19 November 2009

Surat Cinta untuk Takaful

“Dalam 3 kali klaim, 4 kali pelayanan Takaful mengecewakan! Pak tidak ada resume medis, tidak ada kuitansi. Surat penundaan pun dikirimkan 1 bulan setelah tanggal penyerahan berkas-berkas. Bukti transaksi saya mungkin tercecer pada perjalanan antara meja pihak personalia dan meja kantor Takaful...mengingat saya telah menyerahkan berkas secara lengkap. Jika setelah sampai di kantor Takaful, berkas hilang diperjalanan, apakah ini merupakan salah peserta asuransi?”

Pagi 12 Oktober 2009
Istri saya mengeluhkan sakit di sekitar perutnya via telepon Saya lalu meminta izin pulang setengah hari kepada atasan saya supaya bisa mengantarkan istri saya ke dokter pada sore harinya (12/10/09) untuk memeriksakan masalah di perutnya. Dengan uang pinjaman dari ibu dan form Takaful yang lupa saya bawa. Sebab tak ada sakit yang terencana.

Setelah diperiksa, dokter bilang istri saya kena infeksi rahim. Keterangan ini saya tuliskan di balik salinan resep, seperti yang dianjurkan salah seorang agen asuransi. Dianosis dokter tidak saya isi karena saya lupa membawa form, tetapi kuitansi dari dokter dan apotik saya lampirkan. Saya lengkap melampirkan bukti-bukti klaim.

20 November 2009
Saya mendapat surat penundaan klaim rawat jalan dari Takaful. Artinya saya harus kembali ke dokter Gunawan sekedar meminta bukti yang dihilangkan pihak Takaful. Seingat saya tagihan yang saya lampirkan :
1.Biaya dokter dan USG : Rp 100.000 (Dokter : Rp 60.000, USG Rp 40,000)
2. Biaya tebus obat : Rp 103.000
Total Rp 203.000

Jika pihak Takaful menuduh saya berbohong, silahkan hubungi Dokter Gunawan di komplek Bale Binarum Bogor atas nama pasien Drew Amora 12 Oktober 2009, infeksi rahim, sehari setelah saya klaim bukan sebulan setelah klaim.

Kami para peserta asuransi Takaful sekedar menuntut hak, sebab diawal tahun kami telah melunasi kewajiban kami. Pada kenyataannya kami seperti mengambil yang bukan hak kami.

Untuk yang kesekian kalinya saya berharap Takaful bersedia memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik. Saya tidak punya kenangan manis dengan Takaful. Ini kisah nyata dari saya dan puluhan teman-teman di Ghalia Indonesia.

Saya ingin bertemu dengan pihak manajemen Takaful untuk membicarakan kekeliruan ini agar tidak terulang untuk yang ketiga kalinya. Mohon segera ditindaklanjuti.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar