29 April 2010

Boikot Ujian Nasional, Surat dari Seorang Siswa SMP

Saya dapat tulisan ini dari seorang anak setelah selesai menjalankan UN SMP. Tadinya saya hanya membagi pada beberapa kawan, untuk menjaga keselamatan anak ini, tapi sekarang saya pikir kita semua, para guru, orang tua dan calon orang tua, perlu membacanya. Inilah, saya kutip lengkap, hanya menghilangkan nama orang dan nama sekolahnya saja.

Saya A, murid kelas 9 di Sekolah X. Saya baru saja selesai mengikuti UN hari ini, saya melaksanakan UN di Sekolah Y. Insya Allah, saya melaksanakan UN dengan baik karena saya telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dan saya berharap semoga Allah memberikan yang terbaik pula untuk saya, agar saya lulus dangan nilai yang baik, Amiin.


Selama saya mengikuti UN di sekolah Y ada sesuatu yang membuat saya dan teman saya merasa geram, yaitu ulah para murid SMP itu yang berlaku curang dalam mengerjakan soal UN. Mereka mendapat kunci jawaban semua mata pelajaran UN,mereka mendapatkan kunci jawaban itu dari guru mereka sendiri. Hal itulah yang membuat saya menjadi semakin geram. Entah apa yang dipikirkan oleh guru mereka itu, sehingga memberikan kunci jawaban soal UN pada murid-muridnya. Dan bagisaya itu adalah ajaran moral yang sangat buruk dari seorang guru, karena seharusnya seorang guru itu mengarahkan murid-muridnya pada yang benar, bukan malah memberikan kesempatan pada muridnya untuk berlaku curang. Apa yang akanterjadi nanti pada anak-anak bangsa jika ada guru seperti itu yang tetap dibiarkan?


Pada hari-hari pelaksanaan UN itu, saya dan teman saya selalu melihat murid-murid SMP itu sibuk menuliskan kunci jawaban setiap pagi sebelum UN dimulai. Bahkan, di hari pertama UN, salah satu dari mereka sempat menawarkan kunci jawaban soal bahasa.Indonesia pada teman saya, B. tapi ketika B menolak tawaran itu, dia malah menjawab kalau kunci jawaban itu didapatkan dari guru mereka sendiri, jadi tidak ada masalah. Jawaban itu sungguh membuat saya terheran-heran dan juga marah, tapi apa yang bisa saya lakukan?. Pada hari ketiga UN pun saya sempat ditawari kunci jawaban soal matematika oleh salah satu dari mereka, tapi
saya menolak dengan cara yang baik.


Kemudian saya mencoba untuk menanyakan pada dia mengenai kunci jawaban itu dan saya mendapatkan jawaban yang sebelumnya tak terpikirkan oleh saya. Dia bilang, ia mendapatkan kunci jawaban itu dari gurunya sendiri, dan guru mereka berpesan, jika di antara mereka ada yang ketahuan mendapat kunci jawaban, mereka diminta untuk menjawab kalau mereka mendapatkan kunci jawaban itu dari sekolah lain, karena jika mereka menjawab kalau mereka mendapat kunci jawaban itu dari guru mereka sendiri, guru itu takut dipecat.


Oh, sungguh jawaban yang membuat saya terkejut saat itu. Banyak sekali cara mereka menyembunyikan kunci jawaban itu ketika UN berlangsung, di antaranya ada yang menuliskan kunci jawaban di sepotong kertas kecil, diatas papan jalar, di atas meja, di dalam kaos kaki, dan masih banyak cara mereka yang lain.


Melihat semua itu membuat saya marah, bahkan membuat saya takut pada Allah karena saya tidak bisa melakukan apa-apa disaat saya menyaksikan itu semua. Tapi, kenapa mereka yang melakukan hal itu tidak punya rasa takut pada Allah? dan kenapa guru mereka justru menjerumuskan mereka pada yang perbuatan yang
salah?. Entah apa yang ada di pikiran mereka.


Saya tidak suka melihat semua itu dan saya tidak terima jika mereka diluluskan, karena mereka menjawab soal UN itu dengan tidak jujur. Seharusnya mereka mengerjakan soa-soal itu sendiri dengan usaha dan kemampuan mereka sendiri, bukan dikerjakan dengan mengandalkan sebuah contekan kunci jawaban yang diberikan oleh guru mereka itu. Dan seharusnya mereka juga percaya dengan kemampuan mereka sendiri, kalaupun mereka tidak lulus, tapi setidaknya mereka telah jujur, karena kujujuran lebih mahal dari segalanya.


Saya dan teman saya pun begitu, karena kita telah diajarkan oleh guru kita di sekolah kita untuk selalu jujur dalam segala hal. Dalam mengerjakan soal UN pun kita harus tetap jujur dan untuk selanjutnya kita tinggal bertawakal kepada Allah dengan segala keputusan-Nya pada akhirnya, karena apapun yang diberikan Allah pada kita, itu pasti yang terbaik untuk kita.


Saya berharap kasus ini ditangani dengan baik, karena saya tidak ingin kejadian ini kembali terulang di tahun-tahun selanjutnya. Apa yang akan terjadi di Indonesia jika semua itu dibiarkan saja? dan bagaimana kualitas orang-orang di Indonesia nanti jika itu tetap dibiarkan?

Nah, beritahu saya apa pendapat teman-teman semua setelah membaca surat ini.

Salam,
Bobby Prabawa






1 komentar: