Di
negeri Wales Selatan, di kota Aberdare, hiduplah seorang gadis kecil
bernama Georgia. Georgia sangat suka makan. Semua makanan dilahapnya.
Hingga, tubuhnya sangat gemuk. Bahkan Georgia sering memenangkan lomba
makan.
Anak-anak
memanggil Georgia sebagai “Si gemuk dari Selatan”. Tapi Georgia tidak
pernah menanggapi ledekan teman-temannya itu. Hingga suatu hari, ketika
teman sekolahnya yang bernama Will lupa membawa bekal dari rumah,
Georgia memberinya roti gandum dengan parutan keju dan mentega di
dalamnya.
Tetapi
Will malah marah dan berkata, “Aku tidak mau makan, makanan darimu!
Nanti aku akan berubah menjadi balon raksasa sepertimu!” ucapnya sambil
membuang roti gandum itu ke tanah, hingga rotinya menjadi kotor.
Georgia
sangat sedih mendapat perlakuan seperti itu, padahal dia berniat baik.
Tetapi yang membuatnya semakin sedih karena dia mendengar roti gandum
itu menangis.
“Roti gandum, kenapa kau menangis seperti itu? Suaramu sangat menyayat hati,” tanya Georgia pada roti gandum.
“Aku
sedih karena sekarang tubuhku kotor, tentu tidak ada yang mau memakanku
lagi. Padahal, kebahagiaan setiap makanan bila dimakan sampai tidak
bersisa,” jawab roti gandum dengan terisak-isak.
“Roti
gandum, jangan bersedih, aku akan memakanmu sampai habis,” janji
Georgia. Lalu dibersihkannya kotoran yang menempel pada roti gandum itu,
kemudian melahapnya.
Georgia
sering melihat teman-temannya menyisakan makanan, hingga Geogria selalu
mendengar mereka menangis. Georgia lalu mengumpulkan makanan-makanan
itu. Sebagian dimakannya, sebagaian ia berikan pada burung-burung,
kucing, atau binatang apapun disekitarnya yang terlihat kelaparan.
Karena itu para binatang sangat sayang pada Georgia.
Suatu
hari, pada pelajaran olahraga, Ibu Guru menyuruh anak-anak untuk
melakukan lompat atletik dengan melewati galah. Satu-satunya yang gagal
melewati galah hanyalah Georgia. Karena tubuhnya terlalu besar hingga
membuatnya sulit untuk meloncat. Melihat itu, teman-temannya malah
menertawakannya terbahak-bahak. Untuk pertama kalinya Georgia menyesali
keadaan dirinya.
“Ah,
andai aku memiliki tubuh yang kecil, tentu aku bisa terbang sebebas
burung. Mengelilingi negeri awan, dan bercanda dengan mentari.” Ucapnya
dalam hati.
Tapi
Georgia tidak bisa berhenti makan, tubuhnya masih saja terus bertambah
besar. Melihat itu, teman-temannya suka menjahili Georgia dengan
menyimpan cermin besar di meja belajarnya di sekolah. Setiap kali
Georgia melihat cermin itu, Ben, Will, dan Ricard akan meledeknya.
Kemudian Georgia akan menjerit dan menyesal setiap kali makan. Akhirnya,
Guru mereka, Irene, melerai Ben, Will, dan Ricard.
“Ben, Will, dan Ricard, kalian kemarilah,” ucap Guru Irene.
Ketika
Ben, Will, dan Ricard datang, diletakannya cermin besar di depan
mereka. Cermin itu adalah cermin yang biasa mereka simpan di meja
Georgia.
“Ben, Will, dan Ricard, apa yang kalian lihat di dalam cermin ketika Georgia bercermin di sana?” tanyanya lembut.
“Anak yang gemuk,” jawab Ben malu-malu.
“Georgia yang rakus,” jawab Will lantang.
“Rak … sasa,” jawab Ricard ragu-ragu.
“Hmmm … baiklah ... sekarang, apa yang kalian lihat ketika bercermin?” tanya Guru Irene lagi.
“Aku melihat diriku sendiri, Ben, dan juga Ricard,” jawab Will cepat.
“Aku juga sama Bu,” jawab Ben.
“Tentu saja hanya ada kami Bu,” jawab Ricard dengan suara pelan.
Ketiga anak itu nampak kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaan Guru Irene. Apa maksud ibu guru mereka itu?
“Kenapa
aku hanya melihat tiga anak jahil yang suka menjahati temannya sendiri.
Mereka tampak seperti nenek sihir yang jahat,” ucap Guru Irene yang
membuat Ben, Will, dan Ricard menjadi tersipu-sipu malu.
“Jika
kalian hanya melihat tampilan luar seseorang saja, maka orang lain pun
akan melihat hal yang sama pada diri kalian. Jika kalian hanya melihat
kekurangan seseorang, maka orang lain pun akan selalu mencari kekurangan
kalian,” jelas Guru Irene.
Ben,
Will, dan Ricard mengerti maksud guru mereka. Mereka lalu mendatangi
Georgia dan meminta maaf padanya. Setelah itu, mereka tidak pernah
meledek Georgia lagi, juga tidak menyimpan cermin di mejanya. Tetapi
Georgia sudah terlanjur benci bercermin. Dia membuang semua cermin yang
dimilikinya, hingga dia tidak usah bercermin lagi.
Georgia
menjadi anak yang pemurung, dia selalu tampak bersedih. Hingga suatu
malam yang cerah, Georgia terbangun dari tidurnya. Dia mendengar banyak
suara yang memanggilnya.
“Georgia, bangunlah ….” Begitulah suara-suara itu memanggilnya
Ketika
dia membuka mata, terlihat olehnya banyak makanan tersenyum padanya,
mereka bersayap dan bisa terbang. Georgia bahagia sekali melihat mereka.
“Wow … aku bertemu para peri makanan,” pikirnya.
“Akhirnya kau bangun juga Georgia, kami sudah lama menunggumu,” ucap wortel bersayap dengan suaranya yang indah seperti lonceng.
“Kami sudah tidak sabar mengajakmu pergi,” ucap Roti bersayap sambil menggenggam tangan Georgia lembut.
“Kalian akan membawaku pergi ke mana?” tanya Georgia.
“Ke negeri awan,” jawab sosis
terbang sambil tersenyum.
“Tapi aku tidak bisa terbang,”
kata Georgia
sedih.
Tiba-tiba dari langit masuklah
remah-remah makanan yang terbang masuk ke kamar Georgia
lewat jendela. Mereka semua bercahaya dan nampak cantik. Mereka lalu
mengelilingi Georgia.
“Georgia … Georgia
… ingatkah kamu pada kami? Kami adalah remah-remah makanan sisa yang selalu kamu
kumpulkan. Kami yang dibuang ini menjadi berharga untukmu. Karena kebaikanmu,
kami akan menghadiahkan sayap untukmu, agar kamu bisa terbang,” ucap
remah-remah makanan itu, mereka lalu berubah menjadi sayap di punggung Georgia.
Georgia
sangat bahagia, tubuhnya terasa sangat ringan dan kini dia bisa terbang. Georgia
terbang berputar-putar sambil tertawa.
“Terimakasih, peri-peri makanan,”
katanya.
“Georgia,
sekarang kita berangkat ke negeri awan. Bukankah kamu sangat ingin pergi
kesana?” tanya buah pisang terbang.
Mereka kemudian terbang ke negeri
awan. Terbang jauh ke langit. Iring-iringan nya terlihat seperti sekumpulan
bintang yang bersinar terang. Di negeri awan, mereka bermain bersama bintang
dan bulan. Dan kemudian, saat matahari datang sambil bernyanyi riang,
sekumpulan makanan terbang itu mengantar Georgia
kembali ke rumah.
Sebelum pergi sekumpulan
peri-peri makanan itu berkata, “Georgia,
berjanjilah untuk tidak bersedih lagi. Ketika kami bersedih, kamu selalu
berusaha membuat kami bahagia, karena itu, saat kamu bersedih, kami ingin
membuatmu bahagia. Ingatlah Georgia,
kami selalu menyayangimu.”
Hari itu, Georgia
sangat bahagia, karena dia tahu, saat dia tersenyum, teman-teman makanannya
tentu ikut merasa senang.
Suatu hari, Georgia
sakit dan tidak masuk sekolah. Ibunya membawa Georgia
ke dokter. Menurut dokter, Georgia
terkena penyakit kegemukan. Karena itu dia harus mengurangi porsi makannya. Georgia
sedih sekali, dia harus berpisah dengan kue-kue yang lezat itu, juga dengan
burger dan hotdog kesukaannya.
Sepulang dari dokter, ibunya
sangat membatasi makanannya. Tapi terkadang, saat ibunya tidak bisa
mengawasinya, Georgia
akan diam-diam makan banyak. Hingga berat badannya tidak juga menurun, hal itu
membuat tubuh Georgia
kian hari kian melemah.
Malam itu, sahabat-sahabat
makanannya datang kembali. Tapi ada yang aneh dengan mereka. Mereka semua
menangis. Georgia
sangat heran, dia lalu bertanya.
“Kenapa kalian semua menangis?
Adakah sesuatu yang buruk terjadi di negeri awan?”
“Georgia,
kami sangat sedih … sangat sedih …,” ucap para peri makanan.
“Kenapa?” tanya Georgia
lagi.
“Georgia,
kami sangat ingin membuatmu bahagia. Tapi, karena kami, sekarang kamu malah
sakit,” jelas peri makanan pisang.
“Iya, karena kami, badanmu
semakin lemah,” kata peri makanan roti.
“Kenapa karena kalian aku sakit?”
tanya Georgia
tidak mengerti.
“Georgia,
karena kamu makan terlalu banyak, kamu jatuh sakit,” jawab peri makanan wortel.
“Benar … benar,” sahut peri
makanan lain.
“Georgia,
makan itu baik, tetapi kita harus makan sesuai dengan kebutuhan gizi kita.
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” kata peri makanan sosis.
“Berarti aku harus kurus ya?”
tanya Georgia
lagi.
“Georgia,
kita tidak harus kurus, juga tidak harus gemuk. Tapi kita harus sehat. Sehat
itu tidak kurus juga tidak gemuk,” jawab peri makanan pisang.
“Malam ini, kami tidak bisa
menjadi sayapmu, karena badanmu terlalu lemah untuk terbang,” ucap para peri
remah makanan dengan wajah sendu. “Georgia,
memang kebahagiaan kami adalah ketika makanan tidak disisakan, tapi kami lebih
bahagia ketika kami bisa membuat tubuhmu sehat dan kuat. Itulah arti kami
sebenarnya di dalam tubuhmu,” tambah para peri remah makanan.
“Georgia,
maaf, kami tidak bisa menemuimu lagi …kami terlalu sedih. Maaf Georgia
… maaf Georgia
…,” ucap para peri makanan sambil terbang menjauh. Cahaya mereka terlihat
semakin meredup.
Georgia
sedih sekali, dia tidak ingin berpisah dengan teman-teman peri makanannya. Paginya,
Georgia sarapan
secukupnya, dia tidak mengambil makanan berlebihan. Begitupun ketika di
sekolah. Bahkan ketika Ben mengambil banyak makanan dan menyisakannya, Georgia
lalu memarahi Ben. Georgia,
mengambil buku kesayangan Ben lalu membuangnya ke tempat sampah. Ben kaget,
lalu menangis.
“Ben, pernahkah kamu mendengar
makanan menangis? Makanan akan sedih ketika mereka di buang. Seperti Ben yang
merasa sedih karena buku kesayanganmu aku buang.”
Setelah itu Ben, tidak pernah
menyisakan makanan lagi, malah dia selalu mengingatkan teman-teman yang lain
agar selalu menghabiskan makanannya.
Lalu bagaimana dengan Georgia?
Georgia
sekarang sudah tidak membenci cermin, karena cermin tidak bersalah, dia hanya
memperlihatkan dengan jujur apa yang dilihatnya. Georgia
tidak sedih dengan keadaan tubuhnya yang besar, karena memiliki tubuh besar
bukan berarti jelek, asalkan selalu sehat karena makanan yang dia makan sesuai
dengan kebutuhan gizi tubuhnya.
Georgia bahagia sekarang, karena dapat kembali bertemu dengan teman-teman perinya. Dan Georgia masih selalu mengumpulkan makanan sisa untuk dibagikan pada para binatang yang kelaparan. Hingga semua orang memanggil Georgia Si Peri Makanan yang baik hati. (Eva. S.R)
Georgia bahagia sekarang, karena dapat kembali bertemu dengan teman-teman perinya. Dan Georgia masih selalu mengumpulkan makanan sisa untuk dibagikan pada para binatang yang kelaparan. Hingga semua orang memanggil Georgia Si Peri Makanan yang baik hati. (Eva. S.R)
Sumber : http://blogdongenganak.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar