Dalam serial buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki sering menyatakan bahwa bisnis MLM merupakan sekolah bisnis yang sangat bagus untuk dimasuki oleh setiap orang yang ingin maju secara finansial. Sementara dalam sebuah wawancara, Andrias Harefa, penulis buku-buku bestseller, juga menyatakan bahwa bisnis MLM merupakan salah satu wadah pembelajaran kewirausahaan yang sangat bagus bagi generasi muda. Pendek kata, MLM dapat diposisikan sebagai sebuah Sekolah Kehidupan.
Pandangan-pandangan di atas tidak mengada-ada sama sekali. Bisnis MLM memang menawarkan rangakaian proses pembelajaran yang mungkin tidak akan ditemui di tempat lain. Dalam bisnis ini, orang benar-benar ditantang untuk melakukan proses pengembangan diri semaksimal mungkin. Jika tidak mampu menjalani proses tersebut, maka bisa dipastikan keikutsertaan seseorang di bisnis ini akan seumur jagung saja.
Dalam proses pembelajaran di bisnis MLM, salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan adalah membangun kebiasaan-kebiasaan unggul. Kebiasaan unggul ini bisa didapat dari berbagai pengalaman langsung di lapangan, atau dari proses penalaran dan pengembangan yang sinergis antara pengalaman sendiri dengan pengalaman orang lain.
Hampir semua top leader MLM menjadikan pengalaman sendiri sebagai salah satu sumber utama strategi pengembangan bisnisnya. Namun, tak jarang pula pengalaman dari sumber-sumber luar juga menjadi inspirasi dan menjadi sangat membantu pengembangan bisnis.
Sukses para top leader MLM sejatinya berasal dari kebiasaan-kebiasaan mereka yang positif dan unggul. Kebiasaan itu dipupuk dan dikembangkan selama bertahun-tahun sampai sungguh-sungguh menampakkan hasil. Semisal, kebiasaan dalam hal merekrut secara rutin para member atau calon leader baru, kebiasaan berpikir sebagai seorang pemenang, kebiasaan mengatasi masalah dengan kebijaksanaan seorang pemimpin sejati, kebiasaan mengembangkan keterampilan dan potensi diri, dll.
Nah, bagi seorang pemula di bisnis ini, tugas yang sama juga harus dilakukan, yaitu membangun kebiasaan unggul sebagaimana juga dilakukan oleh sponsor atau upline leader mereka. Pada prinsipnya, keseluruhan prinsip yang diulas dalam rubrik ini adalah hal-hal yang sifatnya mendasar dan perlu dijadikan sebagai kebiasaan sukses seorang distributor MLM. Namun, tetap ada yang namanya kebiasaan “biasa” serta kebiasaan yang sifatnya “unggul”.
Lalu, apa itu kebiasaan “biasa” dan kebiasaan “unggul”? Kebiasaan “biasa” sebenarnya merujuk kepada prinsip-prinsip mendasar, yang pastinya wajib dijalankan atau dikuasai. Kebiasaan “biasa” di sini tidak bisa diartikan sebagai kebiasaan yang tidak istimewa atau kurang bernilai. Sebaliknya, kebiasaan “biasa” adalah kebiasaan standar yang menjadi basic dari kesuksesan. Kebiasaan “biasa” yang standar itu sama pentingnya dengan kebiasaan “unggul”, karena kebiasaan-kebiasaan itu juga menjadi fondasi kesuksesan.
Sementara kebiasaan “unggul” bisa diartikan sebagai kebiasaan khusus yang diyakini bisa mempercepat, memperkuat, dan melestarikan kesuksesan seorang leader MLM. Merekrut member baru itu adalah kebiasaan yang “biasa”. Mengapa? Karena ini merupakan standar aktivitas yang harus dilakukan oleh setiap distributor untuk mengembangkan sebuah grup MLM. Nah, kebiasaan merekrut itu baru disebut unggul bila diarahkan pada hasil rekrut yang sangat berkualitas, serta mampu melahirkan para calon leader baru.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar