Queency demam, dgn kompresan di dahi |
Mengompres dengan air dingin di dahi tidak benar. Alih-alih
menurunkan panas, saraf peripheral malah bisa menciut.
Selama ini dahi penjadi titik perhatian untuk dikompres karena di bagian inilah panas terasa saat
diraba. Padahal seperti yang diungkapkan sejunlah dokter “Mempersiapkan Anak
menghadapi penyakit Selama Perubahan Musim” mengompres anak di dahi merupakan
tindakan yang salah.
“Jangan dikompres jidatnya karena di sana
tidak ada susunan saraf peripheral yang banyak seperti di bagian tubuh lain.”
ujar dr. Rachmat Sentika, Ketua Bidang Kesehatan Ibu dan Anak, Ikatan Dokter
Indonesia, Senin (2/7/2012); “Jika pengompresan salah maka turun panasnya
lama.”
Menurut dia pengompresan yang benar dilakukan di bagian
lipatan tubuh tertentu, seperti di kedua sisi leher di bawah telinga, kedua
sisi ketiak, kedua sisi selangkangan. Bagian-bagian itu merupakan lokasi yang
dipenuhi oleh susunan siste saraf peripheral.
Ia menjelaskan system saraf peripheral merupakan system
saraf yang terpisah dari otak dan tulang belakang, yang terdiri atas saraf
motorik dan saraf sensorik, akar saraf, saraf pleksus, serta peripheral iru
sendiri. Saraf peripheral inilah yang dapat merasakan rasa panas atau dingin.
Selain bagian tubuh yang tepat untuk dikompres, jenis air
untuk mengompres harus diperhatikan: Jangan mengompres badan anak yang panas
dengan air es atau air dingin, gunakanlah air hangat.
Cara terbaik dalam mengompres juga tak hanya menempelkan
handuk yang direndam air hangat. Agar lebih cepat menurunkan panas, kain
pengompres perlu disekakan secara perlahan baik di bagian lipatan atau seluruh
tubuh. Dengan begitu kulit di pori-pori ikut terbuka dan mengeluarkan keringat
untuk menurunkan panas.
Bila panas anak tak kunjung turun dengan pengompresan,
berikanlah obat penurun panas sesuai dosis yang dianjurkan. Anak juga perlu
diberi cukup air mineral agar tidak kehilangan cairan tubuh saat demam melanda.
Bila panas belum kunjung turun juga dalam beberapa hari, sebaiknya segera bawa
ke dokter.
Sumber : Koran Tempo, Rabu 4 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar