10 Februari 2010

Reward untuk si Kecil, Perlukah?

Anak pasti akan senang diberi hadiah, apalagi bila mereka telah melakukan hal yang terpuji. Namun, bagaimana jika anak hanya mau melakukan segala sesuatu karena ada imbalannya?

“Mama terima kasih ya mainan robotnya, aku senang banget. Besok aku mau dapat mainan yang lebih banyak lagi kalau aku abis beresin mainan. Tetapi kalau mama tidak kasih apa yang aku mau, aku mendingan nggak usah beresin apa-apa, ya,” tutur Bima Pradipta.


Sudah menjadi kebiasaan bagi anak berumur enam tahun ini melakukan sesuatu karena ada imbalan dari kedua orangtuanya. Pernah satu kali karena sang mama tidak mau menjadikan Bima memiliki kebiasaan yang buruk karena hanya mau melakukan sesuatu atas imbalan, Bima malah mengamuk, marah, dan merasa kecewa seharian penuh.

Akhirnya sang bunda pun mengalah dan masih memberikan Bima sesuatu atas kelakuan baik yang telah dia kerjakan, sesuai dengan apa yang dia mau. Dikatakan psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana K Hadiwidjojo Psi, bahwa reward atau penghargaan bisa diberikan ketika anak berperilaku positif atau berhasil mencapai sesuatu yang diharapkan.

“Ambil manfaat yang baik dari pemberian reward kepada anak,” tutur Vera saat acara peluncuran Biskuat Bolu Strawberry yang diadakan Biskuat, di Hotel Mandarin Oriental beberapa waktu yang lalu.

Vera menjelaskan, manfaat pemberian reward pada anak di antaranya mengajarkan anak mana yang baik dan buruk, mendorong anak untuk mengulang perilaku yang baik, membuat anak merasa diperhatikan dan dihargai. Penghargaan juga bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak dan menumbuhkan motivasi internal anak, seperti rasa bangga terhadap diri sendiri dan rasa puas terhadap keberhasilan diri sendiri.

“Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian reward pada anak, misalnya jangan terlalu berlebihan saat memberikan reward,” ujar psikolog yang berpraktik di Kemang Medical Care sejak Februari tahun lalu ini.

Masih dikatakan Vera, hal itu karena jika berlebihan maka reward akan kehilangan maknanya, antara lain reward bisa berubah menjadi semacam upah. Oleh karena itu, dalam pemberian reward, tumbuhkan pula motivasi internal anak sehingga lama-kelamaan kebergantungan pada reward (motivasi eksternal) akan berkurang.

“Misalnya, selain dapat pujian dari orangtuanya, orangtua juga bisa bilang ‘wah, pasti kamu juga bangga pada dirimu sendiri karena bisa kamu sudah berusaha keras untuk mendapatkan hasil ini’,” contoh Vera, yang juga berpraktik di Raditya Medical Center ini.

Vera menyarankan, memberikan reward agar tidak terlalu berlebihan, dan reward tidak harus berupa barang. Yang penting bagi anak, justru perhatian dari orang tua.

”Mulailah dari hal kecil, misal tepukan di pundak, senyuman bahagia dari orangtua, acungan jempol, tepuk tangan, pelukan,dan kecupan lembut,” papar psikolog lulusan Universitas Indonesia ini. Sebaiknya reward tidak diberikan terlalu sering kepada anak, sehingga bisa dikatakan dalam memberikan reward harus menjadikan anak sebuah tantangan.

”Buatlah tantangan untuk mendapatkan reward agar menjadi sedikit bermakna, tidak terlalu mudah mendapatkannya, misalnya setelah tiga hari tidur sendiri, anak akan dapat stiker kesukaannya,” pesan ibu satu anak ini.

Vera juga menyarankan untuk membuatnya dalam system token, di mana anak harus mengumpulkan sejumlah poin tertentu, baru bisa ditukarkan dengan reward, misalnya anak akan mendapatkan satu poin setiap kali mau membantu ibu di dapur. Setelah terkumpul 20 poin, dia bisa menukarkannya dengan waktu menonton TV (1 poin bisa untuk 1 menit).

”Waktu pemberiannya harus langsung, setelah perilaku positif terjadi agar anak langsung mengaitkan perilaku tersebut dengan sesuatu yang menyenangkan sehingga anak merasa dihargai dan perilaku tersebut akan diulang,” papar psikolog kelahiran Jakarta, 29 Maret 1975.

Hal yang sama juga dikatakan psikolog keluarga, Fabiola Setiawan Mpsi bahwa saat anak mengerjakan sesuatu yang baik, orangtua bisa memberikan reward dalam bentuk nilai yang bisa ditempel di papan poin.

”Jika anak melakukan hal yang baik, stiker bergambar lucu bisa dikumpulkan dalam satu bulan. Jika stiker sudah terkumpul sesuai dengan perjanjian, orangtua bisa mengajak anak berenang sepuasnya, misalnya,” ujar psikolog yang juga mengajar di Universitas Atmajaya ini.

Yang juga perlu diperhatikan saat pemberian reward adalah hindari memberikan reward dalam bentuk uang. Dengan memberikan uang, nanti akan membuat anak menjadi salah kaprah dan mengartikannya sebagai upah.

“Memberikan reward untuk anak bisa menggunakan sistem yang disamakan untuk tiap anak, namun rewardnya bisa dibedakan bergantung keinginan anak masing-masing,”ucapnya.

Sumber : okezone.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar