30 Januari 2013

Tikus Kota dan Tikus Desa

Suatu hari seekor Tikus Kota pergi mengunjungi sepupunya yang tinggal di suatu desa. Walaupun mereka begitu berbeda, si Tikus Desa menyambut tamunya dengan antusias. Ditawarkannya makanan paling enak yang dia punya, kacang dan daging, keju dan roti, semuanya! Si Tikus Kota boleh mengambil yang mana saja sepuasnya.
Tikus Kota, dengan sedikit angkuh berkata kepada sepupunya, "Aku tidak bisa mengerti, Sepupu, bagaimana kamu dapat hidup dengan makanan yang buruk seperti ini, tapi tentu saja kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang lebih baik di desa. Bukankah begitu? Mari ikutlah aku dan aku akan menunjukkan kepadamu apa itu hidup yang sesungguhnya. Kalau kamu telah merasakan hidup di kota barang seminggu saja, aku yakin, kamu akan lupa pada kehidupanmu yang di desa sekarang  ini. Bahkan mungkin kamu akan bertanya-tanya bagaimana kamu pernah bisa hidup di desa. "

Tak lama kemudian, kedua tikus itu berangkat ke kota dan tiba di kediaman Si Tikus Kota larut malam.

"Kamu pasti lapar, Sepupuku, setelah perjalanan yang cukup panjang tadi. Mari kita menyegarkan diri sedikit," kata Tikus Kota dengan sopan, dan membawa temannya ke suatu ruang makan yang besar dan mewah. Di sana mereka menemukan sisa-sisa pesta, dan segera dua tikus itu memakan jeli dan kue yang semua enak sekali.

Tiba-tiba mereka mendengar ada yang menggeram dan menggonggong.
"Apa itu?" tanya Tikus Desa.
"Ah, hanya seekor anjing saja," jawab yang lain.
"Saja?!" teriak si Tikus Desa. "Aku tak suka musik jenis ini di acara makan malamku."

Tepat pada saat itu pintu terbuka, di datang dua ekor anjing penjaga besar, dan dua tikus itu segera turun dari meja dan berlari cepat menyelamatkan diri.

"Selamat tinggal, Sepupu," kata si Tikus Desa.
"Apa?! Pergi begitu cepat?" tanya yang lain.
"Ya," jawabnya, "Lebih baik kacang dan daging, namun disantap dengan damai daripada kue dan anggur dalam ketakutan." 
(Diterjemahkan secara bebas oleh Carolina Ratri, dari Dongeng Aesop)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar