18 Mei 2009

Perjalanan Sebuah Naskah Menjadi Buku

Orang yang menulis buku adalah orang yang tahu segalanya atau tidak tahu apa-apa, dan karena orang yang tahu segalanya, takkan pernah ada, maka setiap orang yang menulis itu tidak tahu apa-apa. (Milan Kundera)

Menjadi editor bukanlah pekerjaan impian yang dicita-citakan orang tua terhadap anaknya atau sesuatu yang diinginkan anak-anak ketika dewasa nanti. Dalam karnaval 17 Agustusan, di kampung-kampung tidak ada orang anak-anak yang memerankan sosok editor.



Anak-anak lebih tertarik untuk menjadi tentara, dokter, perawat, jago silat, polisi, dan lain sebagainya…kecuali editor.

Editor adalah orang yang kerjanya memperbaiki kalimat orang lain, memeriksa apakah semua informasi dalam sebuah buku sudah 100% benar, memeriksa ejaan dan memberi saran tentang desain isi sebuah buku. Itulah garis besar pekerjaan seorang editor.

Ngedit buku itu mudah, mirip menyeduh secangkir capucinno. Sobek bungkusnya kopinya, lalu tuangkan air panas ke gelas, lalu aduk-aduk 18 kali, beberapa detik kemudian secangkir capucinno siap diminum. Glek..glek..glek...

Itu kondisinya jika naskah yang diedit lengkap dan sesuai kurikulum. Tapi kebanyakan naskah yang diedit tidak sesuai dengan kurikulum dan jauh dari kata lengkap.

Buku sekolah adalah plagiat yang dibenarkan atas nama pendidikan. Jadi penyusunan buku sekolah pada umumnya dibuat secara tergesa-gesa dan kurang lengkap.
Naskah yang buruk adalah peluang editor untuk belajar menjadi penulis…tetapi sungguh merepotkan menghadapi naskah yang demikian.

Siklus perjalanan sebuah naskah adalah sebagai berikut

1. Naskah
2. Koordinator
3. Editor
Memastikan semua informasi benar
Mengecek ejaan
Menyarankan desain isi buku
Mencari gambar
4. Desain ini
5. Kepala Penerbitan
6. Blueprint
7. Cetak
8. Toko Buku
9. Pembaca

Semoga pembaca, menjadi sedikit paham tentang perjalanan sebuah naskah menjadi buku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar