Zaman dahulu kala, ada seorang
laki-laki muda yang telah berguru dengan semua empu hebat. Ia sudah belajar
menjadi seorang ksatria, ia sudah belajar menjadi seorang pencinta, ia bisa
memperbaiki apa saja, ia sudah melihat banyak negeri.
Suatu hari, ia kembali ke
kampungnya untuk mencari laki-laki yang
pernah merawatnya ketika orangtuanya wafat bertahun-tahun lalu. Ia menemukan
pembimbingnya itu sedang memahat kayu. Pemuda itu berkata, “Paman, aku
sudah melihat banyak hal, aku telah mencapai banyak hal, aku sudah menikah dan
mempunyai anak, tetapi aku masih ingin tahu, apakah surga dan apakah neraka?”tanya
si anak muda penasaran.
Lelaki tua itu tertawa keras.
“Pertanyaan bodoh,” ia terkekeh, mempermalukan sang anak muda yang kemudian
merasa marah terhadap lelaki tua itu.Sambil berusaha menenangkan diri,
sang anak muda berkata,”Paman, mengapa kau memperlakukanku begini setelah
sekian tahun?Aku hanya menanyakan pertanyaan sederhana, ’apakah surga dan
apakah neraka? Tak seorang pun mampu menjawab ini untukku, sedangkan kau
adalah guru terbijak”. Sang lelaki tua kembali tertawa.
“Itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah aku dengar. Aku mengharapkan lebih
darimu. Jika hanya itu yang bisa kau tanyakan, setelah sekian tahun ini, kau
benar-benar tak berharga.”
Ini berlangsung selama dua, tiga,
hingga empat kali lagi. Sang anak muda menjadi semakin marah. Sang lelaki tua
tertawa dan terus memahat, dan tertawa lagi sambil mengolok-olok. Anak muda itu
merasa tangannya terangkat, tinjunya terayun, ia melihat sendiri dirinya
memukul lelaki tua itu, memukulnya sejumlah makian yang dilontarkan sang lelaki
tua kepadanya, memukulnya sebanyak luka yang disebabkan semua orang kepadanya.
Ia melihat dirinya mencekik leher
lelaki tua itu, dan siap mencabut nyawanya. Pada saat kejadian itu berlangsung,
lelaki tua itu hanya tertawa dan tertawa.Kemudian, tiba-tiba bayangan
penuh kemarahan itu pudar dan anak muda itu mulai menangis. Ia menutupi
wajahnya dengan tangannya, dan menangis, air matanya mengucur deras dari tempat
terdalam dirinya, kedukaan yang belum pernah ia pijak, bahkan ketika
orangtuanya wafat. Sang lelaki tua itu berhenti tertawa.
Ketika airmatanya menyusut, anak
muda itu melihat ke arah pembimbingnya dan melihat muka bijak yang menenangkan
kembali, tidak ada tawa pada wajah itu maupun ejekan.
Sang pembimbing berkata, “Kau
ingin membunuhku?”
Anak muda itu membalas,”Ya,
maafkan aku.”
Sang pembimbing berkata,”Jangan!
Kau bertanya apakah neraka aku telah menunjukimu itu.
Anak muda itu melihat kebenaran dalam perkataan ini . Ia
tidak pernah merasa lebih takut dan marah dalam hidupnya. “Tetapi apakah
surga?”tanya anak muda itu.
Lelaki tua itu berjalan ke arah sang anak muda dan
melingkarkan tangan di bahu anak muda tersebut. Keduanya berpelukan sangat
erat.
“Ini, ujar lelaki tua itu, adalah surga.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar