempatan mereka untuk membangun sistem kekebalan yang kuat. Selain kampanye kebersihan yang notabene dapat mencegah anak-anak dari paparan mikroorganisme alami yang baik bagi mereka, ada praktek-praktek lain - seperti penggunaan berlebihan antibiotik -yang justru mengancam kesehatan anak.
Lalu, apa yang seharusnya orang tua lakukan? Seperti juga dalam hal segi kehidupannya lainnya, menjaga kesehatan anak Anda ada kaitannya dengan menemukan keseimbangan. Blaser menyarankan, orang tua dan dokter untuk hati-hati mempertimbangkan penggunaan antibiotik apakah selalu harus digunakan saat anak demam.
Terlalu sering menggunakan antibiotik, lanjut dia, memainkan peran besar dalam melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh anak untuk melawan infeksi. Dan ketika sudah waktunya untuk menjaga kebersihan lingkungan yang bebas kuman, McDade menuturkan, "Saya ingin menguji akal sehat Anda, bahwa tidak perlu terlalu sering mencuci atau membersihkan segala sesuatu," katanya.
Menurut McDade, tetap bersihkan rumah dari kotoran. Tetapi, ingat bahwa bahan kimia keras untuk membersihkan seperti pemutih, mungkin akan lebih berbahaya bagi anak-anak Anda daripada kuman yang melekat. Dan misalnya anak Anda menjatuhkan makanan ke lantai, ambil napas dalam-dalam dan tetap suapkan makanan tersebut.
Sumber :http://okezone.com
Rabu, 12 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar