16 Januari 2009

Ayahku Mirip Harimau

17 Januari 2009
Ayahku Mirip Harimau
(Dikirimkan buat tabloid Nakita)

“Anak-anak adalah pesan bahwa Tuhan belum jera pada manusia.
Mereka symbol eksistensi manusia di muka bumi. Generasi penerus kita”. (Tagore)

Untuk mengenali gambaran ayah yang ideal, kita perlu mengenali perilaku “ayah yang buruk”. Di dunia ini tidak ada orang yang lebih bijaksana hanya karena ia lebih tua. Jika Anda membaca artikel ini, Anda pasti melihat diri Anda bukan jenis ayah harimau. Akan tetapi semua pria mudah terjebak dan menerapkan perilaku buruk sebagai ayah. Jerrold Lee Shapiro, Ph.D. dalam bukunya The Good Father : Kiat Lengkap Menjadi Ayah Teladan menjabarkan beberapa perilaku ayah yang buruk, diantaranya sebagai berikut.

1.Ketidakhadiran secara fisik
Ketidakhadiran sosok ayah secara berkepanjangan bisa menyebabkan anak-anak mengembangkan perasaan takut diabaikan. Sejumlah pria yang kini menjadi ayah menceritakan pengalaman mereka tidak pernah bertemu dengan ayahnya, karena si ayah sedang menjalani tugas militer atau beberapa anak kehilangan kasih sayang ayahnya karena si ayah di penjara dan ada juga ayah yang gila kerja (workaholic), ia lebih peduli kemajuan karirnya daripada menyaksikan perkembangan anak-anaknya.

2.Ketidakhadiran secara emosional
Ketidakhadiran sosok ayah secara emosional lebih sering terjadi dan lebih merusak keluarga daripada ketidakhadiran secara fisik. Menemani anak Anda sebagai prioritas berarti mengatakan TIDAK pada hobi Anda dan pada kesempatan yang dianggap penting oleh orang lain. Jangan bersungut sungut saat menemani anak Anda, tak cukup hanya berada di tempat itu. Anda harus hadir di sana tubuh dan pikiran Anda.

3. Ancaman verbal
Ancaman yang diterima si anak dirasakan sebagai suatu tantangan dan pukulan terhadap otonomi pribadinya. Ancaman dalam jangka pendek bisa membuat si anak patuh, tetapi dalam jangka panjang sangat merugikan.
Contoh :
“Awas sekali lagi kamu melempar bola ke jendela ayah jewer telingamu yang tuli sampai putus!”
“Jika kamu tidak berhenti bertingkah laku buruk, ayah akan mengirimmu ke panti asuhan”.


4.Penganiayaan Fisik terhadap Anak
Memarahi adalah cara mendidik yang paling buruk, pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Anak bukanlah orang dewasa mini. Penganiayaan fisik terhadap anak akan melukai jiwa dan raga mereka. Betapa besarnya kesalahan yang telah dibuat oleh anak, memberi hukuman penyaniayaan fisik bukanlah sebuah penyelesaian yang tepat. Itu adalah pelanggaran janji orang tua untuk melindungi anaknya.

5.Mencari kambing hitam
Ada orang yang apabila gagal mencapai prestasi atau hasil istimewa, kegagalan tersebut dikatakan terjadi karena kesalahan sesuatu atau seseorang. Mereka berpikir bahwa daripada menyalahkan kemampuan atau motivasi diri sendiri, menyalahkan anak-anak seringkali lebih mudah.
Contoh:
“Semua baik-baik saja saja sampai kamu lahir”.
“Kecelakaan mobil itu terjadi karena kalian, anak-anak terus mengalihkan perhatian ayah”.


6. Menanamkan perasaan bersalah
Menanamkan perasaan bersalah adalam memberikan tuntutan yang berlebihan kepada anak-anak. Beberapa ayah menuduh bahwa tingkah laku anaknya menyebabkan ketidakbahagiaan, penyakit atau kematian salah satu orangtua.
tidak diterima.
Contoh:
Karena kamu nekad kawin dengan Asri ibumu shock dan meninggal.

7.Kebergantungan
Orangtua bisa memutarbalikkan peran ayah-anak dengan bergantung kepada anak-anaknya. Contoh: Seorang ayah yang pemabuk seringkali harus dijaga oleh anaknya yang masih kecil, masa kecilnya dirampas dan dipaksa menjadi “orangtua”.

Tidak ada jalan pintas menjadi ayah yang baik. Menjadi ayah yang baik adalah pembelajaran seumur hidup. Jadi mau tak mau proses belajar harus terus berlanjut. Apapun yang ingin Anda lihat dari anak Anda, berusahalah untuk menjadi teladan baginya.

Referensi:
1. Jerrold Lee Shapiro Ph.D. , The Good Father: Kiat Lengkap Menjadi Ayah Teladan, Mizan Media Utama, Bandung, 2003.
2.Peter Meadows, Kiat Menjadi Ayah Baru, Penerbit Andi, Jogyakarta, 2007.
3.Ayah Edy, Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur? 37 Kebiasaan Orangtua yang Menghasilkan Perilaku Buruk terhadap Anak, Grasindo, 2008.
4. Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, Ghalia Indonesia, 1987.
5. www.matakuceritaku.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar