28 Juni 2011

Sekolah Formal

http://t1.static.com

Ada banyak alasan bagi kita untuk mempersoalkan pendidikan formal. Hasil di depan mata yang terlihat ; setiap hari Sabtu anak-anak sekolah jadwal rutinnya, tawuran antarsekolah, menyalahgunakan obat terlarang, penyimpangan seksual,  dan lain sebagainya. Ini pertanda buruknya pendidikan formal yang kita bangga-banggakan.  




Ivan Illich dan Paolo Freire mengkritik dengan pedas bahwa sekolah (formal) menjadikan siswa seperti robot karena kurangnya mereka dilatih untuk memberi respon yang kreatif. 

Sekolah memasung kebebasan, kreatifitas, serta membunuh daya pikir anak. Misalnya : Soal ujian dibuat lebih banyak menuntut siswa hanya menjawab benar atau salah, metode lain menjawab soal dengan pilihan ganda; asal siswa memakai baju berkancing empat, tebak saja jawaban seperti menebak buah manggis. 

Kurikulum yang gonta ganti, tiap ganti mentri ; masih bersifat sentralistik, terlalu banyak mengatur ini boleh, itu tidak boleh , ini berguna, itu tidak berguna. sehingga guru dan birokrasi pendidikan kita menjadi sebelas duabelas (sama saja); saling memengaruhi untuk menumbuhkan budaya kepatuhan melulu tanpa inovasi yang berarti. 

Kritik lain juga menyebutkan bahwa pendidikan dengan pola sekolah (formal),  sama dengan industri  yang bak sebuah mesin, memperlakukan anak-anak sebagai bahan baku yang siap dicetak menjadi orang yang hanya siap bekerja di pabrik.  

Guru menganggap siswa sebagai tahanan atau pekerja yang harus selalu ditekan untuk belajar dan belajar, tetapi bukan mendidik. Jika guru sakit, berhalangan hadir; murud-murid bahagia, sebab metode yang diajarkan membosankan: apapun pelajarannya tetap ceramah! Sedangkan ujian hanya menagih daya ingat, tak peduli siswa benar-benar paham atau sekedar hapal lapisan kulit saja. :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar