"Apakah tidak terlalu cepat mengajari anak batita belajar membaca?" Kalau yang Anda maksud adalah membaca koran, ya tentu saja terlalu cepat. Tapi kalau untuk tujuan menumbuhkan cinta baca sekaligus mengajarinya mengenal huruf, maka jawabannya adalah tidak. Justru, usia batita adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk dikenalkan pada huruf dan kata serta ditumbuhkan keinginan bacanya.
Meski demikian, syarat dan ketentuan berlaku di sini, yaitu:
Meski demikian, syarat dan ketentuan berlaku di sini, yaitu:
* Ajarkan membaca dengan cara yang menyenangkan, bukan seperti belajar membaca di SD.
* Jangan paksa anak, kalau sudah terlihat bosan segera hentikan.
* Jangan pasang target-target tertentu, seperti sekian bulan sudah hafal sekian huruf dan seterusnya.
* Berikan contoh langsung, anak yang tumbuh dari keluarga suka membaca lebih mudah mencintai kegiatan baca.
5 LANGKAH MUDAH
Dengan kondisi menyenangkan tanpa target, inilah yang dapat Anda lakukan:
1. Memasang karpet huruf
Pasanglah karpet huruf di kamar anak. Saat ini banyak tersedia karpet dengan motif huruf serta gambar-gambar menarik yang terbuat dari bahan karet yang bisa dilepas-lepas ataupun bahan wol. Dengan demikian setiap hari, tanpa disadari anak akrab dengan berbagai bentuk huruf. Orangtua sambil lalu bisa mengajarkan pada anak, "Ayo, Nak, pakai bajumu sambil berdiri di atas huruf ‘B’, ya," sambil tunjukkan tempat di mana anak harus berdiri. "Kalau mau dikucir rambutnya duduk di atas huruf ‘R’," dan seterusnya.
Catatan:
Bila anak alergi karet, orangtua bisa menggantinya dengan wallpaper huruf.
2. Tempel nama
Tempelkan nama anak di pintu kamar atau lemarinya. Misal, ECHA, dengan huruf kapital besar dan warna mencolok. Orangtua juga bisa memesankan grafir nama anak dari kayu ataupun busa yang kini banyak dijual di pusat perbelanjaan. Dengan melihat tulisan namanya setiap hari, si kecil akan hafal huruf-huruf tertentu sehingga ia tidak kaget saat belajar mengeja namanya. Supaya terbiasa bisa juga ditempel tulisan, contohnya "toilet", "dapur", "kamar", "telepon" di pintu-pintu ruangan atau benda yang dimaksud.
Catatan:
Buat tulisan dalam huruf kapital besar dan beri warna berbeda untuk tiap hurufnya agar menarik. Selain itu warna yang berbeda sekaligus bisa digunakan untuk latihan mengenal warna. "Coba tebak yang huruf C warnanya apa?"
3. Ada huruf di mana-mana
Kalau anak terlihat mulai asyik belajar mengenal huruf, orangtua bisa menempel huruf di tempat-tempat yang mudah terlihat. Misal, di lemari, pintu kulkas, dinding, kursi, buku dongengnya, dan sebagainya. Contohkan bagaimana melafalkan huruf-huruf tersebut. Metode ini diharapkan mempermudah anak dalam belajar bunyi-bunyian huruf karena ia sudah mengenal bentuk huruf sebelumnya.
4. Kartu bergambar
Saat ini kartu bergambar untuk mengenalkan huruf pada anak banyak dijual di pasaran. Bahkan nakita pun pernah memberikan bonus kartu seperti ini beberapa nomor yang lalu. Biasanya kartu baca itu berukuran 8x10cm, dengan gambar tertentu disertai tulisan di bawahnya. Contoh, gambar buah apel dengan tulisan APEL di bawahnya. Cara bermainnya cukup mudah, tunjukkan beberapa kartu supaya anak ingat. Lakukan dengan cara menyenangkan, misalnya menyelipkannya di antara kegiatan bermain. Setelah beberapa hari, coba tanyakan, "Carikan Mama kartu APEL dong!" Biarkan anak memilih satu di antara beberapa (2-3) kartu di depannya.
Catatan:
Kalau anak belum bisa menunjukkan kartu yang dimaksud atau masih salah, biarkan saja. Jangan memarahi atau memaksanya. Lakukan terus tanpa beban/target.
5. Lagu-lagu
Beberapa lagu memang dibuat untuk mengajarkan kenal huruf pada anak. Umpama, lagu A-B-C. Nyanyikan lagu itu sambil bermain atau setelkan CD-nya saat bermain bersama anak. Lama-lama anak akan hafal karena sering menirukan bunyinya.
BUATKAN BUKU
Setelah perbendaharaan huruf/kata anak agak banyak, coba buatkan buku khusus untuknya.
Bahan yang dibutuhkan:
Kertas karton, cetakan/tulisan print tulisan huruf/kata yang sudah dikenalnya, potongan gambar-gambar menarik/foto-foto
Cara membuat:
1. Rancang sebuah cerita yang di dalamnya ada huruf/kata yang sudah dikenal anak.
2. Cetak/tulis huruf/kata yang sudah dikenal anak dengan warna-warna menarik.
3. Tulis cerita itu di atas karton dengan menyelipkan huruf/kata yang sudah dikenal anak. Contoh: "Hari ini ECHA makan APEL yang disimpan MAMA dalam LEMARI. Sambil makan, ECHA duduk di atas KURSI B. APEL-nya manis."
4. Tempelkan potongan gambar/foto-foto yang menarik untuk menghiasi "bukunya".
5. Perhatikan ekspresi anak, bagaimana senangnya ia karena sudah bisa "membaca".
COBA TERUS
Ada kalanya anak akan menolak melanjutkan belajar "membaca". Kalau penolakan itu ditunjukkan sejak awal, bisa jadi ia memang belum tertarik pada huruf atau cara yang digunakan kurang menarik. Tak masalah, coba saja terus sambil bermain. Tapi kalau awalnya anak mau kemudian menolak, bisa jadi anak sedang bosan dengan metode tertentu atau cara pengenalan huruf yang diterapkan tidak menarik lagi baginya. Bila ini yang terjadi, ubah cara belajarnya. Contoh, kalau sebelumnya bermain dengan kartu, sekarang minta anak mewarnai gambar huruf dan seterusnya.
Kebosanan bisa juga disebabkan anak sudah mengenal hampir semua huruf. Bila hal ini terjadi, tingkatkan kesulitannya dengan mengajak anak memasangkan huruf mati dengan huruf hidup seperti "ma"/"MA" dan "pa"/"PA". Hal penting yang perlu diingat, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda dalam menyerap informasi baru. Bersabarlah jika anak membutuhkan waktu lama untuk mengenal huruf. Yang penting anak dapat mengenal huruf saat mulai bersekolah sehingga mempermudah dirinya mengikuti aktivitas di kelas.
MENGHINDARI KEBOSANAN
* Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bebas dari tekanan.
* Hindari memaksa anak untuk mengikuti metode belajar tertentu. Ada baiknya orangtua mengobservasi minat anak, kemudian mengenalkan huruf melalui kegiatan yang diminati oleh anak. Pembelajaran akan lebih mudah diserap bila dilakukan melalui kegiatan yang disenangi.
* Variasikan cara pengenalan huruf untuk mencegah kebosanan. Memperkenalkan huruf kepada si kecil tidak perlu memakan biaya besar. Gambar-gambar di kalendar bekas pun dapat digunakan untuk membuat kartu bergambar atau buku gambar anak.
* Hindari memaparkan anak terus-menerus pada kegiatan pengenalan huruf. Dikhawatirkan anak menjadi bosan sehingga menolak belajar huruf di sekolah kelak.
Dengan kondisi menyenangkan tanpa target, inilah yang dapat Anda lakukan:
1. Memasang karpet huruf
Pasanglah karpet huruf di kamar anak. Saat ini banyak tersedia karpet dengan motif huruf serta gambar-gambar menarik yang terbuat dari bahan karet yang bisa dilepas-lepas ataupun bahan wol. Dengan demikian setiap hari, tanpa disadari anak akrab dengan berbagai bentuk huruf. Orangtua sambil lalu bisa mengajarkan pada anak, "Ayo, Nak, pakai bajumu sambil berdiri di atas huruf ‘B’, ya," sambil tunjukkan tempat di mana anak harus berdiri. "Kalau mau dikucir rambutnya duduk di atas huruf ‘R’," dan seterusnya.
Catatan:
Bila anak alergi karet, orangtua bisa menggantinya dengan wallpaper huruf.
2. Tempel nama
Tempelkan nama anak di pintu kamar atau lemarinya. Misal, ECHA, dengan huruf kapital besar dan warna mencolok. Orangtua juga bisa memesankan grafir nama anak dari kayu ataupun busa yang kini banyak dijual di pusat perbelanjaan. Dengan melihat tulisan namanya setiap hari, si kecil akan hafal huruf-huruf tertentu sehingga ia tidak kaget saat belajar mengeja namanya. Supaya terbiasa bisa juga ditempel tulisan, contohnya "toilet", "dapur", "kamar", "telepon" di pintu-pintu ruangan atau benda yang dimaksud.
Catatan:
Buat tulisan dalam huruf kapital besar dan beri warna berbeda untuk tiap hurufnya agar menarik. Selain itu warna yang berbeda sekaligus bisa digunakan untuk latihan mengenal warna. "Coba tebak yang huruf C warnanya apa?"
3. Ada huruf di mana-mana
Kalau anak terlihat mulai asyik belajar mengenal huruf, orangtua bisa menempel huruf di tempat-tempat yang mudah terlihat. Misal, di lemari, pintu kulkas, dinding, kursi, buku dongengnya, dan sebagainya. Contohkan bagaimana melafalkan huruf-huruf tersebut. Metode ini diharapkan mempermudah anak dalam belajar bunyi-bunyian huruf karena ia sudah mengenal bentuk huruf sebelumnya.
Catatan:
Jangan sekadar dijadikan pajangan, tapi gunakan tempelan tulisan itu sambil bermain, misalnya, "Hari ini Adek mau duduk di kursi apa?" "Oh, kursi B? Oke, kemarin di kursi D, sekarang di kursi B."
Jangan sekadar dijadikan pajangan, tapi gunakan tempelan tulisan itu sambil bermain, misalnya, "Hari ini Adek mau duduk di kursi apa?" "Oh, kursi B? Oke, kemarin di kursi D, sekarang di kursi B."
4. Kartu bergambar
Saat ini kartu bergambar untuk mengenalkan huruf pada anak banyak dijual di pasaran. Bahkan nakita pun pernah memberikan bonus kartu seperti ini beberapa nomor yang lalu. Biasanya kartu baca itu berukuran 8x10cm, dengan gambar tertentu disertai tulisan di bawahnya. Contoh, gambar buah apel dengan tulisan APEL di bawahnya. Cara bermainnya cukup mudah, tunjukkan beberapa kartu supaya anak ingat. Lakukan dengan cara menyenangkan, misalnya menyelipkannya di antara kegiatan bermain. Setelah beberapa hari, coba tanyakan, "Carikan Mama kartu APEL dong!" Biarkan anak memilih satu di antara beberapa (2-3) kartu di depannya.
Catatan:
Kalau anak belum bisa menunjukkan kartu yang dimaksud atau masih salah, biarkan saja. Jangan memarahi atau memaksanya. Lakukan terus tanpa beban/target.
5. Lagu-lagu
Beberapa lagu memang dibuat untuk mengajarkan kenal huruf pada anak. Umpama, lagu A-B-C. Nyanyikan lagu itu sambil bermain atau setelkan CD-nya saat bermain bersama anak. Lama-lama anak akan hafal karena sering menirukan bunyinya.
BUATKAN BUKU
Setelah perbendaharaan huruf/kata anak agak banyak, coba buatkan buku khusus untuknya.
Bahan yang dibutuhkan:
Kertas karton, cetakan/tulisan print tulisan huruf/kata yang sudah dikenalnya, potongan gambar-gambar menarik/foto-foto
Cara membuat:
1. Rancang sebuah cerita yang di dalamnya ada huruf/kata yang sudah dikenal anak.
2. Cetak/tulis huruf/kata yang sudah dikenal anak dengan warna-warna menarik.
3. Tulis cerita itu di atas karton dengan menyelipkan huruf/kata yang sudah dikenal anak. Contoh: "Hari ini ECHA makan APEL yang disimpan MAMA dalam LEMARI. Sambil makan, ECHA duduk di atas KURSI B. APEL-nya manis."
4. Tempelkan potongan gambar/foto-foto yang menarik untuk menghiasi "bukunya".
5. Perhatikan ekspresi anak, bagaimana senangnya ia karena sudah bisa "membaca".
COBA TERUS
Ada kalanya anak akan menolak melanjutkan belajar "membaca". Kalau penolakan itu ditunjukkan sejak awal, bisa jadi ia memang belum tertarik pada huruf atau cara yang digunakan kurang menarik. Tak masalah, coba saja terus sambil bermain. Tapi kalau awalnya anak mau kemudian menolak, bisa jadi anak sedang bosan dengan metode tertentu atau cara pengenalan huruf yang diterapkan tidak menarik lagi baginya. Bila ini yang terjadi, ubah cara belajarnya. Contoh, kalau sebelumnya bermain dengan kartu, sekarang minta anak mewarnai gambar huruf dan seterusnya.
Kebosanan bisa juga disebabkan anak sudah mengenal hampir semua huruf. Bila hal ini terjadi, tingkatkan kesulitannya dengan mengajak anak memasangkan huruf mati dengan huruf hidup seperti "ma"/"MA" dan "pa"/"PA". Hal penting yang perlu diingat, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda dalam menyerap informasi baru. Bersabarlah jika anak membutuhkan waktu lama untuk mengenal huruf. Yang penting anak dapat mengenal huruf saat mulai bersekolah sehingga mempermudah dirinya mengikuti aktivitas di kelas.
MENGHINDARI KEBOSANAN
* Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bebas dari tekanan.
* Hindari memaksa anak untuk mengikuti metode belajar tertentu. Ada baiknya orangtua mengobservasi minat anak, kemudian mengenalkan huruf melalui kegiatan yang diminati oleh anak. Pembelajaran akan lebih mudah diserap bila dilakukan melalui kegiatan yang disenangi.
* Variasikan cara pengenalan huruf untuk mencegah kebosanan. Memperkenalkan huruf kepada si kecil tidak perlu memakan biaya besar. Gambar-gambar di kalendar bekas pun dapat digunakan untuk membuat kartu bergambar atau buku gambar anak.
* Hindari memaparkan anak terus-menerus pada kegiatan pengenalan huruf. Dikhawatirkan anak menjadi bosan sehingga menolak belajar huruf di sekolah kelak.
Marfuah Panji Astuti.
Narasumber:
Sali Rahadi Asih, M. Psi.,
Master of Grief and Palliative Care Counseling Candidate, the University of Adelaide
BELAJAR MEMBACA LEWAT LAGU
BalasHapusadalah sebuah penemuan baru yang luar biasa...mudah dan menyenangkan!
dapatkan lagu2nya di:
http://www.lagu2anak.blogspot.com (klik ID saya, ZEPE di atas)
klik
contoh lagu saya ada di:
http://www.facebook.com/home.php?#!/video/video.php?v=130134560360182
Makasih Pak Heru....
BalasHapus