LIWA, KOMPAS.com — Seorang ayah di Lampung Barat bernama Asri M (45) memiliki 19 anak dari satu istri, Marsiah. Dia pun mengeluh tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan formal.
"Dari 19 orang anak saya, tidak satu pun yang sekolah karena ketiadaan biaya serta lokasi sekolah yang jauh," kata Asri di Pekon (Desa) Puralaksana, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, sekitar 330 kilometer dari Bandar Lampung, Kamis (23/9/2010).
Ia menjelaskan, sebagai buruh tani, penghasilannya sangat minim, yaitu Rp 25.000 per hari, dan untuk makan sehari-hari saja tidak mencukupi. "Selain masalah ekonomi, jarak sekolah ke rumah saya sangat jauh, butuh dua jam perjalanan. Keadaan jalan yang buruk membuat saya tidak memperbolehkan anak saya sekolah," ujarnya.
Ia menyatakan, keadaan ekonomi memaksanya tidak menyekolahkan anak-anak. "Sebenarnya saya tidak tega melakukan ini, tetapi mau bagaimana lagi. Ada yang ingin mengadopsi anak saya, tetapi tidak dibolehkan," tegasnya.
Asri mengaku menikah di usia sangat muda, yaitu 15 tahun, dan sang istri 14 tahun. Kini, masing-masing berumur 45 tahun dan 43 tahun. Kondisi tempat tinggal mereka sangat memprihatinkan. Rumahnya yang berukuran 3 meter x 2,5 meter dan berlantai tanah itu harus dihuni 23 anggota keluarga, bahkan dalam satu kamar ditiduri sekitar 12 anak-anak.
Usia anak pertama pasangan ini sekitar 19 tahun dan yang paling bungsu berusia empat bulan. Anak pertama mereka berstatus janda dan memiliki dua anak yang masih berumur 4 tahun dan 2 tahun.
Sumber : Kompas, Jumat, 24 Septrember 2010
Dari 19 orang anak saya, tidak satu pun yang sekolah karena ketiadaan biaya serta lokasi sekolah yang jauh.
-- M Asri, warga Lampung Barat
"Dari 19 orang anak saya, tidak satu pun yang sekolah karena ketiadaan biaya serta lokasi sekolah yang jauh," kata Asri di Pekon (Desa) Puralaksana, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, sekitar 330 kilometer dari Bandar Lampung, Kamis (23/9/2010).
Ia menjelaskan, sebagai buruh tani, penghasilannya sangat minim, yaitu Rp 25.000 per hari, dan untuk makan sehari-hari saja tidak mencukupi. "Selain masalah ekonomi, jarak sekolah ke rumah saya sangat jauh, butuh dua jam perjalanan. Keadaan jalan yang buruk membuat saya tidak memperbolehkan anak saya sekolah," ujarnya.
Ia menyatakan, keadaan ekonomi memaksanya tidak menyekolahkan anak-anak. "Sebenarnya saya tidak tega melakukan ini, tetapi mau bagaimana lagi. Ada yang ingin mengadopsi anak saya, tetapi tidak dibolehkan," tegasnya.
Asri mengaku menikah di usia sangat muda, yaitu 15 tahun, dan sang istri 14 tahun. Kini, masing-masing berumur 45 tahun dan 43 tahun. Kondisi tempat tinggal mereka sangat memprihatinkan. Rumahnya yang berukuran 3 meter x 2,5 meter dan berlantai tanah itu harus dihuni 23 anggota keluarga, bahkan dalam satu kamar ditiduri sekitar 12 anak-anak.
Usia anak pertama pasangan ini sekitar 19 tahun dan yang paling bungsu berusia empat bulan. Anak pertama mereka berstatus janda dan memiliki dua anak yang masih berumur 4 tahun dan 2 tahun.
Sumber : Kompas, Jumat, 24 Septrember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar