11 Agustus 2009

Merantau, Perjalanan Menjadi Lelaki Sejati

12 Agustus 2009
Sinopsis Merantau


Orangtua kita kabur ninggalin kita berdua. Mereka punya anggapan banyak anak banyak rejeki, jadi ada yang jagain mereka di masa tua nanti...mereka lupa sebelum itu mereka harus ngasih makan anak-anak mereka. Mereka nggak sanggup ngasih makan kita. Gua nggak ngerti kenapa mereka ninggalin kita berdua begitu aja! Itulah sepenggal dialog yang diucapkan Astri, kakak Adit yang berjuang membesarkan adiknya tercinta dengan bekerja sebagai penari striptise, ia tak punya pilihan lain. Hidup harus terus berlanjut.






PRODUSER: Ario Sagantoro, GENRE: Drama-Action, SUTRADARA: Gareth H. Evans, PEMAIN: Iko Uwais, Christine Hakim, Donny Alamsyah. Sisca Jessica, Yusuf Aulia, Alex Abbad, Yayan Ruhian, Mads Koudal, Laurent "Lohan" Buson

Pada sebuah masa, ketika lelaki telah akil baliq, ia harus belajar sendiri untuk menemukan jati dirinya dengan jalan merantau. Kelak, pengalaman hidup yang dialami, akan menerpanya menjadi lelaki sejati. Dan, alam akan membimbingnya untuk bisa membedakan cahaya kebenaran dan cahaya kebatilan.

Merantau, menjadi sebuah tradisi masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat, yang hingga kini masih dipertahankan. Mendengar kisah itulah, sutradara muda asal Inggris Gareth H Evans merasa terpikat. Ia pun mengejawantahkannya lewat sebuah film yang dikemas dalam balutan drama action bertajuk Merantau.

Syahdan, nun jauh di sebuah kampung di Minangkabau sana, seorang anak muda akan menjalani babak baru dalam fase kehidupannya. Yuda (Iko Uwais), lelaki itu, harus menjalani sebuah tradisi yang kelak akan menasbihkan dirinya menjadi lelaki yang sempurna. Ia harus merantau meninggalkan keluarga dan kampung halaman yang dicintainya. Pilihan yang tak mudah, tapi harus dijalani.

Sang ibu, Wulan (Christine Hakim), tampak berat melepaskan anak bungsunya itu. Tapi ini harus, demi menghargai sebuah tradisi. Kepergian Yuda, ditangisi ibunya. Pun, dilepas kakaknya, Yayan (Donny Alamsyah), dengan penuh haru.

Sebuah babak baru dimulai. Jakarta menjadi kota perantauannya. Berbekal ilmu Silat Harimau dari gurunya, Yuda berharap bisa bertahan hidup dengan menjadi seorang guru silat.

Hari pertama di Jakarta, masalah langsung menyergapnya. Rumah salah satu keluarganya yang akan dijadikan sebagai tempat berlabuh sementara, ternyata sudah rata dengan tanah. Namun, niat Yuda sudah bulat. Ia tak mungkin balik badan dan menyerah. Ia memilih melanjutkan hidup, meski harus menggelandang sekalipun.

Perkenalannya dengan seorang bocah bernama Adit (Yusuf Aulia), justru membawanya pada sebuah peristiwa yang kelak menentukan hidupnya. Adit, adalah bocah yang dibuang orangtuanya. Bersama sang kakak, Astri (Sisca Jessica), mereka berusaha menaklukkan kejamnya Jakarta. Astri memilih menjadi penari erotis. Sementara Adit, mengemis di perempatan dan sekali-kali iseng mencuri dompet orang, hanya untuk bisa menyambung hidup. Yuda bahkan nyaris jadi korbannya.

Perjalan hidup Astri lebih berliku. Ia terjebak mucikari bernama Johni (Alex Abbad). Olehnya, Astri kerap diperlakukan bak sapi perahan dan tanpa iba dihadiahi tonjokan.

Di sebuah lorong sempit di antara tembok-tembok kota yang berjubel, Yuda tak sengaja melihatnya. Ia tak bisa tinggal diam. Hatinya tergerak, ketika seorang perempuan dihajari laki-laki pecundang. Dihampirinya lelaki itu. Bruukkk! Seketika Johni terhempas hanya satu gerakan. Dia mencoba melawan, tapi tetap saja dibuat Yuda tak berkutik.

Dari sinilah, malapetaka itu berawal. Yuda terseret perseteruan dengan jaringan mafia perdagangan perempuan di bawah pimpinan Ratger (Mats Koudal). Johni, tak lain adalah kaki tangannya. Ia berusaha menculik Astri untuk diperdagangkan pada lelaki hidung belang.

Dengan mengusung genre drama action, film garapan Gareth H Evans ini tentu dijejali scene yang pernuh aksi laga. Tak sekadar aksi baku pukul, koreografi di bawah arahan Edwel Datuk Rajo Gampo Alam dan Tim Silat Harimau, terasa apik dilihat. Tak heran, melihat adegan-adegan yang ada mengingatkan pada aksi pertarungan di Hollywood sana.

Gareth H Evans, sang sutradara, mengamini hal itu. Formula aksi pertarungan yang ringan dengan menyisipkan unsur komedi di dalamnya, seperti yang dilakukan aktor Jackie Chan pada film-filmnya, diadopsi di awal-awal filmnya. Meski begitu, gerakan beladiri yang dihadirkan tetaplah rasa Indonesia.

Memasuki babak selanjutnya, aksi laga pun berubah lebih serius dan kian agresif. Pak Bule, begitu Gareth dijuluki oleh para pemainnya, berusaha menonjolkan secara utuh gerakan Silat Harimau.

Pemilihan Iko Uwais sebagai bintang utama, jelas bukan tanpa alasan. Meski tak punya latar belakang akting, pengalaman Iko memperdalam beladiri pencak silat dianggap mampu melakukan apa yang diinginkan sutradara.

Iko, pemain pendatang baru yang mengaku belum percaya bisa beradu peran dengan aktor kawakan Christine Hakim itu, merupakan atlet nasional pencak silat, yang tergabung dengan Padepokan Tiga Berantai di Jakarta. Hal sama juga berlaku pada Yayan Ruhian, pemeran Eric, yang juga perantau asal Minang.

Tak sekadar memberikan hiburan, semangat untuk menumbuhkan kebanggaan pada beladiri pencak silat di pentas dunia, pastinya perlu diacungi jempol. Seperti kata Christine, pencak silat adalah warisan budaya yang juga patut dibanggakan. Sayangnya, tak sedikit dari masyarakat Indonesia, yang kurang perhatian.

Seperti film-film sebelumnya, penampilan Christine tak perlu disangsikan lagi. Meski mendapat porsi yang tak terlalu banyak, ia cukup memberi ruh pada fim ini.

Sebelum diputar di Indonesia, yang rencananya akan dirilis 6 Agustus mendatang, film Merantau telah memulai world premier-nya dengan menjadi film penutup di ajang Puchon International Fantasy Film Festival (Pifan) 2009 pada 23 Juli 2009, di Bucheon, Korea Selatan. Tepuk tangan panjang pun diberikan masyarakat di sana seusai pemutaran film tersebut. Adakah, ini juga akan berlaku di negerinya sendiri?

Sumber :Berbagai sumber






Tidak ada komentar:

Posting Komentar