10 Oktober 2014

Cerita Mengenai Surga dan Neraka

Zaman dahulu kala, ada seorang laki-laki muda yang telah berguru dengan semua empu hebat. Ia sudah belajar menjadi seorang ksatria, ia sudah belajar menjadi seorang pencinta, ia bisa memperbaiki apa saja, ia sudah melihat banyak negeri. 

Suatu hari, ia kembali ke kampungnya  untuk mencari laki-laki yang pernah merawatnya ketika orangtuanya wafat bertahun-tahun lalu. Ia menemukan pembimbingnya itu sedang memahat kayu. Pemuda itu berkata, “Paman, aku sudah melihat banyak hal, aku telah mencapai banyak hal, aku sudah menikah dan mempunyai anak, tetapi aku masih ingin tahu, apakah surga dan apakah neraka?”tanya si anak muda penasaran. 

Lelaki tua itu tertawa keras. “Pertanyaan bodoh,” ia terkekeh, mempermalukan sang anak muda yang kemudian merasa marah terhadap lelaki tua itu.Sambil berusaha menenangkan diri, sang anak muda berkata,”Paman, mengapa kau memperlakukanku begini setelah sekian tahun?Aku hanya menanyakan pertanyaan sederhana, ’apakah surga dan apakah neraka? Tak seorang pun mampu menjawab ini untukku, sedangkan kau adalah guru terbijak”. Sang lelaki tua kembali tertawa. “Itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah aku dengar. Aku mengharapkan lebih darimu. Jika hanya itu yang bisa kau tanyakan, setelah sekian tahun ini, kau benar-benar tak berharga.” 

Ini berlangsung selama dua, tiga, hingga empat kali lagi. Sang anak muda menjadi semakin marah. Sang lelaki tua tertawa dan terus memahat, dan tertawa lagi sambil mengolok-olok. Anak muda itu merasa tangannya terangkat, tinjunya terayun, ia melihat sendiri dirinya memukul lelaki tua itu, memukulnya sejumlah makian yang dilontarkan sang lelaki tua kepadanya, memukulnya sebanyak luka yang disebabkan semua orang kepadanya.

Ia melihat dirinya mencekik leher lelaki tua itu, dan siap mencabut nyawanya. Pada saat kejadian itu berlangsung, lelaki tua itu hanya tertawa dan tertawa.Kemudian, tiba-tiba bayangan penuh kemarahan itu pudar dan anak muda itu mulai menangis. Ia menutupi wajahnya dengan tangannya, dan menangis, air matanya mengucur deras dari tempat terdalam dirinya, kedukaan yang belum pernah ia pijak, bahkan ketika orangtuanya wafat. Sang lelaki tua itu berhenti tertawa. 

Ketika airmatanya menyusut, anak muda itu melihat ke arah pembimbingnya dan melihat muka bijak yang menenangkan kembali, tidak ada tawa pada wajah itu maupun ejekan. 
Sang pembimbing berkata, “Kau ingin membunuhku?”   
Anak muda itu membalas,”Ya, maafkan aku.”
Sang pembimbing berkata,”Jangan! Kau bertanya apakah neraka aku telah menunjukimu itu.
Anak muda itu melihat kebenaran dalam perkataan ini . Ia tidak pernah merasa lebih takut dan marah dalam hidupnya. “Tetapi apakah surga?”tanya anak muda itu.
Lelaki tua itu berjalan ke arah sang anak muda dan melingkarkan tangan di bahu anak muda tersebut. Keduanya berpelukan sangat erat.
“Ini, ujar lelaki tua itu, adalah surga.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar